Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi logo Intel (pexels.com/Clément Proust)
ilustrasi logo Intel (pexels.com/Clément Proust)

Intinya sih...

  • Pemerintah AS dorong produksi chip domestik lewat Intel

  • Intel hadapi kerugian besar dan rencana restrukturisasi

  • SoftBank suntik dana dan AS ubah arah kebijakan industri

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengumumkan kesepakatan dengan CEO Intel, Lip-Bu Tan. Pemerintah AS akan membeli 10 persen saham perusahaan chip tersebut senilai sekitar 10 miliar dolar AS (setara Rp163 triliun), berdasarkan valuasi Intel yang hanya sedikit di atas 100 miliar dolar AS.

Trump menjelaskan isi pembicaraannya dengan Tan.

“Saya bilang, saya pikir kalian harus membayar kami 10 persen dari perusahaan kalian,” kata Trump dikutip CNN.

Ia menambahkan, pihak Intel langsung menyetujuinya.

Dilansir dari CNA, kesepakatan ini berawal dari pertemuan pada 11 Agustus 2025, setelah Trump sebelumnya menyerukan agar Tan mundur karena dugaan keterkaitan dengan perusahaan China.

1. Pemerintah AS dorong produksi chip domestik lewat Intel

Ilustrasi chip (pexels.com/Pok Rie)

Kesepakatan saham ini dipandang sebagai langkah memperkuat produksi semikonduktor dalam negeri yang vital bagi keamanan nasional. Pasalnya, chip digunakan di berbagai produk penting mulai dari mobil, ponsel, peralatan medis, hingga senjata.

Sebagian besar chip saat ini masih diproduksi di Taiwan oleh Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC).

Investasi pemerintah dalam Intel menggunakan dana dari CHIPS and Science Act yang disahkan pada 2022 di era pemerintahan Joe Biden. Menteri Perdagangan, Howard Lutnick, menegaskan komitmen tersebut.

“Kami harus mendapatkan saham ekuitas untuk uang kami. Jadi kami akan memberikan uang yang sudah dijanjikan di bawah pemerintahan Biden. Kami akan mendapatkan ekuitas sebagai imbalannya,” ujar Lutnick kepada CNBC.

Gedung Putih memusatkan dukungan pada pabrik Intel di Ohio yang sempat tertunda pembangunannya. Menteri Keuangan, Scott Bessent, menambahkan bahwa tujuan utamanya adalah memperkuat basis produksi dalam negeri.

“Amerika harus mendapatkan manfaat dari kesepakatan ini,” ucapnya.

2. Intel hadapi kerugian besar dan rencana restrukturisasi

ilustrasi portofolio investasi (pexels.com/Artem Podrez)

Intel yang dulu jadi pemain dominan kini tertinggal dari TSMC akibat teknologi chip yang ketinggalan zaman. Perusahaan itu mencatat kerugian 18,8 miliar dolar AS (setara Rp307 triliun) pada 2024, pertama kali sejak 1986. Tan yang baru menjabat CEO pada Maret 2025 segera meluncurkan rencana restrukturisasi, termasuk memangkas 15 persen karyawan dan menghentikan sementara pembangunan pabrik Ohio yang dikenal sebagai Silicon Heartland.

Fasilitas di Ohio itu awalnya dirancang untuk memproduksi chip mutakhir, termasuk untuk kecerdasan buatan (AI). Namun, jadwal operasi mundur hingga 2030 meski sebelumnya sudah mendapat hampir 8 miliar dolar AS (setara Rp130 triliun) dukungan dari CHIPS Act.

Masih ada pertanyaan apakah investasi pemerintah mampu membuat Intel kembali diminati pelanggan. Bessent menegaskan pemerintah tidak akan menekan perusahaan lain agar membeli chip Intel.

“Hal terakhir yang akan kami lakukan adalah memberikan tekanan, mengambil saham dan kemudian mencoba mencari pelanggan,” ujarnya.

3. SoftBank suntik dana dan AS ubah arah kebijakan industri

ilustrasi dolar (pexels.com/Pixabay)

Pada 18 Agustus 2025, SoftBank Group asal Jepang menyuntikkan dana 2 miliar dolar AS (setara Rp32,6 triliun) ke Intel atau sekitar 2 persen saham. Langkah ini mencerminkan perubahan arah kebijakan industri AS yang kini lebih aktif terlibat di sektor strategis.

Pada awal Agustus 2025, Nvidia dan Advanced Micro Devices (AMD) sepakat membayar 15 persen dari penjualan chip mereka di China kepada pemerintah AS sebagai syarat mendapatkan lisensi ekspor.

Menurut sejumlah sumber, pemerintahan Trump juga tengah mempertimbangkan langkah serupa di sektor penting lainnya. Diskusi dengan Intel sendiri masih berjalan karena Tan belum memberikan komitmen resmi terkait kesepakatan tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team