Kurs Rupiah Menguat Tipis Sore Ini

Rupiah menguat 15 poin

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah menguat tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan, Selasa (21/3/2023) sore.

Mengutip Bloomberg, kurs rupiah menguat sebanyak 15 poin atau 0,10 persen ke level Rp15.345 per dolar AS pada penutupan perdagangan sore ini. Posis rupiah sore ini melanjutkan tren positif pada pembukaan perdagangan pagi tadi, yang menguat sebanyak 12,5 poin ke level Rp15.347,5 per dolar AS.

Posisi rupiah pagi ini membalikkan tren negatif pada penutup perdagangan Senin (20/3) yang melemah sebanyak 29,5 poin ke level Rp15.374,5 per dolar AS.

Baca Juga: IHSG Gak Goyang Seharian, 5 Saham Maksimal Cuan

1. Nilai tukar rupiah berdasarkan kurs tengah BI

Nilai tukar rupiah juga menguat di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), ke Rp15.349 per dolar AS pada Selasa (21/3).

Kurs mata uang Garuda hari ini lebih kecil dibandingkan posisi pada Senin (20/3) yang ada di level Rp15.372 per dolar AS.

2. Penguatan rupiah ditopang sentimen risk-on

Analis DCFX Futures, Lukman Leong melihat adanya sentimen risk-on di pasar keuangan yang membuat rupiah cenderung menguat, di mana sentimen yang ada membuat investor cenderung mencari aset dengan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dan lebih berisiko.

Dalam hal ini, investor masih mencermati kebijakan seperti apa yang akan diambil oleh bank sentral AS atau Federal Reserve (the Fed) dalam pertemuan pekan ini. Mereka berekspektasi bahwa the Fed tidak akan agresif mengerek suku bunga acuan.

"Investor masih cenderung wait and see mengantisipasi pertemuan FOMC besok di mana the Fed diperkirakan akan bernada dovish dengan menaikkan suku bunga sebsar basis poin," tuturnya.

Baca Juga: The Fed Berpotensi Kerek Suku Bunga hingga 5,5 Persen 

3. Masih ada kekhawatiran investor

Analis Sinarmas Futures, Ariston Tjendra melihat masih adanya kekhawatiran pasar terhadap perkembangan krisis perbankan di AS dan Eropa. Pelaku pasar kemungkinan masih mencermati perkembangan penanganan krisis perbankan tersebut.

"Ini mungkin masih bisa memberikan tekanan ke rupiah sebagai aset berisiko karena pasar mencari posisi aman," ujar Ariston.

Beruntungnya, penanganan krisis perbankan yang sedang dilakukan bisa meredakan kekhawatiran pasar, terlebih jika tidak ada insiden baru.

"Apalagi ditambah ekspektasi bahwa the Fed mungkin tidak agresif lagi menaikan suku bunga acuannya. Rupiah masih berpotensi menguat," terangnya.

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya