Jakarta, IDN Times - Badan Energi Terbarukan Internasional atau The International Renewable Energy Agency (IRENA) mengungkapkan, ASEAN membutuhkan pembiayaan mencapai 29,4 triliun dolar AS pada 2050 untuk transisi energi. Angka tersebut setara Rp438.060 triliun (kurs Rp14.900/dolar AS).
Kebutuhan tersebut diasumsikan dengan skenario peningkatan suhu maksimal 1,5 derajat celcius, dengan penggunaan 100 persen energi terbarukan. Investasi dialokasikan untuk ketenagalistrikan melalui pengembangan solar PV, pembangkit listrik tenaga air, dan energi terbarukan lainnya. Kemudian untuk jaringan dan fleksibilitas melalui transmisi nasional dan internasional, distribusi, dan penyimpanan.
Kemudian, dana tersebut diperlukan sebagai pembiayaan untuk pasokan biofuel serta kendaraan dan pengisian baterai kendaraan listrik, serta dengan mempertimbangkan perspektif pembiayaan yang lebih luas, meliputi biaya bahan bakar, operasional, dan pemeliharaan.
"Untuk memenuhi kebutuhan pendanaan sebesar ini, kita harus meningkatkan investasi energi bersih dan aliran keuangan melalui penguatan alur proyek, peningkatan kerangka kebijakan dan peraturan, termasuk mekanisme pengurangan risiko, mempersiapkan proyek bankable yang berkualitas tinggi, serta memangkas proses persetujuan," kata Plt. Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana, pada Rabu (28/6/2023).