Rupiah Menguat di Level Rp15.190 per Dolar AS Sore Ini

Bath Thailand menguat paling besar

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs Rupiah menguat pada penutupan perdagangan, Rabu (9/8/2023) sore di level Rp15.190 per dolar Amerika Serikat (AS). 

Mengutip Bloomberg, Rupiah menguat sebanyak 28 poin atau 0,18 persen pada penutupan sore ini, dibandingkan penutupan perdagangan pada Selasa (8/9/2023) kemarin yang berada pada level Rp15.218 per dolar AS. 

Baca Juga: Rupiah Menguat Tipis ke Level Rp15.215,5 per Dolar AS

1. Bath Thailand menguat paling besar

Lebih rinci, Rupiah menguat bersama mayoritas mata uang lainnya di kawasan Asia, mulai dari Bath Thailand mencatat penguatan terbesar 0,44 persen, kemudian Ringgit Malaysia menguat 0,32 persen, Dolar Taiwan menguat 0,31 persen. 

Selanjutnya Yuan China menguat 0,30 persen, dan Dolar Singapura menguat 0,26 persen. 

2. Pergerakan indeks harga konsumen China pengaruhi laju Rupiah

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan, pergerakan Rupiah sepanjang hari ini dipengaruhi oleh indeks harga konsumen (CPI) China yang menyusut 0,3 persen dalam 12 bulan. 

Di sisi lain, pejabat China mengatakan bahwa penurunan tersebut hanya bersifat sementara. Alhasil data tersebut masih mengisyaratkan memburuknya kondisi ekonomi di negara tersebut. 

"Inflasi IHK di China tumbuh sedikit di bulan Juli dari bulan sebelumnya, sementara inflasi indeks harga produsen juga menyusut dengan laju yang lebih lambat. Pembacaan tersebut mendorong beberapa optimisme atas kenaikan inflasi China selama beberapa bulan mendatang, terutama di Beijing meluncurkan lebih banyak langkah stimulus," ucapnya. 

3. Data neraca dagang China indikasikan perlambatan ekonomi

Analis Sinarmas Futures, Ariston Tjendra mengatakan, data neraca perdagangan China mengindikasikan pelambatan aktivitas ekonomi di Negeri Tirai Bambu.

"Masih adanya potensi kenaikan suku bunga acuan AS dengan data tenaga kerja AS yang terlihat masih cukup solid," jelasnya.

Pelaku pasar masih menunggu data penting yaitu data inflasi konsumen AS yang akan disampaikan pada Kamis (10/8/2023) malam.

"Data ini bisa mengubah persepsi pasar mengenai kebijakan moneter AS selanjutnya, yang tentunya mempengaruhi pergerakan nilai tukar terhadap dolar AS," pungkasnya.

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya