Sering Cemas saat Kerja Hybrid? Yuk, Terapkan 5 Tips Ini

Kecemasan bisa ganggu produktivitas kerja

Jakarta, IDN Times - Ternyata tak sedikit pekerja yang mengalami kecemasan (anxiety) ketika bekerja secara hibrida, yaitu perpaduan antara bekerja di kantor dan jarak jauh. Model kerja hibrida berkembang setelah terjadi pandemik COVID-19, di mana orang-orang membatasi jarak fisik.

Menurut Laporan Khusus Indeks Tren Kerja terbaru dari Microsoft, 87 persen karyawan menyatakan bahwa mereka tetap produktif saat bekerja secara hibrida. Namun, menariknya 48 persen dari karyawan tersebut dilaporkan mengalami kelelahan.

Hal itu menunjukkan bahwa ada kesenjangan antara bagaimana produktivitas diukur dan dikomunikasikan, yang semakin merenggangkan hubungan antara perusahaan dan karyawan.

Dilansir Indeed, banyak pekerja hibrida yang dapat mengembangkan kecemasan mengenai apakah mereka melakukan pekerjaan yang cukup, dan apakah atasan mereka senang dengan hasil kerja mereka.

Nah, untuk membantu meringankan kecemasan akan performa kerja seperti itu, ada lima tips untuk membantu pekerja memulai keseimbangan kehidupan kerja yang lebih sehat sebagai karyawan hybrid.

Baca Juga: 7 Tren Kerja Hybrid yang Perlu Kamu Tahu, Kerja Jarak Jauh Fleksibel!

1. Menjadi berbasis proyek

Sering Cemas saat Kerja Hybrid? Yuk, Terapkan 5 Tips IniIlustrasi work from home (freepik.com/freepik)

Dengan banyaknya perusahaan yang berfokus pada jumlah jam kerja, mungkin mudah untuk terus menerus berpikir, "Apakah saya sudah bekerja cukup lama hari ini?" Tentu saja, jika kamu dibayar per jam atau perusahaan kamu menggunakan perangkat lunak pelacakan produktivitas tertentu, hal itu mungkin penting.

Namun, bagi banyak pekerja, fokus pada proyek yang sedang dikerjakan dan mengerjakannya sesuai urutan prioritas dapat meringankan beban produktivitas.

Hal itu sebagaimana diungkapkan oleh editor West Coast Media Jobs dan asisten profesor di Annenberg Media Center USC, Mallory Carra.

"Manajemen kami mengharuskan kami untuk menghasilkan sepuluh artikel berita setiap harinya. Sangat menyenangkan memiliki target seperti ini, sedangkan tempat lain di mana saya pernah bekerja tidak memilikinya. Meskipun terkadang hal ini sedikit membebani, saya selalu tahu persis apakah tim saya berkinerja baik atau buruk," kata Mallory.

Jadi, sarannya adalah jangan terlalu fokus pada jam kerja, namun fokuslah pada jumlah artikel yang ditulis, jumlah panggilan telepon atau email yang dikirim, jumlah data yang dimasukkan, atau sasaran apa pun yang sesuai dengan pekerjaan kamu.

Baca Juga: Mengenal Istilah Buruh, Pekerja, Tenaga Kerja, Karyawan, dan Pegawai 

2. Menetapkan tujuan proyek yang realistis dengan manajer kamu

Sering Cemas saat Kerja Hybrid? Yuk, Terapkan 5 Tips Iniilustrasi work from anywhere (pexels.com/Samson Katt)

Ketika bekerja di lingkungan yang lebih berbasis proyek, penting bagi kamu untuk berkomunikasi dengan manajer untuk mencapai tujuan yang realistis setiap hari, minggu, bulan, dan tahun, serta jangan lupa untuk memperhitungkan hal-hal yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

"Jika kami mengalami minggu yang sepi berita atau saya terikat hampir sepanjang hari di sebuah acara jamuan pers, saya akan mencoba mengkomunikasikan hal itu kepada para manajer saya," kata Mallory.

"Kami juga akan mencoba mencari solusi, kami memiliki berkas artikel cadangan yang bisa kami ambil saat terdesak," sambungnya.

Manajer dan pekerja sama-sama perlu mengetahui apa yang diperlukan untuk menyelesaikan sebuah proyek, dan memiliki kesadaran akan potensi penghambat dalam menyelesaikan tugas.

Tidak ada orang yang sempurna, dan baik atasan maupun karyawan tidak boleh berharap untuk mencapai target 100 persen setiap saat. Bersikap komunikatif dan memiliki rencana cadangan bisa sangat membantu.

Seorang penulis lepas dan pembuat film, Robert Tiemstra juga menceritakan pengalamannya. Dia sering menemukan bahwa para manajer memberikan tenggat waktu yang terlalu ketat atau terlalu longgar.

"Karena manajer kamu mungkin tidak mengetahui apa yang ada di dalam tugas yang diberikan, maka terserah kamu untuk mengomunikasikannya dengan mereka. Merupakan bagian normal dari sebuah proyek untuk menyesuaikan tenggat waktu jika cakupan pekerjaan lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya," ujarnya.

Jika pemberi kerja kurang memahami hal itu, kamu harus menyadarkan mereka. Jangan takut untuk mendiskusikan kekhawatiran kamu secara terbuka dengan manajer. Bersikaplah terbuka untuk berkompromi saat bekerja sama untuk menemukan solusi terbaik.

Baca Juga: 15 Cara Nego Gaji saat Interview yang Bisa Kamu Terapkan

3. Atur sendiri jadwal kamu

Sering Cemas saat Kerja Hybrid? Yuk, Terapkan 5 Tips Iniilustrasi work from anywhere (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Banyak pekerja jarak jauh atau hibrida yang baru pertama kali bekerja mungkin meremehkan kebutuhan akan struktur hari kerja yang ditetapkan sendiri. Meskipun fleksibilitas kerja jarak jauh atau kerja hibrida merupakan bonus utama, namun mematuhi jam kerja yang teratur dapat sangat meningkatkan produktivitas.

Salah satu alat untuk melakukan hal ini adalah teknik pomodoro, irama kerja populer yang membuat karyawan beristirahat sejenak setiap jam. Menurut Cornell Health, penelitian telah menunjukkan bahwa beristirahat sejenak dapat meningkatkan produktivitas dan fokus.

Jika metode tersebut tidak sesuai dengan gaya kerja kamu, cobalah pemblokiran waktu. Tetapkan waktu yang berbeda untuk setiap tugas, bisa berapa lama pun yang menurut kamu sesuai untuk menyelesaikan pekerjaan.

Kemudian, susunlah blok-blok waktu tersebut di kalender harian kamu dan aturlah timer agar kamu tetap berada di jalur yang benar. Kamu mungkin akan menemukan bahwa jadwal tersebut memotivasi kamu untuk menyelesaikan pekerjaan dengan kecepatan yang lebih efisien.

Kamu juga bisa memulai dari yang kecil dengan menggunakan aturan dua menit. Jadi, kamu bisa memulai hari kerja dengan menyelesaikan tugas apa pun yang membutuhkan waktu dua menit atau kurang. Tugas-tugas kecil tersebut bisa bertambah menjadi banyak pekerjaan yang harus diselesaikan sebelum kamu menyadarinya.

Studi dari Dr. Anders Ericsson mengungkapkan bahwa orang yang sangat sukses jarang bisa bekerja lebih dari 4 hingga 5 jam dengan fokus setiap hari. Meskipun hal itu mungkin tidak realistis bagi kebanyakan orang, ada baiknya untuk mencatat waktu di mana kamu paling fokus dan mencoba menyelesaikan pekerjaan terbaik di waktu tersebut. Kamu bisa menyisakan waktu lainnya untuk rapat dan email.

Kamu sebaiknya jangan menunda-nunda pekerjaan sepanjang hari dan kemudian bekerja keras di malam hari. Itu tidak bagus untuk tingkat stres kamu.

