Jos! Neraca Perdagangan RI Surplus Lagi, Capai US$4,99 Miliar

Surplus 29 berturut-turut

Jakarta, IDN Times - Indonesia kembali mencatatkan surplus neraca perdagangan, sebesar 4,99 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada September 2022.

Indonesia mencatatkan ekspor senilai 24,80 miliar dolar AS atau turun 10,99 persen dibanding Agustus 2022. Kemudian impor tercatat senilai 19,81 miliar dolar AS atau turun 10,58 persen dibanding Agustus 2022.

"Jadi, neraca perdagangan Indonesia sampai dengan September 2022 ini membukukan surplus selama 29 bulan berturut-turut kalau kita lihat sejak Mei 2020," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Badan Pusat Statistik (BPS) Setianto dalam rilis neraca perdagangan, Senin (17/10/2022).

Baca Juga: Jokowi Harap Presiden Penggantinya Tak Ekspor Bahan Mentah

1. Kinerja ekspor Indonesia

Jos! Neraca Perdagangan RI Surplus Lagi, Capai US$4,99 Miliarilustrasi ekspor-impor (IDN Times/Aditya Pratama)

Ekspor nonmigas September 2022 tercatat mencapai 23,48 miliar dolar AS atau turun 10,31 persen dibanding Agustus 2022, tetapi naik 19,26 persen jika dibanding ekspor nonmigas September 2021.

"Penurunan ekspor nonmigas sebesar 10,31 persen pada September 2022 terhadap bulan sebelumnya lebih diutamakan karena peran komoditas lemak dan minyak hewan atau nabati (HS 15) yang turun sebesar 31,91 persen. Kemudian komoditas pakaian dan aksesorinya atau HS 61 ini juga turun 30,75 persen. Selanjutnya besi dan baja atau HS 72 ini juga mengalami penurunan sebesar 5,87 persen," ujarnya.

Kemudian, terjadi penurunan ekspor migas sebesar 21,41 persen karena perubahan nilai ekspor untuk gas yang turun 22,06 persen, dan secara volume turun sebesar 12,26 persen. Hasil minyak juga turun 35,43 persen, sementara volume turun 21,40 persen.

"Kalau kita bandingkan dengan tahun lalu atau year-on-year (tahunan), ekspor di September 2022 mengalami peningkatan 20,28 persen dibandingkan September 2021. Ekspor migas naik 41,80 persen, sementara volumenya naik 10,51 persen. Kemudian ekspor nonmigas naik 19,26 persen dan volume meningkat 20,20 persen," sebut Setianto.

Baca Juga: Jokowi Harap Presiden Penggantinya Tak Ekspor Bahan Mentah

2. Kinerja impor Indonesia

Jos! Neraca Perdagangan RI Surplus Lagi, Capai US$4,99 Miliarilustrasi impor (IDN Times/Aditya Pratama)

Impor nonmigas September 2022 tercatat senilai 16,38 miliar dolar AS atau turun 11,21 persen dibanding Agustus 2022, tapi naik 14,02 persen dibanding September 2021.

"Penurunan impor untuk nonmigas sebesar 11,21 persen pada September 2022 terhadap bulan sebelumnya utamanya karena penurunan komoditas besi dan baja atau HS 72 yang turun sebesar 25,57 persen. Kemudian komoditas mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya atau HS 85 turun sebesar 11,45 persen. Kemudian untuk komoditas mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya atau HS 84 ini turun sebesar 6,65 persen," tuturnya.

Selanjutnya, impor migas September 2022 tercatat senilai 3,43 miliar dolar AS atau turun 7,44 persen dibanding Agustus 2022, tetapi naik 83,53 persen dibanding September 2021.

"Untuk penurunan impor migas yang sebesar 7,44 persen ini dikarenakan oleh penurunan untuk impor komoditas hasil minyak yang turun sebesar 6,78 persen dan volume juga turun 1,33 persen. Kemudian komoditas gas ini juga turun sebesar 36,06 persen dengan volume juga mengalami penurunan sebesar 32,82 persen," jelasnya.

Sedangkan jika dilihat secara tahunan (yoy), impor September 2022 masih mengalami peningkatan sebesar 22,01 persen dibandingkan bulan September 2021.

3. Neraca perdagangan migas masih defisit

Jos! Neraca Perdagangan RI Surplus Lagi, Capai US$4,99 MiliarIlustrasi harga minyak (IDN Times/Arief Rahmat)

Dijelaskan lebih lanjut, neraca perdagangan komoditas nonmigas masih mencatatkan surplus sebesar 7,09 miliar dolar AS, dengan komoditas pendukung surplus terbesar adalah bahan bakar mineral atau HS 27, lemak dan minyak hewan atau nabati HS 15, serta besi dan baja HS 72.

"Sedangkan neraca perdagangan untuk komoditas migas ini menunjukkan defisit yang sebesar 2,10 miliar dolar AS, utamanya komoditas penyumbang defisit adalah minyak mentah dan hasil minyak," tambah Setianto.

Baca Juga: Berkat 5 Produk, Nilai Ekspor di Pelabuhan Tanjung Emas Tembus Rp9,6 T

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya