Terlemah di Asia, Rupiah Lesu ke Level Rp14.742 per Dolar AS

Rupiah melemah 38 poin

Jakarta, IDN Times - Pergerakan kurs rupiah di pasar spot masih tertekan pada akhir perdagangan, Senin (4/3/2024), rupiah spot ditutup di level Rp14.742 per dolar Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data Bloomberg, laju rupiah pun melemah 38 poin atau 0,24 persen dibandingkan penutupan Jumat (1/3/2024) di level Rp15.704 per dolar AS. 

Baca Juga: Istri Orang Terkaya Asia, Nita Ambani Jadi Bos Media Raksasa di India

1. Ringgit paling kuat di kawasan Asia

Adapun hingga 15.00 WIB, mayoritas mata uang di kawasan menguat. Di mana, ringgit Malaysia menjadi mata uang dengan penguatan terbesar di Asia setelah melonjak 0,34 persen. 

Selanjutnya, won Korea Selatan dan dolar Taiwan yang sama-sama sudah ditutup dengan menanjak 0,28 persen. Disusul, baht Thailand yang terkerek 0,19 persen. Kemudian peso Filipina yang ditutup naik 0,07 persen dan dolar Singapura yang terangkat 0,07 persen.

Dolar Hongkong yang terapresiasi 0,02 persen. Kemudian, rupee India terlihat menguat tipis 0,01 persen terhadap the greenback pada sore ini. Sementara itu, yen Jepang berada satu tingkat lebih baik dari rupiah setelah koreksi 0,13 persen, diikuti yuan China yang melemah 0,03 persen. 

2. Rupiah ditopang rilis data ekonomi AS yang melemah

Pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra mengatakan rupiah menguat sepanjang hari ini. Hal ini ditopang oleh faktor rilis data ekonomi AS yang melemah

"Rupiah berpotensi menguat karena berpeluang mendapatkan sentimen positif dari rilis data ekonomi AS yang melemah di Jumat malam pekan lalu," ucapnya.

Baca Juga: Daftar 42 Uang Rupiah yang Ditarik BI 1992-2023, Cek Cara Tukarnya!

3. Ekspektasi pemangkasan suku bunga makin kuat

Di sisi lain, pelemahan data AS di akhir pekan ini menguatkan ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan AS setelah sebelumnya data indikator inflasi AS, PCE Price Index bulan Januari juga menunjukkan penurunan ke kisaran 2,4 persen dari sebelumnya 2,6 persen. 

"Tapi di sisi lain, persoalan kenaikan inflasi dalam negri dan isu twin deficit yang memberikan sentimen negatif, bisa menahan penguatan rupiah," ucapnya.

Baca Juga: Pasar Uang Ketat: Pengertian, Efek, Kebijakan dan Dampaknya

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya