Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kapal tanker PT Pertamina International shipping (PIS) (dok. PIS)
Kapal tanker PT Pertamina International shipping (PIS) (dok. PIS)

Intinya sih...

  • Pemerintah hanya melakukan impor LPG, minyak mentah, dan BBM dari AS

  • Nilai pembelian energi tidak mengalami perubahan meskipun kesepakatan tarif telah dicapai

  • Presiden Prabowo Subianto menyatakan bahwa komoditas yang diimpor memang dibutuhkan oleh Indonesia

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memastikan rencana peningkatan impor energi dari Amerika Serikat (AS) mulai berjalan.

Dia mengatakan impor minyak mentah atau crude oil sudah dilakukan. Begitupun impor liquefied petroleum gas (LPG) dari Negeri Paman Sam juga terus diperbanyak. Bahlil menyebut selama ini sekitar 54 persen total impor LPG Indonesia berasal dari AS.

Ke depan, pemerintah menargetkan nilai total impor energi dari negara tersebut, termasuk crude dan bahan bakar minyak (BBM), mencapai sekitar 15 miliar dolar AS sesuai kesepakatan.

"Impor crude sekarang kita sudah lakukan. Kita kan LPG itu kan kita masih impor dari Amerika. Selama ini kan sudah 54 persen dan total impor kita itu dari Amerika. Sekarang kita dorong terus kita perbanyak sampai dengan target yang sudah kita bicarakan sekitar 15 miliar dolar AS," katanya di kantornya, Jakarta, Senin (11/8/2025).

1. Impor hanya mencakup LPG, minyak mentah dan BBM

Ilustrasi kapal tanker pengangkut minyak. (unsplash.com/Haydn Pound)

Pemerintah tidak mengimpor gas alam cair (LNG). Impor hanya mencakup LPG, minyak mentah, dan BBM karena berkomitmen menjalankan keputusan yang telah disepakati dalam perjanjian kedua negara.

"Karena kita harus komit. Apa yang sudah kita putuskan, dalam perjanjian kita, kita harus jalanin," sebut mantan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) itu.

Peningkatan impor energi merupakan bagian dari kesepakatan dagang timbal balik (reciprocal tariff agreement) antara Indonesia dan AS.

Kerja sama tersebut digulirkan sebagai penawaran dari Indonesia atas penurunan tarif impor AS terhadap produk Indonesia dari semula 32 persen menjadi 19 persen.

2. Nilai pembelian energi tak ada perubahan

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (11/8/2025). (IDN Times/Trio Hamdani)

Dalam proposal yang diajukan Indonesia, salah satu materi utama mencakup rencana pembelian energi dari AS dengan nilai sekitar 15 miliar dolar AS, terdiri dari LPG, BBM, dan minyak mentah.

Bahlil menjelaskan angka tersebut masih tetap sama seperti yang telah dibahas sebelumnya dalam proses negosiasi, dan tidak mengalami perubahan meskipun kesepakatan tarif telah dicapai.

"Sepengetahuan saya, yang kami bahas, angkanya di 10 sampai 15 miliar dolar AS," kata Bahlil kepada jurnalis di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (18/7/2025).

3. Prabowo sebut yang diimpor memang dibutuhkan

Presiden Prabowo Subianto saat memimpin Sidang Kabinet Paripurna di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Rabu (6/8). (Tangkapan layar Youtube Sekretariat Presiden)

Presiden Prabowo Subianto sebelumnya menyampaikan Indonesia masih membutuhkan sejumlah komoditas impor, termasuk minyak, gas, gandum dan kedelai.

Hal itu disampaikan terkait tawaran Indonesia untuk membeli sejumlah komoditas dari AS sebagai bagian dari upaya mencapai kesepakatan dagang yang memungkinkan penurunan tarif impor produk Indonesia ke AS dari 32 persen menjadi 19 persen.

"Kita juga butuh sebagai contoh kita masih impor BBM, kita masih impor gas. Kita masih perlu impor gandum, kita masih perlu impor kedelai dan sebagainya," kata Prabowo kepada jurnalis di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (16/7/2025).

Editorial Team