Powell Bela The Fed dan Serukan Integritas di Tengah Serangan Trump

- Ketua The Fed, Jerome Powell, memberikan pidato penting di Universitas Princeton
- Integritas dan pelayanan publik menjadi fokus dalam pidatonya
Jakarta, IDN Times – Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell menyampaikan pidato penuh makna saat menghadiri layanan baccalaureate di Universitas Princeton pada Minggu (25/5/2025), tempat ia lulus 50 tahun lalu. Dalam kesempatan itu, ia memuji pentingnya integritas dalam pelayanan publik dan menyinggung tantangan yang dihadapi The Fed selama pandemik COVID-19.
Pidato tersebut disampaikan setelah berbulan-bulan Powell menerima serangan pribadi dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Dalam pidatonya, Powell mengajak para lulusan untuk menjaga integritas dalam setiap langkah hidup mereka.
“Lima puluh tahun dari sekarang, kalian ingin bisa bercermin dan tahu bahwa kalian melakukan apa yang kalian anggap benar, di setiap bagian hidup kalian. Pada akhirnya, satu-satunya hal yang kalian miliki hanyalah integritas. Jagalah itu baik-baik,” kata Powell, dikutip dari CNN International, Senin (26/5).
Ia menyebut integritas sebagai satu-satunya hal yang tak bisa dibeli. Powell mengatakan, pelayanan kepada sesama adalah peluang yang tak boleh disia-siakan.
1. Trump terus menyerang Powell karena kebijakan suku bunga

Sejak menjabat sebagai Ketua The Fed pada 2018, Powell menghadapi berbagai tantangan besar, termasuk pandemik COVID-19, inflasi tinggi, dan perang dagang global. Namun, salah satu ujian terberat datang dari Presiden Trump yang kerap melontarkan serangan langsung kepadanya.
Trump menyebut Powell sebagai “bodoh”, “pecundang besar”, hingga menjulukinya “Tuan Terlambat.” Trump juga mengatakan, pemecatan Powell tidak bisa datang lebih cepat.
Meski demikian, para pejabat tinggi pemerintah AS telah memperingatkan langkah tersebut bisa memicu kekacauan di pasar keuangan. Di tengah tekanan ini, Powell memilih tetap bungkam. Ketika ditanya apakah akan mundur jika diminta oleh Trump, ia hanya menjawab, “Tidak diizinkan menurut hukum.”
Beberapa waktu setelah pernyataan itu, Trump menyatakan tidak berniat memecat Powell. Namun, ketegangan tetap terasa, terutama setelah The Fed mempertahankan suku bunga di kisaran 4,25 hingga 4,5 persen sejak Januari 2025. Kebijakan ini diambil karena ketidakpastian atas tarif yang diberlakukan Trump dalam perang dagang.
2. Powell buka-bukaan soal masa muda dan kariernya

Dalam pidatonya di Princeton, Powell juga berbagi kisah masa mudanya yang penuh ketidakpastian. Ia mengaku awalnya menganggap jurusan ekonomi sebagai sesuatu yang membosankan dan tak berguna.
Setelah lulus, ia sempat bekerja menempel label di gudang selama enam bulan karena belum memiliki rencana hidup yang jelas. Powell mengenang masa itu sebagai momen yang membentuk dirinya.
“Setelah lulus, saya tidak punya rencana dan tidak punya pekerjaan, dan akhirnya bekerja menempel label di rak di sebuah gudang selama enam bulan. Dalam pandangan sekarang, waktu di gudang itu adalah berkah, dan benar-benar apa yang saya butuhkan,” ujar Powell, dikutip dari Business Insider.
Pengalaman tersebut membawanya ke sekolah hukum di Universitas Georgetown, kemudian bekerja di sektor perbankan dan Departemen Keuangan. Ia diangkat menjadi anggota Dewan Gubernur The Fed oleh Barack Obama pada 2012. Trump kemudian menunjuknya sebagai ketua pada 2017, dan ia kembali dinominasikan oleh Joe Biden pada 2021.
3. The Fed dikritik atas inflasi, tapi Powell tetap membela kebijakan pandemik

Powell juga membela keputusan The Fed saat pandemik, termasuk memangkas suku bunga acuan hampir nol dan membeli triliunan dolar obligasi pemerintah serta sekuritas berbasis hipotek. Langkah ini diambil untuk menjaga suku bunga jangka panjang tetap rendah di tengah ancaman krisis global yang parah.
Ia menggambarkan situasi saat itu sebagai momen kritis yang membutuhkan aksi cepat.
“Kemungkinan terjadinya depresi global yang panjang dan parah menatap kita langsung. Semua orang berpaling ke pemerintah, dan secara khusus kepada Federal Reserve sebagai penanggap utama,” kata Powell, dikutip dari Midland Daily News.
Powell memuji para pegawai karier The Fed yang siap turun tangan menghadapi krisis. Ia juga mengakui The Fed bisa saja menaikkan suku bunga lebih cepat pada 2021, namun menilai langkah-langkah yang diambil telah mencegah skenario ekonomi terburuk.
Di sisi lain, mantan gubernur The Fed, Kevin Warsh, mengkritik lembaga tersebut karena membiarkan inflasi melonjak pada 2022 dan memperluas peran melalui pembelian obligasi yang dinilai membuka celah bagi pemborosan anggaran pemerintah.