Rupiah Masih Lesu di  Level Rp15.341,5 per Dolar AS

Rupiah melemah 26,5 poin

Jakarta, IDN Times - Kurs rupiah melemah sepanjang Selasa (15/8/2023). Rupiah tak berdaya melawan dolar Amerika Serikat hingga akhir perdagangan, ditutup pada level Rp15.341,5 per dolar Amerika Serikat (AS).

Dilansir Bloomberg, rupiah melemah 0,17 persen atau 26,5 poin dibandingkan dengan penutupan di hari sebelumnya sebesar Rp15.315 per dolar AS.

1. Rupiah gak sendirian

Rupiah tidak melemah sendirian. Sebab, mayoritas mata uang di kawasan Asia ikut melemah terhadap dolar AS.

Ringgit Malaysia menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia setelah ambles 0,50 persen atas dolar AS. Disusul, yuan China yang turun 0,42 persen.

Berikutnya, won Korea Selatan sudah ditutup koreksi 0,37 persen dan baht Thailand melemah 0,35 persen. Lalu ada yen Jepang yang tertekan 0,05 persen. Selanjutnya, dolar Singapura turun 0,10 persen dan dolar Hongkong koreksi 0,04 persen .

Cuma peso Filipina, mata uang di kawasan Asia yang menguat terhadap dolar AS. Peso Filipina ditutup dengan penguatan tipis 0,04 persen.

Baca Juga: Masih Tertekan, Rupiah Bisa Tembus Rp15.400 per Dolar AS

2. Data ekonomi China mengecewakan

Analis Pasar Mata Uang, Lukman Leong, mengatakan rupiah beserta mata uang Asia lainnya pada umumnya melemah terhadap dolar AS karena data ekonomi China yang mengecewakan. Dengan fakta tersebut, ekspektasi pasar begitu terpengaruh.

"Data terbaru menunjukkan produksi industri dan penjualan ritel yang naik jauh di bawah harapan," jelasnya kepada IDN Times, Selasa (15/8/2023). 

Sementara itu, faktor data neraca dagang Juli yang disampaikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), mencapai 1,31 miliar dolar AS. Artinya, Indonesia lebih banyak melakukan ekspor dibandingkan impor.

Meski masih mencatatkan surplus, BPS mencatat capaian tersebut lebih rendah dibandingkan dengan Juli 2023 dan 2022. Secara kumulatif, Januari hingga Juli 2023, surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai 21,24 miliar dolar AS atau lebih rendah sekitar 7,88 miliar dolar AS dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

"Dari domestik, impor dan ekspor Indonesia masih terus mengalami penurunan walau masih lebih baik dari perkiraan. Namun, cadangan devisa hanya bertambah 1,3 miliar dolar AS, atau jauh di bawah harapan untuk 2,5 miliar dolar AS," ujarnya. 

3. BI beberkan faktor penyebab rupiah lesu

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), Edi Susianto, menyampaikan, ada beberapa sentimen yang memengaruhi pelemahan rupiah terhadap dolar AS. Pertama, kebijakan The Fed yang diproyeksi akan tetap hawkish dengan menaikkan suku bunga.

"Laju ekonomi China mengalami perlambatan atau di bawah ekspektasi pasar," jelasnya kepada IDN Times, Senin (13/8/2023).

Tak hanya itu, sentimen juga berasal dari pernyataan Bill Gross, fair yield surat utang AS tenor 10 tahun akan berada di level 4,5 persen, sementara posisi yield saat ini berada di 4,09 persen.

"Artinya, membangun ekspektasi pasar obligasi pemerintah akan mengalami bearish market. Saham banyak mengalami pelemahan di perdagangan Asia," ujarnya.

Meski demikian, BI berupaya untuk menstabilkan rupiah dengan masuk ke pasar baik di pasar valuta asing maupun DNDF untuk memastikan keseimbangan permintaan dan distribusi terjaga dengan baik, serta tidak terjadi gejolak nilai tukar tinggi. 

Baca Juga: 4 Faktor yang Dapat Memengaruhi Kurs Valuta Asing 

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya