Komut BNI Beberkan Tantangan Perbankan Bisa Tetap Resilience Tahun Ini

Risiko siber hingga fraud harus diwaspadai

Jakarta, IDN Times - Komisaris Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BNI) Agus DW Martowardojo mengakui, tugas yang cukup menantang di tahun ini adalah menjaga kondisi perbankan untuk resilience. 

Ia menjelaskan, kondisi ekonomi global di masing-masing negara memiliki tantangan yang bervariasi, sehingga perbankan di Indonesia perlu menyiapkan berbagai strategi untuk dapat menjaga ketahanan kinerja.

"Terdapat beberapa risiko yang harus diantisipasi oleh perbankan guna memastikan perusahaannya tetap sustain," jelasnya dalam keterangan tertulis, Kamis (17/8/2023).

Baca Juga: Ciri-Ciri Penipuan Bermodus Perbankan yang Perlu Kamu Waspadai

1. Perbankan harus kategorikan risiko secara tepat

Komut BNI Beberkan Tantangan Perbankan Bisa Tetap Resilience Tahun IniIlustrasi Gedung BNI. (Dok. BNI)

Menurut Agus, perbankan harus mampu mengategorikan risiko secara tepat mulai dari durasi hingga magnitude risiko terhadap kinerja.

“Memang kita harus bersama-sama menjaga bank agar resilience. Ke depan yang perlu kita antisipasi cukup banyak risiko. Risiko ini bisa dibagi menjadi 1 sampai 2 tahun, 3 sampai 5 tahun dan 5 tahun ke atas. Perbankan harus mampu menganalisa di tiga aspek yang sangat krusial mulai dari credit risk, cyber risk dan fraud risk,” ungkapnya.

Terkait dengan risiko kredit, kata Agus, perbankan harus menjaga fungsi intermediasinya dalam kualitas terbaik.

Credit risk ini, tidak hanya harus menjaga kreditnya tumbuh, tetapi juga harus memastikan kualitasnya terjaga agar kinerja dapat lebih berkelanjutan,” katanya.

Baca Juga: Bunga dan Biaya Kartu Kredit BNI, Berminat?

2. Waspadai risiko siber di sistem perbankan

Komut BNI Beberkan Tantangan Perbankan Bisa Tetap Resilience Tahun Iniilustrasi penjahat siber (pexels.com/Mikhail Nilov)

Selain itu ada risiko siber, Agus berharap perbankan dapat mengelola teknologi informasi secara baik. Terlebih perbankan mulai memiliki banyak channel digital, yang semakin membuat perbankan mudah terpapar risiko.

“Cyber risk itu hubungannya sama dengan kita menggunakan teknologi informasi. Pada saat sekarang di era digital, teknologi informasi ini malah dapat menjadi risiko, dan dampak dari hal ini kita sudah lihat di mana-mana,” kata Agus.

3. Risiko fraud dapat terjadi dari sisi internal dan eksternal

Komut BNI Beberkan Tantangan Perbankan Bisa Tetap Resilience Tahun Iniilustrasi penipuan (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Lebih lanjut, Agus menekankan bahwa risiko fraud dapat terjadi baik dari sisi internal dan eksternal. Bahkan, dengan channel digital perbankan yang semakin terbuka, pihak eksternal memiliki kemampuan untuk membuat risiko fraud semakin besar.

“Perlu dicatat pula bahwa di kisaran 1 sampai 3 tahun itu ada risiko reputasi dari dampak era digital. Kita menjalankan ekosistem digital ini sangat mungkin ada kegagalan dan membawa reputasi pada bank. Kita juga harus menjaga sisi reputasi ini,” ungkapnya.

Baca Juga: Jadi Komisaris, Agus Marto Sebut Anak Muda di GOTO Bekerja Militan

Topik:

  • Dwifantya Aquina
  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya