Penyaluran Bantuan Pangan Beras Tahap Pertama Capai 96 Persen

Bantuan telah diberikan kepada 20,5 juta KPM

Jakarta, IDN Times - Realisasi penyaluran bantuan pangan beras tahap pertama atau sampai dengan 15 Mei 2023, mencapai 96 persen atau sebanyak 205.000 ton beras. Bantuan ini diberikan kepada 20,5 juta keluarga penerima manfaat (KPM).

Bahkan untuk mendorong efektivitas pendistribusian, penyaluran tahap kedua juga sudah mulai berjalan. Penyaluran tahap kedua saat ini telah terealisasi 19 persen.

Baca Juga: Soal Impor Beras, Zulhas: Mentan Bilang Surplus tapi Beras Bulog Habis

1. Bantuan pangan beras terdistribusi merata hingga wilayah terluar Indonesia

Penyaluran Bantuan Pangan Beras Tahap Pertama Capai 96 PersenBeras medium Bulog untuk kegiatan ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga (KPSH). (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) atawa National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan, pemerintah memastikan bantuan pangan beras terdistribusi secara merata sampai ke daerah terluar Indonesia.

Menurut Arief, penyaluran bantuan pangan beras untuk 21,3 juta KPM di 38 provinsi yang dilakukan Perum Bulog sampai saat ini masih terus berjalan. Sehingga, pendistribusian bantuan dilakukan secara merata termasuk ke wilayah-wilayah yang dekat dengan perbatasan terluar Indonesia.

“Untuk sejumlah provinsi yang terletak di dekat perbatasan terluar Indonesia seperti Aceh, Kepulauan Riau, Kalimantan Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), Maluku, Papua Barat, Papua Barat Daya, dan Papua Selatan penyaluran tahap pertama sudah rampung 100 persen. Artinya semua KPM yang tersebar di berbagai kabupaten/kota di provinsi tersebut telah menerima bantuan beras 10 kg tahap pertama,” ujar Arief dalam keterangan tertulis, Kamis (17/5/2023).

Adapun terdapat beberapa provinsi lainnya yang berada di wilayah Indonesia Timur segera menyusul 100 persen penyaluran. Di antaranya Maluku Utara tahap pertama ini telah terealisasi 95 persen, Papua Pegunungan telah terealisasi 79 persen, Papua Tengah telah terealisasi 76 persen dan Nusa Tenggara Timur (NTT) telah terealisasi 42 persen.

2. Kondisi geografis jadi tantangan distribusi wilayah terluar Indonesia

Penyaluran Bantuan Pangan Beras Tahap Pertama Capai 96 Persenilustrasi pembagian bansos (IDN Times/Aditya Pratama)

Khusus untuk wilayah terluar, Arief mengakui kondisinya geografis menjadi tantangan tersendiri. Namun, hal tersebut sudah dimitigasi sebelumnya oleh NFA, Bulog, dan operator logistik PT Post Indonesia (Persero) dan dua mitra lainnya.

"Pendistribusian kita dorong untuk percepatan di seluruh wilayah. Kita juga minta Tim NFA secara konsisten turun memantau pendistribusian terutama di wilayah terluar, mengingat program ini sangat strategis untuk menjaga daya beli masyarakat dan pengendalian inflasi sesuai arahan Bapak Presiden,” ungkap dia.

Baca Juga: Erick Thohir Ungkap Alasan Perpanjang Buwas sebagai Dirut Bulog

3. Perangkat desa miliki peranan penting untuk proses penyaluran beras

Penyaluran Bantuan Pangan Beras Tahap Pertama Capai 96 Persentips menghilangkan kutu beras (vecteezy.com/Nai Sukanant)

Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan NFA Rahmi Widiriani melakukan pemantauan langsung ke titik penyaluran, di Desa Seraya Meranu, Manggarai Barat-NTT, Senin (15/5) lalu. Dalam tinjauannya tersebut, Rachmi mengatakan, penyaluran bantuan beras di desa yang terletak di Pulau Seraya Besar NTT tersebut berjalan lancar.

“Kita sudah cek langsung, pada tahap pertama, sejumlah 780 kg Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang dikelola BULOG disalurkan kepada 78 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di desa tersebut,” tuturnya.

Untuk kelancaran penyaluran bantuan di daerah yang sulit di jangkau, Rachmi menekankan pentingnya peran Kepala Desa dan Perangkat Desa dalam proses penyaluran beras.

Peran ini mulai dari pendataan dan penginformasian kepada KPM, hingga mendukung proses penyerahan bantuan sampai ke tangan KPM, sehingga manfaat program ini benar-benar dirasakan.

Rachmi menambahkan, dengan bantuan beras sejumlah 10 kg per bulan, diharapkan anggaran keluarga yang sebelumnya digunakan untuk membeli beras, dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan lain dalam bentuk makanan bergizi tambahan atau untuk kegiatan produktif.

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya