Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Donald Trump. (instagram.com/realdonaldtrump)
Donald Trump. (instagram.com/realdonaldtrump)

Intinya sih...

  • Trump menilai Powell membuat AS kalah bersaing dengan China karena tidak menurunkan suku bunga, yang diungkapkan dalam pertemuan pertama mereka sejak Trump menjabat untuk masa jabatan keduanya.
  • Powell menyampaikan bahwa keputusan kebijakan moneter akan berdasarkan analisis objektif dan non-politis, serta The Fed bertugas mendukung lapangan kerja maksimal dan harga yang stabil.
  • Pertemuan terjadi di tengah ketidakpastian akibat kebijakan tarif Trump yang dianggap berisiko mendorong inflasi, sementara pasar memperkirakan The Fed belum akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat.

Jakarta, IDN Times – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bertemu Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell di Gedung Putih pada Kamis (29/5/2025). Ini adalah pertemuan pertama mereka sejak Trump menjabat untuk masa jabatan keduanya. Pertemuan itu membahas perkembangan ekonomi seperti pertumbuhan, lapangan kerja, dan inflasi.

Dalam konferensi pers, juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt menjelaskan isi pertemuan tersebut.

“Trump memang mengatakan bahwa menurutnya Ketua The Fed melakukan kesalahan dengan tidak menurunkan suku bunga, yang membuat kita kalah bersaing secara ekonomi dengan China dan negara lain,” katanya dikutip dari Fox Business, Jumat (30/5/2025).

Sebelum pertemuan ini, Trump memang beberapa kali menyuarakan desakan serupa lewat akun Truth Social miliknya. Ia menilai Powell seharusnya segera memangkas suku bunga agar ekonomi AS lebih kompetitif.

1. Powell tekankan independensi kebijakan moneter

Di hadapan Trump, Powell menyampaikan bahwa seluruh keputusan kebijakan moneter akan dibuat berdasarkan analisis objektif dan non-politis. Ia menyebut, dirinya dan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) akan menetapkan arah kebijakan sesuai mandat hukum.

Powell berkata kepada Trump bahwa The Fed bertugas mendukung lapangan kerja maksimal dan harga yang stabil. Pernyataan ini menegaskan kembali posisi The Fed yang independen dari tekanan politik, meski berada di bawah sorotan publik dan pasar.

Powell juga tak memberikan prediksi soal arah kebijakan suku bunga dalam waktu dekat. Ia hanya menekankan bahwa jalur kebijakan akan sepenuhnya bergantung pada data ekonomi yang masuk dan bagaimana data itu memengaruhi prospek ke depan.

2. Pasar keuangan tunggu kejelasan arah tarif dan suku bunga

Ilustrasi Suku Bunga (IDN Times/Aditya Pratama)

Pertemuan itu terjadi di tengah ketidakpastian besar akibat kebijakan tarif Trump yang dianggap berisiko mendorong inflasi. Pertemuan ini berlangsung saat The Fed mencoba menyeimbangkan mandatnya menjaga stabilitas harga dan mendorong lapangan kerja penuh.

Trump sebelumnya menetapkan gelombang tarif baru pada awal April dalam momen yang disebutnya sebagai “hari pembebasan.” Langkah itu menyebabkan pasar saham AS jatuh tajam.

“Ini waktu yang SEMPURNA bagi Ketua The Fed Jerome Powell untuk memangkas suku bunga. Dia selalu ‘terlambat’, tapi bisa mengubah citranya sekarang, dan cepat,” tulis Trump dalam unggahannya, dikutip dari The Guardian, Jumat (30/5/2025).

Namun pasar masih memperkirakan The Fed belum akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat. CNBC Internasional mencatat bahwa pelaku pasar berasumsi pemangkasan berikutnya baru mungkin terjadi pada September, melewati pertemuan bulan Juni dan Juli.

3. Kekhawatiran terhadap independensi The Fed kembali muncul

Gedung Marriner S. Eccles Federal Reserve, atau sering disebut Gedung Eccles, berada di Foggy Bottom, Washington, D.C., tepatnya di sudut 20th Street dan Constitution Avenue NW. Arsitek Paul Philippe Cret merancang bangunan bergaya Art Deco ini pada 1935, dan pembangunannya rampung dua tahun kemudian, pada 1937. (AgnosticPreachersKid, CC BY-SA 3.0,via Wikimedia Commons)

Powell sendiri pernah menyatakan bahwa ia tidak akan mengundurkan diri sebelum masa jabatannya habis, meskipun diminta mundur. Ia juga menolak anggapan bahwa presiden punya wewenang untuk memberhentikan dirinya.

Ketegangan antara Gedung Putih dan The Fed kembali memunculkan diskusi soal independensi bank sentral. Sebuah laporan dari Goldman Sachs memperingatkan bahwa tekanan terhadap otonomi kebijakan moneter bisa berdampak negatif terhadap perekonomian.

Pelemahan independensi bank sentral dapat menyebabkan inflasi lebih tinggi, penurunan harga saham, dan melemahnya nilai tukar mata uang. Isu ini menjadi semakin penting di tengah dinamika kebijakan Trump yang agresif.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team