Ilustrasi aktivitas geothermal (Burkni Palsson)
Pada Selasa, (24/1) lalu, Menteri ESDM, Arifin Tasrif memastikan skema power wheeling sudah dicabut oleh pemerintah dari Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) RUU EBT. Meski begitu, penyediaan EBT akan tetap dilaksanakan dan diatur dalam RUU tersebut.
"Kan sudah jelas, posisi pemerintah sudah jelas, tidak ada (skema) power wheeling (dalam RUU EBT), tetapi adalah kewajiban untuk menyediakan energi baru dan bersih ke dalam sistem. Itu kewajiban, itu harus dilaksanakan," kata Arifin kepada awak media di kompleks DPR RI.
Kembali ke Drajad, dia mengatakan penyediaan listrik EBT akan efektif apabila pemerintah mampu menekan tarif listrik EBT.
Drajad menuturkan saat ini harga listrik batu bara hanya sekitar 3-5 sen dolar AS per kWh. Sementara untuk EBT, harganya mencapai 6-7 sen dolar AS/kWH untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), dan 7-8 sen dolar AS/kWh untuk listrik biomassa. Bahkan, untuk geotermal di mana Indonesia memiliki sumber panas bumi terbesar kedua di dunia, harganya lebih tinggi lagi, antara 7-13 sen dolar AS/kWh, dan umumnya di kisaran 11-12 sen dolar AS/kWh.
"Persoalan utama EBT adalah seefisien apapun pembangkitnya, harga listrik EBT tidak mungkin bersaing dengan listrik dari batu bara. Batu bara merupakan sumber energi yang sangat murah, tapi kotor dan tidak terbarukan," ujar Drajad.
Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal mengatakan, jika pemerintah ingin melibatkan swasta dalam sektor kelistrikan, bisa melalui pembangunan infrastruktur kelistrikan di pelosok.
Dengan skema investasi yang jelas, swasta bisa turut membantu negara dengan membangun akses listrik di wilayah pedalaman yang selama ini justru belum terjangkau baik oleh PLN maupun negara.
"Indonesia Timur itu kan masih banyak daerah-daerah yang masih terbatas suplai listrik. Walaupun kita lihat elektrifikasi kita udah 90 sekian persen, tapi pada kenyataannya kan di Timur terutama yang di daerah pelosok itu masih ada yang belum menikmati listrik. Nah sebaiknya swasta ini didorong membangun kepada daerah-daerah yang mungkin susah dibangun oleh PLN," ujar Faisal.