Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Sri Mulyani Waspadai Fenomena Pekerja yang Mulai Nyaman WFH

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati (youtube.com/sekretariatpresiden)

Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati mengaku menaruh perhatian terhadap fenomena para pekerja yang enggan kembali ke kantor. Hal tersebut kini banyak terjadi di Amerika Serikat (AS).

Hal itu pun menjadi pembicaraan dengan sesama Menkeu ketika Sri Mulyani melakukan kunjungan ke Roma, AS, dan Glasgow beberapa waktu lalu.

"Jadi, ada dua kelompok masyarakat, kalau kita identifikasi. Mereka yang sudah capek banget di rumah terus ingin keluar dan ada yang sudah merasa nyaman di rumah," ujar Sri Mulyani, dalam Kompas 100 CEO Forum, Kamis (18/11/2021).

1. Anak muda nyaman bekerja dari rumah

Ilustrasi rapat virtual. (IDN Times/Arief Rahmat)

Sri Mulyani menambahkan, banyak anak muda usia kerja di negara-negara maju sudah nyaman bekerja dari rumah alias work from home (WFH). Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut pun meyakini fenomena tersebut mungkin saja terjadi di Indonesia.

"Ini fenomena pekerja yang sangat menarik di negara maju. Kami juga harus lihat fenomena ini di antara kita," kata Sri Mulyani.

2. Teknologi dianggap memudahkan pekerjaan

ilustrasi video call (pexels.com/Ivan Samkov)

Fenomena keengganan para pekerja, terutama kalangan anak muda bekerja dari kantor, muncul karena perkembangan teknologi yang pesat saat ini. Bagi mereka, khususnya generasi millennial, teknologi dianggap mampu menyelesaikan segala masalah mereka.

"Apalagi selama masa pandemik COVID-19 adopsi teknologi berkembang pesat dan membuat mereka merasa nyaman dengan situasi yang tidak terlalu banyak memerlukan mobilitas," tutur Sri Mulyani.

3. Berdampak pada inflasi

Ilustrasi Inflasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Fenomena yang terjadi di negara maju, dianggap Sri Mulyani mampu memicu kenaikan inflasi. Tingginya permintaan tidak dibarengi dengan ketersediaan barang lantaran tenaga kerja tumbuh melambat.

Sri Mulyani pun meyakini, hal itu kemudian yang menyebabkan sisi suplai mengalami syok dan disrupsi sehingga menyebabkan harga naik.

"Indonesia harus benar-benar memperhatikan tantangan ini karena sepertinya akan terus berlanjut pada 2022. Jadi, kami tidak boleh nanti memunculkan imported inflation maupun inflasi yang benar-benar berasal dari suplai," ujar dia. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Satria Permana
EditorSatria Permana
Follow Us