Citi Indonesia Ramal The Fed Kembali Kerek Suku Bunga

Suku bunga The Fed diprediksi mencapai 5,75 persen

Jakarta, IDN Times - Kepala Ekonom Citi Indonesia, Helmi Arman, memprediksi The Federal Reserve (The Fed) masih akan menaikkan suku bunga acuannya. Setidaknya, menurut Arman, The Fed mau menaikan suku bunga acuan sekali lagi, sebesar 25 bps pada November 2023.

The Fed sebenarnya sudah menaikkan suku bunga sebanyak 11 kali hingga Juli 2023. Saat, ini suku bunganya berada pada level 5,25-5,5 persen. Dengan potensi kenaikan ini, maka suku bunga The Fed diprediksi berada pada level 5,75 persen.

"Perkiraan kami, The Fed masih akan naik sekali lagi. Sehingga, suku bunganya menjadi 5,75 persen, tapi di November 2023. Jadi ada agak berbeda dengan konsensus yang di September 2023," jelasnya dalam Konferensi Pers Pemaparan Ekonomi dan Kinerja Keuangan Citi Indonesia, Kamis (10/8/2023).

1. Pertumbuhan ekonomi AS alami soft landing

Citi Indonesia Ramal The Fed Kembali Kerek Suku Bungailustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Aditya Pratama)

Helmi menjelaskan, ekonomi AS berpotensi mengalami skenario soft landing yakni inflasi di AS turun secara gradual, namun tidak menimbulkan resesi. Namun dampak dari skenario ini, suku bunga AS tidak akan cepat diturunkan atau sering disebut higher for longer.

"Hal ini akan berimplikasi bagi kita di Indonesia, yakni suku bunga tidak lagi memiliki selisih yang besar terhadap suku bunga dolar," ujar Helmi.

Menurutnya apabila AS mengalami soft landing maka akan berdampak pada merosotnya aliran modal asing masuk (capital inflow) ke pasar keuangan Indonesia dan negara berkembang lainnya. Alhasil, Bank Indonesia masih harus melakukan intervensi untuk menstabilkan nilai rupiah.

"Kami rasa penurunan suku bunga di Indonesia akan dilakukan secara hati-hati dan tak terburu-buru. Terlebih, jika diliat pertumbuhan PDB di Indonesia, relatif kuat jadi tidak ada urgensi yang tinggi," jelasnya.

Baca Juga: BI Ramalkan The Fed Kerek Lagi Suku Bunga di September

2. Ekonomi dunia masih susah diprediksi

Citi Indonesia Ramal The Fed Kembali Kerek Suku BungaIDN Times/Arief Rahmat

Kondisi ekonomi dunia, menurut Helmi, masih menantang karena nilai perdagangan barang di dunia mengalami kontraksi, bukan hanya harga komoditas yang lebih rendah dari tahun lalu.

"Ada tren belanja konsumsi seluruh dunia pasca COVID-19 diarahkan ke sektor jasa dibandingkan barang," jelasnya. 

Lalu, tantangan lainnya berkaitan dengan realisasi pemulihan ekonomi China yang justru lebih lemah pasca berakhirnya pandemik COVID-19. Sektor properti, mengalami tren sesaat dalam proses pemulihannya. Belakangan, momentumnya kembali melemah.

"Volume ekspor Indonesia ikut turun. Tapi, turun enggak terlalu dalam. Memang ada beberapa sektor untuk ekspor cukup terdampak seperti tekstil, sepatu, dan mebel, mengalami pertumbuhan negatif," ujarnya. 

Baca Juga: The Fed Diproyeksikan Masih Kerek Suku Bunga Tahun Ini

3. Pertumbuhan ekonomi China lebih lemah dari perkiraan

Citi Indonesia Ramal The Fed Kembali Kerek Suku Bungailustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Aditya Pratama)

Biro Statistik Nasional China pada Senin (17/7/2023) melaporkan pertumbuhan PDB sebesar 6,3 persen pada kuartal II/2023 (year-on-year/yoy). Angka ini lebih lemah dari perkiraan.

Pun, angka itu menunjukkan lemahnya belanja konsumen dan pasar properti. Sementara, produksi di level industri meningkat.

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya