Bank Indonesia Proyeksi Suku Bunga The Fed Sentuh 6 Persen Akhir Tahun

Suku bunga The Fed saat ini 5,25-5,5 persen

Jakarta, IDN Times - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, memperkirakan suku bunga The Federal Reserve atau The Fed bisa menyentuh 6 persen hingga akhir tahun. Kenaikan suku bunga merupakan respons The Fed untuk meredam inflasi di negeri Paman Sam.

Untuk diketahui, suku bunga The Fed saat ini di kisaran 5,25 persen hingga 5,5 persen. Kemudian, inflasi Amerika Serikat (AS) per Juli 2023 masih berada di level 3,2 persen.

"Ini menyebabkan kemungkinan Fed Fund Rate (suku bunga acuan The Fed) kemungkinan bisa 5,75 persen tahun ini, bahkan juga bisa 6 persen dan kemungkinan juga masih akan tinggi sepanjang 2024 atau higher for longer. Kondisi ini menjadi tantangan global," ujar Perry dikutip pada Rabu (30/8/2023).

1. Dolar AS menguat, stabilitas rupiah harus dijaga

Bank Indonesia Proyeksi Suku Bunga The Fed Sentuh 6 Persen Akhir TahunKaryawati menghitung uang rupiah dan dolar AS di salah satu bank di Jakarta, Kamis (10/9/2020). ANTARA FOTO/Reno Esnir

Ia menjelaskan, tantangan ekonomi global semakin tidak mudah seiring melemahnya pertumbuhan ekonomi global, yang disertai tingginya inflasi dan penguatan dolar AS.

"Dolar sangat kuat, tempo hari (indeks nilai tukar) pernah melemah 101 (poin), sekarang 103, bahkan kemarin 104, berarti dolar itu yang paling kuat di dunia dan kenapa kami harus mempertahankan stabilitas nilai tukar," ujarnya.

Baca Juga: OCBC NISP, Bank Pertama di Indonesia yang Punya Tabungan Emas Digital

2. Akhir tahun, rupiah diproyeksi tembus Rp15.200 per dolar AS

Bank Indonesia Proyeksi Suku Bunga The Fed Sentuh 6 Persen Akhir TahunIlustrasi Dollar dan Rupiah (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Lebih lanjut, BI memprediksi nilai tukar rupiah tahun ini berkisar Rp14.800-Rp15.200 per dolar AS.

Namun, tahun depan rupiah bisa menguat ke Rp14.600-Rp15.100 per dolar AS. Faktornya adalah inflasi rendah, pertumbuhan ekonomi tinggi, kebijakan parkir devisa hasil ekspor dan imbal hasil surat utang yang menarik investor.

"Secara keseluruhan, kami akan terus menjaga kebijakan moneter untuk untuk tetap pro-stability, tidak hanya tentang suku bunga. Tapi ada juga mengenai intervensi di pasar valuta asing, dan term deposit devisa hasil ekspor, sekuritas rupiah BI dan local currency settlement (LCT) kami perluas di ASEAN untuk untuk sistem pembayaran," tegas Perry.

3. Kebijakan makroprudensial pro-growth

Bank Indonesia Proyeksi Suku Bunga The Fed Sentuh 6 Persen Akhir TahunIlustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Sementara itu, sisi makropundesnsial akan diarahkan pro-growth. Bahkan, BI juga baru saja mengeluarkan insentif likuiditas kepada bank yang menyalurkan kredit ke sektor prioritas, yakni hilirisasi minerba, pertanian, perikanan, maupun perumahan.

"Kami tambahkan likuiditas Rp49,7 triliun mulai Oktober sehingga bisa mendoorong pertumbuhan ekonomi," tegasnya.

Baca Juga: Jadi Gubernur BI Periode Kedua, Segini Harta Perry Warjiyo

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya