Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam peluncuran lembaga baru Central Counterparty (CCP) pada hari ini, Senin (30/9/2024). (Dok/Screenshot).
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan beberapa dampak dari penyelenggaraan pemilu presiden di Amerika Serikat ke pasar keuangan domestik.
Ia menjelaskan telah melakukan kalkulasi terhadap berbagai kemungkinan. Salah satunya, dolar AS menguat dan kebijakan suku bunga The Fed yang akan bertahan tinggi, apabila hasil pilpres AS dimenangkan Donald Trump.
"Perhitungan sementaranya Trump unggul dan prediksi-prediksi dari pasar dan kami juga melihat kemungkinan-kemungkinan akan menyebabkan mata uang dolar akan kuat, suku bunga AS akan tetap tinggi dan tentu saja perang dagang berlanjut,” kata Perry dalam Rapat Kerja Komisi XI DPR RI, Rabu (6/11/2024).
Ia menjelaskan dolar yang kuat dapat memberikan tekanan pada mata uang negara-negara berkembang (emerging markets), termasuk Indonesia. Dampak lainnya, bila tingkat suku bunga yang tinggi di AS dapat menarik modal keluar dari negara berkembang, termasuk Indonesia, karena investor mencari imbal hasil yang lebih tinggi di pasar AS.
"Dinamika ini yang akan berdampak ke seluruh negara khususnya emerging market. Termasuk Indonesia, yaitu satu tekanan-tekanan terhadap nilai tukar, kedua arus modal, dan ketiga adalah bagaimana ini berpengaruh kepada dinamika ketidakpastian di pasar keuangan,” kata dia.