Pemerintah Baru Tarik Utang Rp198,9 Triliun

Penarikan utang turun berkat penerimaan negara

Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan, Sri Mulyani, mengatakan pemerintah baru menarik utang Rp198,9 triliun hingga akhir September 2023. Penarikan utang ini baru terealisasi 28,6 persen dari target Rp696,3 triliun.

"Target pembiyaan Rp696,3 triliun sampai September, tapi realisasi masih sangat kecil. Pembiayaan utang Rp198,9 triliun dari alokasi pembiayaan utang dalam UU APBN 2023," ujarnya dalam Konferensi Pers APBN KiTa, Rabu (25/10/2023).

1. Penerbitan SBN netto turun 61,5 persen (yoy)

Pemerintah Baru Tarik Utang Rp198,9 TriliunIlustrasi obligasi (IDN Times/Aditya Pratama)

Ani, sapaan akrabnya, merinci penurunan hingga 58,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang mencapai Rp480,4 triliun.

Lebih rinci, penarikan utang melalui penerbitan SBN (netto) mencapai Rp181,4 triliun atau sudah mencapai 25,4 persen terhadap pagu dalam APBN. Penerbitan utang melalui SBN juga mengalami penurunan hingga 61,5 persen.

Kemudian, pinjaman sebesar Rp17,4 triliun atau tumbuh 83,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

"Sedangkan pinjaman yang ini berasal dari bilateral multilateral untuk September 2022 negatif 16,6 persen, tapi bulan lalu terealisasi Rp17,4 triliun. Jadi insight sisi pinjaman positif," jelasnya.

Baca Juga: 60 Negara Terjebak Persoalan Utang, Indonesia Aman?

2. Dinamika pasar SBN dipengaruhi tekanan global

Pemerintah Baru Tarik Utang Rp198,9 TriliunKonferensi Pers APBN KiTa edisi September. (IDN Times/Triyan)

Ia menjelaskan, dinamika pasar SBN akibat tekanan global yang mempengaruhi kinerja penerbitan SBN terus diantisipasi dan dimitigasi, termasuk melalui sinergi kebijakan dengan BI.

"Pengadaan utang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan tahun 2023 dan antisipasi tantangan tahun 2024," tegasnya.

3. Defisit anggaran diperkirakan capai 2,3 persen terhadap PDB

Pemerintah Baru Tarik Utang Rp198,9 TriliunIDN Times/Arief Rahmat

Menurut Menkeu, pembiayaan anggaran yang menurun tajam pada bulan lalu disebabkan oleh realisasi penerimaan negara yang lebih besar dari belanja negara.

Adapun hingga September, penerimaan negara sebesar Rp2.035,6 triliun atau tumbuh 3,1 persen (yoy). Sedangkan belanja negara Rp1.967,9 triliun dan tumbuh 2,8 persen (yoy). Dengan demikian, APBN hingga September masih mencatatkan surplus Rp67,7 triliun atau 0,32 persen terhadap PDB.

"Sampai akhir September kondisi APBN surplus, namun dalam hal keseluruhan pembiayaan below the line kami berpedoman ke APBN 2023," tegasnya.

Realisiasi defisit APBN 2023 diperkirakan akan lebih rendah dari outlook laporan semester I 2023 sebesar 2,3 persen terhadap PDB. Proyeksi ini lebih kecil dari target defisit dalam APBN sebesar 2,84 persen terhadap PDB. 

Menurutnya, penerimaan yang disumbangkan dari pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak diperkirakan akan lebih tinggi dari perkiraaan awal.

"Namun, sisi lain kita juga sekarang meningkatkan kewaspadaan karena pasar surat berharga negara atau bond di level global alami dinamika dan volatilitas cukup tinggi. Jadi kami harus sangat hati-hati dalam kelola utang dan penerbitan utang dikaitkan dengan outlook defisit, alhamdulilah alami penurunan," jelasnya.

Baca Juga: Perpanjang Bansos Beras, Sri Mulyani Tambah Anggaran Rp2,67 Triliun

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya