Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20250317-WA0006.jpg
ilustrasi kapal tanker Pertamina International Shipping (dok. PIS)

Intinya sih...

  • Prabowo umumkan rencana tambah impor energi dari AS

  • Kementerian ESDM langsung melakukan kalkulasi

  • Pertamina mendukung dengan sejumlah catatan

Jakarta, IDN Times - Pemerintah tengah menguji strategi perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) melalui peningkatan impor minyak dan gas (migas), termasuk liquefied petroleum gas (LPG) dan minyak mentah.

Langkah tersebut merupakan bagian dari respons atas kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan Presiden AS Donald Trump, di mana produk ekspor Indonesia dikenakan bea masuk sebesar 32 persen.

Presiden Prabowo Subianto menawarkan skema dagang timbal balik senilai 17 miliar dolar AS, sebagai upaya menyeimbangkan neraca perdagangan kedua negara.

Strategi tersebut melibatkan koordinasi lintas sektor, mulai dari Kementerian ESDM, Pertamina, hingga DPR. Namun, upaya tersebut tidak berjalan tanpa tekanan waktu. AS telah menetapkan tenggat hingga 9 Juli 2025 untuk menyelesaikan negosiasi dan menentukan kelanjutan kebijakan tarif tersebut.

Dalam tenggat yang semakin dekat, Indonesia menghadapi pertaruhan besar: akankah senjata dagang berupa impor migas cukup efektif melunakkan kebijakan Trump?

1. Prabowo umumkan rencana tambah impor energi dari AS

Presiden Prabowo Subianto dalam Sarasehan Ekonomi di Menara Mandiri Sudirman, Jakarta, Selasa (8/4/2025). (YouTube/Sekretariat Presiden)

Presiden Prabowo menyatakan kesiapan Indonesia meningkatkan impor produk dari AS, termasuk energi, guna menyeimbangkan neraca perdagangan kedua negara. Hal itu disampaikannya dalam Sarasehan Ekonomi bersama pelaku usaha di Menara Mandiri Sudirman, Jakarta, Selasa (8/4/2025).

Prabowo menjelaskan, surplus perdagangan Indonesia terhadap AS yang mencapai 17 miliar dolar AS menjadi alasan Presiden AS Donald Trump menerapkan kebijakan tarif resiprokal. Menanggapi itu, Indonesia menawarkan solusi dagang timbal balik dengan membeli produk-produk asal AS senilai 17 miliar dolar AS.

"Saya tawarin mereka, 17 miliar dolar AS surplus, 17 miliar dolar AS kita akan beli dari Amerika. Kita bukan negara miskin, kita bisa beli 17 miliar dolar AS dari Amerika," ujarnya.

Prabowo menegaskan, pembelian produk dari AS akan diarahkan pada kebutuhan riil Indonesia, seperti LPG, BBM, dan alat teknologi rig pengeboran untuk membuka 10 ribu sumur migas. Selain itu, Indonesia juga membuka peluang impor komoditas pangan seperti kedelai, gandum, dan kapas, serta pesawat terbang.

Dalam menghadapi kebijakan tarif resiprokal AS, Prabowo menyatakan optimistis. Dia telah menugaskan Menteri Koordinator Perekonomian untuk memimpin proses negosiasi dengan pihak AS.

“Saya sangat confident, saya sudah menugaskan Menko Perekonomian, negosiasi,” katanya.

2. Kementerian ESDM langsung melakukan kalkulasi

Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia dalam acara Energi Mineral Forum di Kempinski Jakarta, Senin (26/5/2025). (IDN Times/Trio Hamdani)

Sebagai kelanjutan dari strategi menyeimbangkan neraca perdagangan dengan AS, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengkaji peningkatan impor LPG dan minyak dari AS.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengatakan, peningkatan impor energi dari AS dapat menjadi bagian dari solusi dagang timbal balik antara kedua negara.

“Nah, ini yang kami lagi meng-exercise untuk kemudian dijadikan sebagai salah satu komoditas yang bisa kita beli di Amerika,” kata Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (9/4/2025).

Menurut Bahlil, saat ini 54 persen impor LPG Indonesia berasal dari AS, sedangkan impor minyak baru 4 persen. Pemerintah akan meningkatkan porsi dari AS dengan mengurangi volume impor dari negara lain seperti Singapura, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin.

“Jadi, saya pikir semua ada cara untuk kita menghitung. Dalam bisnis kan yang penting adalah produk yang diterima di negara kita adalah dengan harga yang kompetitif,” kata dia.

