Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Supermarket (Pixabay.com/stevepb)

Beberapa tahun ke belakang, industri ritel di Indonesia dikabarkan sedang dalam kondisi terpuruk. Beberapa perusahaan ritel seperti supermarket mengalami penurunan penjualan dan berakhir dengan gulung tikar.

Sebagian pihak menilai bahwa fenomena ini terjadi karena terdapat perubahan perilaku konsumen. Kemudian didorong dengan kehadiran pasar online yang makin memudahkan masyarakat berbelanja barang kebutuhan sehari-hari.

Sudah ada beberapa jaringan supermarket yang memutuskan untuk menutup sebagian atau seluruh gerainya di Indonesia, khususnya bagi perusahaan yang gagal beradaptasi di era saat ini. Berikut daftar supermarket yang tutup di Indonesia karena berbagai alasan.

1. Giant

Giant Hypermarket, supermarket yang tutup di Indonesia (flickr.com/Ikhlasul Amal)

Giant merupakan jaringan supermarket asal Malaysia yang resmi masuk ke Indonesia pada 2002 melalui PT Hero Supermarket Tbk, anak perusahaan Dairy Farm International. Saat pertama kali masuk, tren hypermarket tengah naik daun. Mereka bersaing dengan Carrefour dan Makro.

Kemunduran Giant mulai terjadi pada 2016. Beberapa penyebab kemunduran Giant, antara lain karena perubahan perilaku konsumen yang mulai beralih ke minimarket dan belanja online, biaya operasional yang tinggi, kurang inovasi, dan pandemi COVID-19 pada 2020.

Pada 31 Mei 2021, PT Hero Supermarket resmi mengumumkan seluruh gerai Giant di Indonesia akan ditutup secara bertahap hingga akhir 2021. Beberapa gerai Giant juga berubah menjadi IKEA City Store atau Hero Supermarket.

2. LuLu Hypermarket

LuLu Hypermarket di Indonesia (instagram.com/lulustoreindonesia)

LuLu Hypermarket merupakan jaringan ritel supermarket asal Uni Emirat Arab yang dikelola oleh LuLu Group International. LuLu Hypermarket resmi masuk ke Indonesia pada 2016 lalu dengan membuka gerai pertamanya di Cakung, Jakarta Timur.

Saat itu, LuLu Hypermarket melakukan ekspansi dengan membuka beberapa gerai besar seperti di BSD City Tangerang dan Sentul, Bogor. Namun, mereka menghadapi beberapa tantangan, misalnya awareness masyarakat yang rendah, lokasi yang kurang strategis, hingga persaingan ketat dengan pemain lokal seperti Hypermart, Superindo, hingga Transmart.

Pada Mei 2025, LuLu Hypermarket diisukan mengalami kebangkrutan dan mulai menutup gerai-gerainya di Indonesia. Tutupnya LuLu Hypermarket di Indonesia dinilai karena gagal bersaing dan ekspansi.

Namun, manajemen LuLu Hypermarket sempat membantah kabar bahwa perusahaannya bangkrut di Indonesia. Mereka menyebut bahwa LuLu Hypermarket sedang mempertimbangkan untuk mengubah strategi bisnis.

3. GS Supermarket

GS Supermarket di Indonesia (instagram.com/gssupermarketid)

Supermarket yang tutup di Indonesia berikutnya adalah GS Supermarket. Perusahaan ritel asal Korea Selatan ini diketahui dimiliki oleh GS Group, salah satu perusahaan konglomerat di negeri ginseng.

GS Supermarket resmi masuk ke Indonesia sekitar 2014–2015 lalu. Saat itu, GS bekerja sama dengan perusahaan Indonesia, salah satunya PT Supra Boga Lestari untuk membantu menyediakan produk-produk penjualan.

Awalnya, GS membuka beberapa gerai di lokasi strategis seperti Summarecon Mall Bekasi, AEON Mall BSD, hingga Mall of Indonesia. Namun, ada beberapa kendala yang mereka hadapi. Contoh kendalanya adalah pasar yang terlalu niche karena sebagian besar produk GS Supermarket adalah produk yang berkaitan dengan lifestyle dan makanan khas Korea.

Lalu, GS Supermarket juga mengalami kendala, yaitu persaingan ketat dengan perusahaan lokal yang juga menjual produk Korea. Misalnya Grand Lucky, Farmers Market, dan Ranch Market.

Pada Mei 2025, beberapa gerai GS Supermarket dikabarkan tutup permanen di Indonesia. Sebagian lainnya mengubah konsep dan bergabung dengan toko lain.

4. Makro Indonesia

Ilustrasi Makro Supermarket (Wikimedia Commons/Fernando Martello)

Pernah belanja di Makro Indonesia? Makro Indonesia adalah wholesale hypermarket yang menyasar konsumen grosir seperti pedagang kecil hingga bisnis katering untuk berbelanja barang kebutuhan. Makro memiliki konsep menjual barang dalam jumlah besar dan harga yang lebih murah.

Makro Indonesia pertama kali masuk ke Indonesia sekitar 1991–1992. Saat itu, operasionalnya dikelola oleh PT Chandra Nugerah Cemerlang. Setelah membuka gerai pertamanya di Jakarta, Makro mulai ekspansi dengan membuka cabangnya di kota-kota besar seperti Bandung, Surabaya, Medan, dan Makassar.

Namun, Makro Indonesia gagal bertahan karena persaingan ketat dengan perusahaan lokal maupun global dan pasar grosir di Indonesia yang mulai berubah. Akhirnya pada 2008, Makro Indonesia resmi diakuisisi oleh Carrefour Group. Nama Makro dihapus dan seluruh gerainya berganti nama menjadi Carrefour.

Itulah beberapa supermarket yang tutup di Indonesia. Sebagian besar alasan penutupannya adalah perubahan perilaku konsumen dan gagal bersaing dengan kompetitor.

Editorial Team