Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Screenshot 2025-10-25 165141.jpg
Indonesia Gandeng Brasil Kembangkan Bioenergi. (Dok/Istimewa).

Intinya sih...

  • Kerja sama Indonesia-Brasil mencakup bioenergi, energi baru terbarukan, dan sektor pertambangan.

  • Pengembangan bioenergi mendukung target Net Zero Emission 2060 dan nilai tambah sektor pertanian.

  • Pemerintah kaji pemberlakuan mandatori BBM campur etanol 10 persen pada tahun 2027 atau 2028.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times- Pemerintah Indonesia menjajaki kerja sama strategis dengan Brasil di sektor energi termasuk pengembangan bioenergi, sebagai upaya mempercepat transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan. Langkah ini ditandai dengan penandatanganan MoU oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, bersama Menteri Pertambangan dan Energi Brasil Alexandre Silveira.

"Brasil adalah salah satu yang terdepan di dunia dalam hal bioenergi, khususnya etanol, melalui MoU ini, kita akan serius mendorong alih teknologi dan transfer pengalaman mereka untuk mendukung percepatan program bioenergi nasional," jelas Bahlil dalam keterangan tertulis dikutip, Sabtu (25/10/2025).

1. Cakupan kerja sama Indonesia-Brasil

Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia. (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Ia menjelaskan kesepakatan baru ini mencakup kerja sama yang komprehensif, mulai dari kegiatan hulu dan hilir migas, energi baru dan terbarukan (termasuk bioenergi, surya, dan angin), efisiensi energi, modernisasi jaringan, sumber daya mineral, hingga pengembangan kapasitas SDM.

"Di antara berbagai bidang tersebut, kolaborasi di sektor bioenergi menjadi salah satu yang disorot, mengingat keberhasilan Brasil sebagai produsen etanol terbesar kedua di dunia. Pengalaman Brasil, yang sebagian besar pasokan listriknya berasal dari energi rendah karbon, dinilai sangat relevan bagi Indonesia," ucapnya.


Kolaborasi ini juga merupakan tindak lanjut dari kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo Subianto ke Brasil pada Juli 2025 lalu. Selain energi, sektor pertambangan juga menjadi area penting. Kedua negara akan berkolaborasi dalam tata kelola dan pengembangan sumber daya mineral, di mana Brasil diketahui memiliki cadangan besar bauksit, bijih besi, litium, serta menguasai cadangan niobium dunia.

2. Pengembangan bioenergi bisa dorong nilai tambah di sektor pertanian

Pertamax green

Kerja sama Indonesia–Brasil di sektor bioenergi juga sejalan dengan komitmen pemerintah untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada 2060. Melalui kolaborasi ini, Indonesia menargetkan peningkatan porsi energi baru terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional, sekaligus memperkuat ketahanan energi dalam negeri.

Selain itu, pengembangan bioenergi diproyeksikan dapat mendorong nilai tambah sektor pertanian, karena sebagian bahan bakunya berasal dari komoditas lokal seperti tebu, singkong, dan kelapa sawit.

3. Kaji pemberlakuan mandatori BBM campur etanol 10 persen

Soft launching Pertamax Green 95 di SPBU Pertamina 31.128.02 MT Haryono, Jakarta Selatan. (IDN Times/Trio Hamdani)

Sebelumnya, Bahlil menyebutkan pemerintah tengah mengkaji waktu pemberlakuan mandatori bahan bakar minyak (BBM) campur etanol 10 persen (E10). Kajian tersebut mempertimbangkan tahun 2027 atau 2028 sebagai waktu pelaksanaannya. Meski begitu, Bahlil meyakini program yang sedang dirancang itu paling lambat dapat berjalan pada 2027.

"Menurut saya yang kita lagi desain kelihatannya paling lama 2027 ini sudah bisa jalan," kata Bahlil di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (20/10/2025) malam.

Bahlil menjelaskan penentuan jadwal yang tepat untuk program mandatori E10 masih dalam proses perhitungan yang cermat. Pelaksanaannya tidak bisa tergesa-gesa karena sangat bergantung pada kesiapan infrastruktur di dalam negeri.

"Kita lagi hitung time schedule yang tepat. Kenapa? karena untuk pabrik etanolnya kita harus bangun dalam negeri, pabrik etanol ini dari singkong, dari tebu," ujarnya.

Editorial Team