3. Pertamina mendukung dengan sejumlah catatan

Kantor Pusat Pertamina di Gambir, Jakarta Pusat. (dok. Pertamina)

Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Simon Aloysius Mantiri, menyatakan dukungan penuh terhadap strategi pemerintah dalam merespons kebijakan geopolitik AS, termasuk dengan mengalihkan sebagian sumber pasokan migas dari negara lain ke AS.

“Kami juga mendukung pemerintah dalam mendorong respons kebijakan geopolitik Amerika Serikat terhadap mitra dagang, yang berdampak langsung pada arus pedagangan migas sebagai bagian dari strategi diplomasi ekonomi untuk menyeimbangkan neraca dagang kedua negara,” kata Simon dalam rapat dengan Komisi V DPR RI, Kamis (22/5/2025).

Simon memastikan peningkatan porsi dari AS tidak akan menambah volume impor secara keseluruhan, melainkan hanya menggeser sumber pasokan dari negara lain seperti Timur Tengah atau Asia.

“Ini bersifat shifting sumber pasokan, bukan penambahan volume impor. Kami tetap berkomitmen menjaga efisiensi volume impor dan memastikan ketahanan energi nasional tetap menjadi prioritas utama,” paparnya.

Pertamina juga sedang melakukan kajian menyeluruh bersama pemerintah, termasuk menjajaki aspek teknis, komersial, dan risiko operasional agar skenario peningkatan suplai dari AS dapat dilaksanakan secara efektif.

“Mencakup aspek teknis, komersial, dan risiko operasional untuk memastikan bahwa skenario peningkatan suplai dari Amerika Serikat dapat dilakukan secara efektif,” tambahnya.

4. Pemerintah diingatkan untuk waspadai risiko

Kapal milik Pertamina International Shipping. (dok. PIS)

Pemerintah berencana mengalihkan impor minyak mentah dan BBM dari Singapura ke AS. Namun, hal itu dinilai dapat memicu tantangan baru bagi Indonesia sekalipun menjadi strategi dagang Indonesia-AS untuk menurunkan tarif ekspor RI sebesar 32 persen.

“Pengalihan impor minyak ke AS memang akan mengatasi masalah defisit neraca perdagangan AS, namun berpotensi menimbulkan masalah baru bagi Indonesia,” kata Pengamat Ekonomi Energi UGM, Fahmy Radhi dalam keterangan tertulis, Selasa (13/5/2025).

Dia menyoroti risiko ketidaksesuaian spesifikasi minyak mentah AS dengan kilang Pertamina, serta keterbatasan pasokan jenis BBM tertentu seperti Pertalite.

“USA belum tentu mampu menyediakan impor Pertalite, yang harus blending, karena tidak dijual di USA,” ujarnya.

Fahmy juga mengingatkan potensi biaya logistik lebih mahal dan perlawanan dari kelompok rente impor BBM yang selama ini diuntungkan dari pasokan Singapura.

“Mafia migas yang selama ini memburu rente impor BBM dari Singapore pasti akan melakukan upaya penghalangan,” ungkapnya.

5. DPR dukung langkah tambah impor migas dari AS

Gedung DPR RI. (IDN Times/Kevin Handoko)

Ketua Komisi XII DPR RI Bambang Patijaya menyatakan dukungan terhadap kebijakan mengalihkan sebagian impor migas ke AS. Dia menilai, kebijakan itu sebagai langkah strategis menghadapi proteksionisme global dan menjaga stabilitas ekonomi nasional.

“Langkah ini tidak hanya membantu dalam diversifikasi sumber energi, tetapi juga menjadi instrumen untuk menyeimbangkan neraca perdagangan bilateral kita dengan Amerika Serikat,” ujar Bambang dalam keterangan tertulis.

Data Kementerian ESDM menunjukkan, Indonesia masih mengimpor sekitar 85 persen dari total konsumsi LPG nasional yang mencapai 8,17 juta ton per tahun. Negara pemasok utama di antaranya AS, Uni Emirat Arab, Qatar, Arab Saudi, dan Aljazair.

“Kami mendukung langkah-langkah yang diambil oleh Menteri Bahlil dalam menjalankan kebijakan Presiden Prabowo menghadapi tantangan perdagangan internasional, dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional dan kesejahteraan rakyat Indonesia,” tegas Bambang.

Dia juga mengingatkan agar kebijakan itu dijalankan dengan prinsip win–win solution, tidak hanya untuk AS sebagai mitra dagang, tetapi juga terhadap negara pemasok lain yang selama ini berperan penting dalam pengadaan energi nasional.

Bambang memastikan Komisi XII DPR RI akan terus mengawal kebijakan tersebut agar implementasinya membawa manfaat maksimal bagi perekonomian nasional dan rakyat Indonesia.

Editorial Team

EditorSunariyah