Fakta dan Sejarah Rohto, Awalnya Jualan Obat Sakit Perut 

Bukan obat tetes mata, bahkan Rohto bikin skin care

Jakarta, IDN Times -  Di Indonesia, bahkan negara asalnya, Jepang, Rohto identik dengan obat tetes mata. Padahal saat ini, perusahaan sudah menghasilkan banyak produk, termasuk skin care. Dan, obat tetes mata bukan yang pertama diproduksi perusahaan bernama Rohto Pharmaceutical Co., Ltd ini.

Rohto yang didirikan lebih satu abad lalu itu awalnya berjualan obat sakit perut. Kini ada empat lini bisnis yang menjadi konsentrasi perusahaan yang bermarkas di Kyoto, Jepang, itu. Semua lini bisnis perusahaan berujung pada kesejahteraan.

Saat IDN Times dan rombongan Rohto Lab Goes Japan mengunjungi laboratorium dan pabrik Rohto di Jepang, pekan lalu, Executive Vice President Rohto Lab Japan Masaya Saito mengatakan, kesejahteraan hanya dapat dicapai ketika kesehatan fisik dan mental, kesehatan sosial, dan kesehatan lingkungan semuanya terpenuhi.

"Kami berkomitmen menciptakan kesejahteraan bersama semua pemangku kepentingan, yakni pemegang saham dan investor, lingkungan global, komunitas nasional dan lokal, mitra bisnis, karyawan dan keluarganya, serta konsumen dan generasi mendatang," kata Saito.

Karenanya, produk yang dihasilkan perusahaan kini juga merambah ke perawatan kulit dan pengobatan regeneratif. Seperti apa perjalanan Rohto yang umurnya sudah lebih dari seratus tahun? Berikut fakta dan sejarahnya:

1. Rohto sudah berumur 123 tahun, awalnya bernama Shintendo Yamada Anmin Pharmacy

Fakta dan Sejarah Rohto, Awalnya Jualan Obat Sakit Perut Produk-produk yang dihasilkan Rohto Pharmaceutical Co., Ltd dari tahun ke tahun. (IDN Times/Umi Kalsum)

Baca Juga: 11 Potret Pabrik dan Laboratorium Rohto Jepang, Nyaman dan Asri Banget

Rohto termasuk salah satu perusahaan farmasi tertua di Jepang yang didirikan Anmin Yamada pada 22 Februari 1899. Sebelum menjadi Rohto Pharmaceutical Co., Ltd pada tahun 1949 dan tercatat di bursa saham Tokyo, perusahaan ini bernama Shintendo Yamada Anmin Pharmacy. Saat didirikan, modalnya hanya 3.000 yen.

Per 31 Maret 2023, modal perusahaan melambung hingga 6.504 juta yen dengan penjualan bersih non konsolidasi mencapai 115.355 juta yen dan konsolidasi sebesar 238.664 juta yen. Sedangkan jumlah karyawan non konsolidasi sebanyak 1.628 orang dan konsolidasi sebanyak 7.176 orang.

2. Kini dikendalikan generasi keempat

Fakta dan Sejarah Rohto, Awalnya Jualan Obat Sakit Perut CEO Rohto Pharmaceutical Co., Ltd Kunio Yamada (dok. Rohto)

Meski usianya sudah lebih seratus tahun, tradisi keluarga Yamada terus dipertahankan di perusahaan. Saat ini Rohto dikendalikan generasi keempatnya, yakni Kunio Yamada yang menduduki posisi Chairman and Chief Executive Officer.

Dalam pesannya yang disampaikan lewat company profile, Yamada mengungkapkan strategi bisnis perusahaan ke depan. Konsep dasarnya, kata dia, menciptakan bisnis yang unik dengan menggabungkan secara organik berbagai bidang kesehatan dan kecantikan sambil melihat perkembangan masyarakat ke depan.

"Lewat langkah-langkah strategis ini, kontribusi perusahaan terhadap peningkatan kesehatan akan terus menjadi kekuatan unik kami di masa depan." 

3. Produk pertama obat sakit perut, bukan tetes mata

Fakta dan Sejarah Rohto, Awalnya Jualan Obat Sakit Perut Ikatsu, produk pertama yang dihasilkan Rohto Pharmaceuticals. Co., Ltd (IDN Times/Umi Kalsum)

Meski dikenal dengan produk tetes matanya, sebetulnya produk pertama yang dijual Rohto di tahun 1899 adalah obat sakit perut dengan merek dagang 'Ikatsu'. Perusahaan meyakini perut yang bermasalah bisa menjadi sarang berbagai jenis penyakit.

Sepuluh tahun kemudian, 1909, barulah diproduksi obat tetes mata sebagai solusi penyakit mata yang marak pada saat itu. Tahun 1975 perusahaan memperoleh hak merek dagang Mentholatum setelah mengakuisisi perusahaan asal AS, The Mentholatum Co., Inc.  Sejak saat itulah perusahaan memasuki pasar perawatan kulit. 

Tahun 2000-an produk skin care yang dihasilkan perusahaan semakin beragam dengan berbagai jenis merek dagang mulai dari Obagi, Hada Labo, hingga Skin Aqua. 

"Rohto Pharmaceuticals mungkin memiliki kesan kuat sebagai 'perusahaan perawatan mata' di Jepang, tetapi sejak tahun 2000-an, 60 persen keuntungan berasal dari bisnis perawatan kulit," kata Executive Vice President Rohto Lab Japan Masaya Saito menjawab pertanyaan IDN Times, pekan lalu.

