RI Bisa Alami Krisis Listrik seperti Pakistan? Ini Jawaban Bos PLN 

Kelistrikan nasional dipastikan aman

Jakarta, IDN Times - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN memastikan kondisi kelistrikan nasional dalam kondisi yang aman. Pernyataan tersebut menyusul terjadinya krisis energi di berbagai negara.

Bahkan, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo memastikan bahwa pemadaman listrik massal seperti yang terjadi di Pakistan tidak terjadi di Indonesia.

"Kondisi kelistrikan nasional Indonesia dalam kondisi yang sangat aman," kata dia dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (9/2/2023).

Baca Juga: Fakta-Fakta Krisis di Pakistan, Kehabisan Uang, Makanan dan Listrik 

1. Langkah-langkah strategis dilakukan

RI Bisa Alami Krisis Listrik seperti Pakistan? Ini Jawaban Bos PLN Ilustrasi gedung PLN (Dok. PLN)

Darmawan menjelaskan bahwa BUMN kelistrikan ini telah melakukan langkah-langkah strategis, salah satunya penguatan pasokan energi primer untuk pembangkit listrik untuk menjamin keandalan suplai listrik ke pelanggan.

Pihaknya juga telah mengantisipasinya dengan three line of defence energi primer untuk pembangkit listrik, yaitu menggunakan batu bara, gas, dan BBM. Sistem kelistrikan nasional diperkuat demi menghadapi krisis energi global.

"Setiap pilar sistem kelistrikan kita sangat kokoh. Demi memastikan pasokan listrik terjaga, kami pastikan kecukupan energi primer seluruh pembangkit di Indonesia lebih dari cukup," ujarnya.

Hal tersebut diperoleh dari upaya yang dilakukan pemerintah dan PLN dalam melakukan penegakan hukum (enforcement) tata kelola energi primer setelah kejadian krisis batu bara pada akhir 2021.

PLN telah melakukan penataan ulang kontrak menjadi jangka panjang dan kokoh. Selain itu, langkah pengawasan dilakukan tidak hanya melalui fisik di lapangan tetapi juga dengan integrasi sistem monitoring digital.

"Kami integrasikan sistem digital PLN dengan sistem digital Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, sehingga dapat dilakukan corrective action secara cepat, tepat, dan terukur," jelas Darmawan.

Baca Juga: Krisis Listrik, Pakistan Tutup Mal Lebih Awal

2. PLN gunakan sistem peringatan dini

RI Bisa Alami Krisis Listrik seperti Pakistan? Ini Jawaban Bos PLN Ilustrasi listrik (ANTARA FOTO/Rahmad)

Perusahaan pelat merah itu juga mengubah paradigma sistem pengendalian pasokan batu bara dari yang awalnya fokus pada titik bongkar Estimated Time of Arrival (ETA) menjadi berfokus pada titik muat atau loading.

Selain itu, mekanisme early warning system (sistem peringatan dini) juga dibangun sehingt risiko keterlambatan pengiriman pasokan batu bara dapat diminimalisir.

"Dengan sistem seperti ini maka jika ada potensi kegagalan pasokan karena ketersediaan batu bara maupun armada angkutannya, akan dapat dideteksi lebih dini. Bahkan setiap pergerakan pasokan energi primer dapat termonitor secara digital," tuturnya.

Jadi, dengan pembenahan tersebut, sekarang pembangkit batu bara sebagai garis pertahanan pertama punya stok yang bahkan di atas titik aman, yaitu sudah berada di atas 20 HOP. Selain itu, cadangan gas dan cadangan BBM sebagai garis pertahanan kedua dan ketiga juga dipastikan aman, dan selalu siap kapanpun dibutuhkan.

Baca Juga: Krisis Global, Jokowi: Tahun Ini Krisis, Tahun Depan Dunia Gelap

3. Bos PLN ungkap penyebab krisis listrik di Pakistan

RI Bisa Alami Krisis Listrik seperti Pakistan? Ini Jawaban Bos PLN bendera Pakistan (pixabay.com/SyedWasiqShah)

Pakistan mengalami krisis listrik nasional sehingga membuat sebagian besar wilayahnya mengalami kegelapan pada awal tahun ini. Gangguan listrik yang menyebabkan pemadaman listrik secara tiba-tiba itu berlangsung pada 9 Januari 2021.

"Jika kita bandingkan dengan Pakistan. Di sana stok energi primer pembangkitnya yaitu gas sangat terbatas," sebutnya.

Ditambah lagi, kata Darmawan, Pakistan sedang mengalami tekanan ekonomi, sedangkan energi primernya didominasi impor tanpa kesiapan pasokan, tidak ada kontrak jangka panjang maka stok pun semakin terbatas.

"Ketika ada fluktuasi demand listrik, maka pasokan kelistrikan akan down dan tidak mampu recover karena tidak cukupnya stok energi primer," tambahnya.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya