Masih Saling Balas, China Naikkan Tarif ke AS Jadi 125 Persen

- China menaikkan tarif impor AS menjadi 125 persen sebagai balasan dari tarif khusus yang ditetapkan Trump sebesar 84 persen.
- Tidak ada tanda-tanda negosiasi antara AS-China, dengan kedua negara mengabaikan eskalasi tarif dan mempertimbangkan kerusakan ekonomi.
- Beijing mengumumkan tidak akan memperluas daftar perusahaan Amerika yang terkena pembatasan lebih lanjut saat beroperasi di China.
Jakarta, IDN Times - China membalas lagi tarif khusus negara yang ditetapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Dari yang sebelumnya 84 persen, tarif barang tersebut dinaikkan menjadi 125 persen.
"Bahkan jika AS terus mengenakan tarif lebih tinggi, itu tidak akan lagi masuk akal secara ekonomi dan akan menjadi lelucon dalam sejarah ekonomi dunia," kata Kementerian Keuangan China, dikutip dari CNBC, Jumat (11/4/2025).
Menurut pernyataan kementerian tersebut, dengan tarif yang ada saat ini, maka tidak ada lagi pasar untuk barang-barang Amerika Serikat yang diimpor ke China. "Jika pemerintah AS terus menaikkan tarif pada China, Beijing akan mengabaikannya," ujar kementerian itu menambahkan.
1. AS naikkan tarif ke China jadi 145 persen

Pemerintahan Trump menaikkan tarif AS atas impor China sekarang secara efektif berjumlah 145 persen. Perintah eksekutif terbaru Trump menaikkan tarif pada Beijing menjadi 125 persen, ditambah dengan tarif gabungan terkait fentanil sebesar 20 persen yang sudah diberlakukan pada Februari dan Maret.'
“Ini adalah akhir dari eskalasi tarif bilateral. Baik China maupun AS telah mengirimkan pesan yang jelas, tidak ada gunanya menaikkan tarif lebih lanjut,” kata Zhiwei Zhang, presiden dan kepala ekonom di Pinpoint Asset Management.
2. Tak ada tanda-tanda China-AS akan bernegosiasi

Kedua negara besar ini tak ada tanda-tanda untuk bernegosiasi atau menghindari gangguan besar dalam rantai pasokan global. Menurut Zhang, langkah selanjutnya adalah mengevaluasi kerusakan pada aktivitas ekonomi baik di AS maupun di China.
Tidak seperti putaran tindakan pembalasan sebelumnya, Beijing telah menahan diri untuk tidak mengumumkan tindakan pengendalian ekspor lebih lanjut atau memperluas daftar perusahaan Amerika, yang akan membuat mereka tunduk pada pembatasan lebih lanjut saat beroperasi di China.
Meskipun terjadi eskalasi terbaru, juru bicara Kementerian Perdagangan China menegaskan kembali dalam pernyataan terpisah bahwa Beijing terbuka untuk bernegosiasi dengan AS secara setara.
3. Mendag AS sebut China punya ekonomi paling tidak seimbang

Harapan akan kesepakatan AS-China untuk menyelesaikan ketegangan perdagangan telah memudar dengan cepat. Pasalnya, Beijing telah membalas tarif resiprokal dengan bea masuk yang saling berbalas atas barang-barang Amerika dan pembatasan yang luas terhadap bisnis-bisnis AS.
"Sangat disayangkan bahwa China sebenarnya tidak ingin datang dan bernegosiasi, karena mereka adalah pelanggar terburuk dalam sistem perdagangan internasional," ujar Menteri Keuangan AS Scott Bessent.
Ia mengatakannya usai Beijing menaikkan tarif menjadi 84 persen ke AS. "Mereka memiliki ekonomi yang paling tidak seimbang dalam sejarah dunia modern, dan saya dapat memberi tahu Anda bahwa eskalasi ini merugikan mereka," kata Bessent.