Tak hanya produk-produk skin care dan tetes mata saja, menurut Saito, perusahaan juga beralih ke produk regenatif, di antaranya berbasis stem cell. Dijelaskannya, saat ini, penemuan dari pengobatan regeneratif bisa digunakan secara terbalik untuk perawatan mata dan perawatan kulit.

"Secara eksternal, Anda mungkin melihat segmen bisnis yang berbeda, namun pada kenyataannya, masing-masing saling terkait erat," ujar Saito.

4. Lebih banyak robot dari pada tenaga manusia

Fakta dan Sejarah Rohto, Awalnya Jualan Obat Sakit Perut Produk eye drops Rohto Pharmacetiucal Co., Ltd (IDN Times/Umi Kalsum)

Dalam proses produksi yang dilakukan di Ueno Techno Center, pabrik perusahaan yang berada di kawasan Iga, prefektur Mie, Jepang,  Rohto kini lebih banyak menggunakan robot ketimbang tenaga manusia. Di area seluas 104.511 meter persegi ini hanya ada 515 karyawan, dan hanya 350 orang yang terlibat dalam proses produksi. Selebihnya mengurus masalah administrasi.

Saat IDN Times melongok pabrik baru yang berada di gedung C, tidak banyak pekerja yang terlihat beraktivitas. Bahkan di tempat produksi skin care yang baru beroperasi pada September 2022 ini, jumlah robot yang bekerja lebih banyak ketimbang tenaga manusia.  Di gedung seluas 24.498 meter persegi ini, hanya terdapat 30 pekerja. 

Menurut Saito, penerapan  artificial intelligence (AI/kecerdasan buatan) ini untuk meningkatkan keselamatan dan efisiensi. "Seperti yang Anda lihat filosofi kami 'Tujuh Janji Rohto', ada kalimat yang berbunyi: 'Orang-orang kami adalah aset terbesar kami. Budaya kerja keras kami, semangat kerja sama yang erat, tekad, semangat, dan kepemimpinan memberikan bahan bakar yang menggerakkan perusahaan'," kata Saito.

"Dengan demikian, sikap dasar pemanfaatan AI adalah mendukung anggota untuk menghindari pemborosan waktu dan lebih efisien untuk lebih meningkatkan nilai,"  Saito menambahkan. 

5. Sebanyak 99,9 persen karyawannya tidak merokok

Fakta dan Sejarah Rohto, Awalnya Jualan Obat Sakit Perut Produk-produk yang dihasilkan Rohto Pharmaceutical Co., Ltd dari tahun ke tahun. (IDN Times/Umi Kalsum)

Selain penerapan AI yang masif, paling menarik dari perusahaan ini adalah 99,9 persen karyawannya tidak merokok. Tentu ini butuh usaha keras. Setidaknya manajemen Rohto mulai menerapkan strategi untuk membantu karyawannya berhenti merokok sejak 1995. Tahun itu mulai diterapkan ruang terpisah untuk merokok. Namun tahun 2007, tempat merokok di area perusahaan dihapus total.

Manajemen juga menerapkan 'permainan' yang diikuti para perokok dengan tujuan agar mereka berhenti merokok, di mana idenya dari usulan para pekerja. "Salah satu alasan kenapa kami bisa bersatu dan menjalani budaya kerja, karena kami mencoba mengubah kesulitan menjadi hiburan, seolah-olah itu (proyek bebas rokok) permainan, dan ini harus dilakukan bersama-sama. Kami memulai dari 'Derby Smoking'," kata Saito.

Di mana para pekerja yang ingin berhenti merokok menyatakan niatnya dan bersaing dengan yang lain untuk melihat siapa yang pertama bisa berhenti merokok. "Karena kami kan membawa pesan kesehatan dan kecantikan, itu gak bisa dimulai kecuali kitanya sehat dulu," katanya.

Jika pada tahun 2017, jumlah perokok di perusahaan masih di angka 11, 6 persen, pada April 2020 angkanya menurun drastis menjadi tinggal 0,1 persen.

Baca Juga: Perjalanan Rohto, Obat Jepang yang Dijual di Indonesia Sejak 1934 

6. Investasi di tiga negara, salah satunya Indonesia

Fakta dan Sejarah Rohto, Awalnya Jualan Obat Sakit Perut Salah satu merek skin care yang diproduksi Rohto Pharmacetiucal Co., Ltd (IDN Times/Umi Kalsum)

Selain di Jepang, Rohto juga berinvestasi dengan membangun pabrik di luar negeri di antaranya China, Indonesia dan Vietnam.  Vietnam menjadi negara pertama yang dilirik untuk pembukaan kantor baru di tahun 1996. 

Tahun itu juga Rohto melebarkan sayapnya ke Indonesia dengan mendirikan PT Rohto Laboratories Indonesia yang menjadi perusahaan pertama di kawasan ASEAN yang memproduksi dan menjual lensa intraokular (IOL), yang digunakan untuk operasi katarak. 

Awal 2000-an, Rohto memutuskan menginvestasikan uang cukup besar di Indonesia untuk membangun pabrik. Pembangunan pabrik dibagi dalam tiga tahap, yakni tahun 2001, 2005, dan 2008. Pabrik obat tetes mata mereka sendiri diinvestasikan mulai 2008, dan mulai produksinya pada 2010. 

Anak-anak usaha di luar negeri ini berkontribusi sebesar 40 persen untuk pendapatan perusahaan.

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya