ilustrasi perang dagang antara China dan Amerika Serikat. (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
Berdasarkan data resmi, jumlah lulusan perguruan tinggi di China diperkirakan mencapai rekor 12,22 juta orang pada 2025, naik 430 ribu dibanding tahun lalu. Untuk menghadapinya, pemerintah menargetkan tingkat pengangguran perkotaan sebesar 5,5 persen dan menciptakan lebih dari 12 juta pekerjaan baru di wilayah urban.
Komitmen ini juga tertuang dalam Laporan Kerja Pemerintah yang menekankan pentingnya membuka lebih banyak jalur kerja dan usaha bagi mahasiswa serta generasi muda lainnya.
“Stabilisasi pasar kerja tidak hanya akan meningkatkan pendapatan tetapi juga mendorong konsumsi, yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi,” ujar Li Chang’an, dikutip dari Global Times, Rabu (9/4).
Sebagai bagian dari strategi nasional, China akan mengalokasikan subsidi ketenagakerjaan senilai 66,74 miliar yuan China (sekitar Rp153 triliun). Informasi ini disampaikan oleh Fu Jinling, Direktur Jenderal Departemen Konstruksi Ekonomi di Kementerian Keuangan, pada 17 Maret lalu.
Fu menjelaskan bahwa dana tersebut akan digunakan untuk mendukung kebijakan kerja dan wirausaha di daerah, memperkuat koordinasi anggaran, serta menciptakan lapangan kerja yang lebih layak dan berkelanjutan di seluruh negeri.
Langkah ini menekankan bahwa China tak sekadar mengatasi lonjakan jumlah lulusan, tetapi juga membangun ekosistem kerja yang lebih adaptif, berdaya saing, dan selaras dengan arah transformasi ekonomi nasional.