RI Butuh Rp3 Ribu Triliun untuk Bikin Bangunan Rendah Emisi

Untuk 10 tahun ke depan

Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebut Indonesia membutuhkan dana sebesar 200 miliar dolar AS untuk membangun bangunan ramah lingkungan (green building). Dana tersebut setara Rp3 ribu triliun (asumsi kurs Rp15 ribu per dolar AS).

"Dalam sepuluh tahun ke depan, dibutuhkan 200 miliar dolar AS untuk memenuhi investasi yang dibutuhkan untuk bangunan berkelanjutan di Indonesia saja," kata Sri Mulyani dalam seminar Energy Efficient Mortgage (EEM) Development Throughout ASEAN Countries, di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (22/8/2023).

1. Bangunan ramah lingkungan perlu ditingkatkan untuk menekan polusi

RI Butuh Rp3 Ribu Triliun untuk Bikin Bangunan Rendah Emisiilustrasi perusahaan (IDN Times/Aditya Pratama)

Pembangunan gedung-gedung baru di Indonesia terus meningkat. Di sisi lain, upaya menuju konstruksi berkelanjutan masih menghadapi berbagai hambatan.

Hambatan finansial yang ditandai dengan tingginya biaya awal, dan terbatasnya akses permodalan masih membayangi upaya Indonesia menciptakan bangunan berkelanjutan dan infrastruktur dengan prinsip efisiensi energi.

"Bangunan berkelanjutan akan meminimalisir kerentanan terhadap banjir, polusi suara dan cahaya, serta meminimalisir polusi emisi, air dan tanah. Bangunan berkelanjutan juga memainkan peran yang sangat penting dalam mencapai target SDGs," tuturnya.

Artinya, pemerintah harus bekerja keras untuk meningkatkan opsi pembiayaan dan mendukung proyek-proyek bangunan berkelanjutan di Indonesia. Tantangan tersebut membutuhkan solusi yang inovatif dan kolaborasi dengan belajar dari negara-negara lain.

Baca Juga: Menkeu Beberkan Alasan Laju Ekonomi 2024 Melambat

2. Pemerintah gunakan instrumen yang dimiliki untuk menjawab tantangan pendanaan

RI Butuh Rp3 Ribu Triliun untuk Bikin Bangunan Rendah EmisiMenteri Keuangan Sri Mulyani dalam seminar Energy Efficient Mortgage (EEM) Development Throughout ASEAN Countries, di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (22/8/2023). (youtube.com/Ministry of Finance Republic of Indonesia)

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menyadari pembiayaan bangunan inovatif dan ramah lingkungan sangat penting untuk mentransformasi ekonomi Indonesia. Hal itu termasuk sektor konstruksi yang perlu dirancang untuk menjadi bangunan yang lebih ramah lingkungan.

"Melalui instrumen keuangan inovatif, insentif fiskal kami, kami memiliki kekuatan untuk membuka jalan bagi perubahan yang berkelanjutan," tuturnya.

Kewenangan yang dimiliki pemerintah dapat menjadi instrumen yang begitu penting sebagai katalisator untuk melakukan transformasi, juga dapat menarik lebih banyak pembiayaan hijau dan investasi dalam bangunan hijau dan efisiensi energi.

Skema pemerintah juga memiliki kapasitas untuk mempercepat transisi menuju praktik konstruksi berkelanjutan dengan meningkatkan persyaratan pinjaman dan memitigasi risiko investasi swasta melalui instrumen seperti jaminan pemerintah.

3. ASEAN Infrastructure Fund didorong untuk pembiayaan hijau

RI Butuh Rp3 Ribu Triliun untuk Bikin Bangunan Rendah EmisiIlustrasi Uang. (IDN Times/Aditya Pratama)

Di kawasan ASEAN, Indonesia juga mengupayakan infrastruktur yang berkelanjutan dengan didukung oleh pembentukan ASEAN Infrastructure Fund (AIF), yang mengalami transformasi dengan penyelarasan terutama terkait urgensi penyediaan pembiayaan hijau.

Salah satu inisiatifnya adalah fasilitas ASEAN Catalytic Green Finance Facility (ACGF). Fasilitas tersebut telah diluncurkan di bawah ASEAN Infrastructure Fund untuk mendukung pemerintah di Asia Tenggara, terutama dalam mempersiapkan dan membiayai proyek-proyek infrastruktur yang mendorong kelestarian lingkungan dan berkontribusi terhadap tujuan perubahan iklim.

"Inisiatif ini, yang didukung oleh tim yang disebut Financer Partner ACGF, kini telah mendorong pemberdayaan pemerintah ASEAN dalam perjalanan kita untuk mencapai pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan," tambah Sri Mulyani.

Baca Juga: Bos Bank Sentral dan Menkeu ASEAN Soroti Melambatnya Ekonomi China

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya