Pelajaran Kolapsnya SVB, Bank Jago Tekankan Pentingnya Diversifikasi  

Jangan taruh semua dana dalam satu keranjang

Jakarta, IDN Times - PT Bank Jago Tbk (ARTO) menyebut kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB) dapat menjadi pelajaran penting bagi perbankan agar melakukan diversifikasi dalam penempatan dananya.

Direktur Utama Bank Jago, Kharim Siregar, mengatakan salah satu faktor dari kasus SVB yakni sebagian besar penempatan dananya kepada obligasi atau surat utang (bonds). Sedangkan di Bank Jago, strategi diversifikasi telah dijalankan melalui kemitraan yang saat ini tercatat mencapai 38, sehingga seluruh pendanaan dari nasabah disalurkan menjadi pinjaman kepada mitra-mitra tersebut, sehingga risiko bisa lebih terdistribusi dengan baik melalui strategi diversifikasi.

"Semua pendanaan nasabah yang masuk ke Bank Jago di bagi dua, yakni disalurkan ke pinjaman karena ada 38 partner, sehingga risiko terdistribusi dengan baik untuk hindari jangan sampai ada kejadian (dana) ditaruh semua dalam satu keranjang. (SVB) menjadi pelajaran penting dari run the bank responsibility with should always diversifikasi. Diversifikasi Bank Jago cukup baik dan tentunya tidak akan terdampak," tegasnya dalam Konferensi Pers, Jumat (17/3/2023). 

1. SVB tidak berdampak ke perbankan domestik

Pelajaran Kolapsnya SVB, Bank Jago Tekankan Pentingnya Diversifikasi  Kinerja Bank Jago 2022 (IDN Times/Triyan)

Di samping itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga telah merespons kondisi yang terjadi pada SVB. Dengan begitu, OJK meyakini keruntuhan SVB tidak akan berdampak terhadap perbankan di Indonesia.

"OJK sudah merespons kondisi tersebut, tidak akan ada imbas kepada Indonesia khususnya bank-bank seperti Bank Jago yang berbasis teknologi," ujarnya.

Baca Juga: Bank Jago Bukukan Laba Sebelum Pajak Rp20 Miliar pada 2022

2. Bank Jago jaga pertumbuhan berkualitas

Pelajaran Kolapsnya SVB, Bank Jago Tekankan Pentingnya Diversifikasi  Kinerja Bank Jago 2022 (IDN Times/Triyan)

Sementara itu, Wakil Direktur Utama Bank Jago, Arief Harris, menyebutkan walaupun berbasis teknologi, Bank Jago tidak melupakan bisnis intinya sebagai perbankan yang harus menjaga manajemen krisis, neraca keuangan, dan kepercayaan nasabah.

"Suka tidak suka, bank ini adalah industri yang berdasarkan trust. Apa yang terjadi di SVB adalah contoh kalau industri keuangan atau perbankan sudah tidak mendapatkan trust dari depositor," ujar Arief.

Menurutnya, Bank Jago sejak awal telah memiliki filosofi untuk mempertahankan kepercayaan nasabah dengan berusaha agar tidak boleh mengalami kerugian, tetapi bertumbuh secara berkualitas.

"Kami itu ingin pertumbuhan seimbang. Kami ingin aset dan jumlah nasabah tumbuh, tapi dalam waktu bersamaan harus dijaga. Artinya, tidak dengan cara menghabiskan atau bakar uang. Kebanyakan mungkin fintech atau startup yang lain tumbuh dengan bakar uang. Mereka berikan insentif luar biasa agar tertarik memakai, tapi selalu punya filosofi kehilangan uang, tapi saat ini situasi pun berubah di mana investor lebih menuntut kepada keuntungan," tegasnya.

3. Laba Bank Jago sebelum pajak sentuh Rp20 Miliar

Pelajaran Kolapsnya SVB, Bank Jago Tekankan Pentingnya Diversifikasi  Ilustrasi investasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Adapun Bank Jago juga mencatatkan laba sebelum pajak mencapai Rp20 miliar pada akhir Desember 2022 atau tumbuh dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp9 miliar.

Kemudian, untuk penyaluran kredit dan pembiayaan syariah Bank Jago tumbuh 76 persen menjadi Rp9,43 triliun dibandingkan 2021 yang sebesar Rp5,37 triliun. Sedangkan dari sisi pendanaan, Bank Jago berhasil menghimpun DPK sebanyak Rp8,27 triliun per akhir 2022 atau meningkat 125 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp3,68 triliun.

Arief menyatakan yang terpenting bagi perbankan saat ini adalah manajemen risiko dengan menciptakan pertumbuhan yang tidak hanya pesat tapi juga berkualitas, seperti melihat dari rasio kecukupan modal (CAR) maupun rasio kredit bermasalah (NPL).

"Walaupun kami masih baru, target dari awal harus untung, kecil juga tidak apa-apa. Kami jaga capital, modal jangan berkurang, itu yang kami jaga keseimbangan antara pertumbuhan dan keuntungan," ujarnya.

Baca Juga: Stress Test BI, Bank Nasional Tahan dari Kejatuhan 3 Bank di AS

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya