Di sisi lain, Sri Mulyani menyatakan realisasi belanja APBD tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Namun, secara presentase terhadap total anggaran yang ada justru masih sangat terbatas sehingga seluruh pemda di Indonesia mengalami surplus APBD.
"Artinya pendapatan mereka lebih besar ketimbang belanja mereka dan ini berarti pemerintah pusat yang sedang berusaha mendorong pemulihan ekonomi dengan counter cyclical defisit yang mencapai Rp540 triliun, tetapi daerah justru kemudian menahan belanja atau belum bisa belanja sehingga terjadi surplus sebesar Rp11,5 triliun," tutur dia.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu bahkan menyebut efektivitas dorongan kebijakan anggaran di pusat dan daerah belum sinkron.
"Pusatnya sudah mendorong, daerahnya justru berhenti atau meredam dan ini tentu dampaknya ke perekonomian tidak optimal," ucap Sri Mulyani.