Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Presiden Amerika Serikat Joe Biden bersama Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris. (Instagram.com/joebiden)
Presiden Amerika Serikat Joe Biden bersama Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris. (Instagram.com/joebiden)

Jakarta, IDN Times - Produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat (AS) mencatatkan pertumbuhan pesat dalam tiga bulan pertama tahun ini. Hal ini memperkuat harapan bahwa pertumbuhan ekonomi tahunan AS di 2021 akan menjadi yang terkuat dalam hampir empat dekade.

Menurut Departemen Perdagangan, ekonomi AS tumbuh pada tingkat tahunan 6,4 persen antara Januari hingga Maret. Pertumbuhan ini terjadi karena jutaan orang Amerika telah mendapat vaksinasi COVID-19 dan pemerintah federal telah mengeluarkan stimulus senilai triliunan dolar untuk meredam efek resesi yang telah disebabkan pandemik.

1. Sedikit di bawah ekspektasi ekonom

New York Stock Exchange (NYSE), Wall St. (Wikimedia/Oleh Spigoo - https://www.flickr.com/photos/spigoo/2494294/, CC BY 2.0)

Meski tumbuh tinggi, angka tersebut sedikit di bawah ekspektasi ekonom. Menurut CNBC, ekonom yang disurvei oleh Dow Jones mengharapkan pertumbuhan 6,5 persen. Sebelumnya di kuartal 4 tahun 2020 ekonomi AS tumbuh 4,3 persen.

“Ini menandakan ekonomi mati dan berjalan dan ini akan menjadi tahun yang booming,” kata kepala ekonom Mark Zandi di Moody's Analytics.

“Jelas, konsumen Amerika sedang membelanjakan dan bisnis berinvestasi dengan kuat,” lanjutnya.

2. Pertumbuhan terjadi di berbagai bidang

Default Image IDN

Pertumbuhan PDB AS terjadi di berbagai bidang, termasuk peningkatan konsumsi pribadi, investasi residensial dan non-residensial tetap, dan pengeluaran pemerintah.

Konsumen, yang menyumbang 68,2 persen dari perekonomian, meningkatkan pengeluaran sebesar 10,7 persen pada kuartal tersebut, dibandingkan dengan peningkatan 2,3 persen pada periode sebelumnya. Pengeluaran sebagian besar difokuskan pada barang-barang, yang meningkat 23,6 persen, tetapi pengeluaran untuk jasa masih cukup rendah, hanya tumbuh sebesar 4,6 persen.

Di sisi barang, pengeluaran meledak sebesar 41,4 persen untuk barang tahan lama seperti peralatan rumah tangga dan produk pembelian jangka panjang lainnya.

3. Efek stimulus Joe Biden

Ilustrasi dolar AS ( ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Pengeluaran konsumen yang besar terjadi akibat dukungan cek stimulus yang dikeluarkan pemerintahan Presiden Joe Biden, di mana tiap warga yang berhak telah mendapatkan dana sebesar 1.400 dolar AS atau sekitar Rp19,6 juta.

Data menunjukkan bahwa banyak yang menggunakan dana itu untuk dibelanjakan, namun mereka juga menyimpan sebagian besar darinya, karena tingkat tabungan tercatat melonjak menjadi 21 persen, dari 13 persen di kuartal ke-4.

“Dengan tingkat tabungan yang tinggi, rumah tangga masih dibanjiri dengan uang tunai dan, sekarang pembatasan dilonggarkan karena program vaksinasi terbukti berhasil, yang akan memungkinkan mereka untuk meningkatkan pengeluaran untuk layanan yang terkena dampak terburuk, tanpa perlu mengurangi terlalu banyak belanja barang,” tulis Paul Ashworth, kepala ekonom AS di Capital Economics.

Impor juga terus meningkat, naik 5,7 persen, sedangkan ekspor turun 1,1 persen. Sementara pengeluaran dan investasi pemerintah meningkat 6,3 persen.

Editorial Team