Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Bendera Taiwan (unsplash.com/Romeo A)
Bendera Taiwan (unsplash.com/Romeo A)

Intinya sih...

  • Kementerian Kesehatan Taiwan mencabut semua pembatasan impor makanan dari Jepang, termasuk wilayah terdampak nuklir Fukushima.

  • Tidak ada lagi persyaratan laporan uji radiasi atau dokumen asal-usul untuk produk makanan Jepang yang masuk ke Taiwan.

  • Larangan impor makanan diberlakukan pemerintah Taiwan tak lama setelah bencana gempa bumi dan tsunami di Fukushima pada Maret 2011.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Taiwan secara resmi mencabut seluruh pembatasan impor produk makanan dari Jepang, pada Jumat (21/11/2025). Kebijakan ini diumumkan setelah pemerintah China diketahui akan memberhentikan pembelian makanan Jepang karena polemik diplomatik dengan perdana menteri Jepang yang baru.​

Keputusan Taiwan ini menandai berakhirnya pelarangan impor yang telah diberlakukan sejak bencana nuklir Fukushima pada 2011. Segala proses pengawasan tambahan dan syarat dokumen bagi produk makanan Jepang kini sudah tidak diwajibkan lagi.

1. Pencabutan larangan impor makanan dari Jepang

Kementerian Kesehatan Taiwan resmi mengumumkan pencabutan semua pembatasan impor terhadap makanan dari seluruh wilayah Jepang, termasuk lima prefektur terdampak nuklir Fukushima seperti Fukushima, Ibaraki, Tochigi, Gunma, dan Chiba. Keputusan tersebut langsung diberlakukan efektif pada Jum'at (21/11/2025). Tidak ada lagi persyaratan laporan uji radiasi atau dokumen asal-usul untuk semua produk makanan Jepang yang masuk ke Taiwan.​

Menteri Pertanian Jepang, Norikazu Suzuki, menyambut baik langkah Taiwan itu.

"Kebijakan terbaru ini akan menjadi dorongan besar bagi daerah-daerah yang terkena bencana pada 2011," kata Suzuki, dilansir Nippon.

Pemerintah Taiwan menyatakan bahwa konsultasi publik soal pelonggaran aturan ini dilakukan sebelum pengumuman resmi dan tidak ditemukan keberatan dari publik.​

“Langkah ini mengembalikan prosedur pengelolaan keamanan makanan dari Jepang ke kondisi normal,” ujar Direktur Badan Pengawasan Obat dan Makanan Taiwan.

2. Larangan impor makanan Jepang sejak 2011

Larangan impor makanan diberlakukan pemerintah Taiwan tak lama setelah bencana gempa bumi dan tsunami yang menyebabkan krisis nuklir Fukushima pada Maret 2011. Lima wilayah utama di sekitar pusat bencana langsung masuk daftar larangan penuh.

Pemerintah kemudian secara bertahap mencabut sebagian larangan mulai tahun 2022 dan 2024, dengan tetap mengharuskan uji radiasi dan sertifikat asal usul untuk produk dari wilayah tersebut.​

“Sejak 2011 hingga 2025, dari total 263.349 batch makanan Jepang yang diperiksa, tidak ada satu pun yang melebihi standar keamanan pangan Taiwan,” kata Menteri Kesehatan Taiwan, Shih Chung-liang, dilansir Focus Taiwan.

Setelah evaluasi berbasis data ilmiah dan masukan publik, Taiwan memutuskan untuk menghapus semua aturan khusus pada akhir 2025.

Sebelum kebijakan terbaru ini, hanya beberapa negara seperti China, Hong Kong, Makau, Rusia, dan Korea Selatan yang masih memberlakukan pembatasan serupa pada produk makanan Jepang.​

3. Dukungan Taiwan terhadap Jepang

Pengumuman Taiwan berlangsung di tengah ketegangan diplomatik antara Jepang dan China terkait pernyataan Perdana Menteri Jepang, Sanae Takaichi, di parlemen pada awal November 2025 soal potensi respons militer Jepang jika terjadi serangan China atas Taiwan. China pun menanggapi dengan memberhentikan seluruh impor makanan laut dari Jepang mulai Rabu (19/11/2025).​

Presiden Taiwan, Lai Ching-te, menunjukkan dukungan pada Jepang dengan membagikan foto dirinya memakan sushi Jepang di media sosial sehari sebelum pengumuman pencabutan larangan.

Keputusan Taiwan dilihat sebagai langkah diplomatik yang menegaskan solidaritas dengan Jepang di tengah meningkatnya tekanan ekonomi dan politik dari China.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team