4. Pisahkan ruang kerja dan ruang keluarga

Sering Cemas saat Kerja Hybrid? Yuk, Terapkan 5 Tips Inihttps://unsplash.com/@mimithian

Ini adalah kesalahan pekerja jarak jauh pertama kali yang mudah dilakukan. Mungkin kamu tergoda ketika bisa bekerja dari rumah, memilih duduk di sofa sebagai tempat yang paling kamu anggap nyaman.

Universitas Boston memberikan sepuluh alasan ergonomis yang bagus mengapa kamu tidak boleh melakukan hal tersebut. Dalam hal ini, tulang belakang, pergelangan tangan, dan sistem pencernaan kamu akan berterima kasih jika kamu menggunakan kursi kantor. Namun lebih jauh lagi, mempertahankan ruang meja kerja, entah itu di ruangan lain, atau secara harfiah di sebelah sofa, dapat membantu produktivitas kamu.

"Pastikan kamu memiliki ruang yang berbeda untuk melakukan berbagai jenis pekerjaan. Sulit untuk menjadi kreatif di tempat yang sama dengan tempat kamu tidur," kata Tiemstra.

Mallory juga merekomendasikan untuk memisahkan ruang kerja dari area hiburan. Sebab, akan sangat sulit untuk mengakhiri hari jika kamu tidak memberikan batasan pada tempat kamu bekerja.

"Pekerjaan terjadi di meja kerja kamu, dan selesai saat kamu beranjak ke sofa," ujarnya.

Oleh karena itu, ini bukan hanya tips produktivitas, tetapi juga tips keseimbangan kerja atau kehidupan.

5. Berlatihlah untuk mencatat

Sering Cemas saat Kerja Hybrid? Yuk, Terapkan 5 Tips Inipexels.com/Ivan Samkov

Dengan adanya pemutusan hubungan kerja massal di bidang teknologi dan di tempat lain pada tahun 2022 dan sekarang 2023, mungkin sulit untuk tidak merasa cemas dengan kinerja pekerjaan kamu.

Namun, jika kamu membiarkan kecemasan menguasai pikiran, hal itu dapat dengan cepat menyebabkan bencana. American Psychological Association mendeskripsikan catastrophizing sebagai pemikiran bahwa hasil terburuk yang mungkin terjadi dari tindakan tertentu atau dalam situasi tertentu.

Sangat mudah untuk memikirkan setiap kesalahan kecil di tempat kerja hingga kamu yakin bahwa manajer membencimu dan akan memecatmu kapan saja. Namun tentu saja, hal itu jarang terjadi. Setiap atasan yang beretika pasti ingin kamu sukses.

Salah satu cara untuk mengatasi kecemasan kamu adalah melalui latihan mindfulness yang dikenal sebagai "mencatat". Aplikasi meditasi populer, Headspace, menggambarkan pencatatan sebagai proses yang lembut untuk mengidentifikasi pikiran-pikiran yang mengganggu saat muncul dalam pikiran.

Daripada melarikan diri dari pikiran, atau mengejarnya, kamu cukup mencatat apa pikiran atau emosi itu, dan kembali fokus pada masalah yang ada.

Jadi, ketika kamu memiliki pikiran cemas di kepala kamu yang mengatakan "Saya akan dipecat," kamu dapat dengan tenang mengatakan pada diri sendiri bahwa itu adalah kecemasan.

Dan bukan berarti kecemasan tidak pernah dibenarkan. Kita sering merasa cemas karena ada sesuatu yang tidak beres. Namun, itu semua tergantung pada cara kita menanggapinya.

Pada akhirnya, kecemasan akan performa kerja hanya akan menghalangi kamu untuk sukses dalam pekerjaan hibrida. Meskipun kesadaran diri yang sehat selalu merupakan hal yang baik, akan lebih produktif jika kamu menetapkan tujuan yang jelas dengan atasan, memastikan kamu mencapainya, dan melakukannya dengan cara yang mendorong kesehatan fisik dan mental.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya