Rupiah Menguat, Dolar Makin Menjauh dari Rp16.000
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada penutupan perdagangan di pasar spot antarbank Jakarta, Rabu (15/4) menguat 45 poin (0,29 persen). Rupiah berada di posisi Rp15.565 per dolar AS, sementara pada Selasa ada di angka Rp15.610.
Data RTI menunjukkan rupiah pada perdagangan hari ini bergerak fluktuatif di rentang Rp15.550 hingga Rp15.690 per dolar AS sebelum akhirnya ditutup di angka Rp15.565 per dolar AS.
Sementara Bank Indonesia hari ini menetapkan kurs transaksi di angka Rp15.628 untuk beli dan Rp15.785 per dolar AS untuk jual. Sedangkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) ditetapkan Rp15.707 per dolar AS.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi gerak rupiah
Baca Juga: Gubernur BI Semakin Pede Rupiah Bisa Tembus Rp15.000 di Akhir Tahun
Direktur TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Selasa kemarin memperkirakan rupiah bakal menguat hari ini. Kata dia, nilai tukar rupiah dipengaruhi berbagai faktor. Pada faktor internal, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan skenario terberat pada pertumbuhan ekonomi kuartal ke-2 tahun 2020. Pertumbuhan ekonomi diprediksi akan berada di posisi 0,3 persen hingga minus 2,6 persen akibat merebaknya COVID-19.
Di sisi lain, tekanan pertumbuhan ekonomi masih akan berlanjut hingga kuartal ke-3. Namun, ada kemungkinan pertumbuhan ekonomi di kuartal ke-4 akan kembali membaik.
"Secara tahunan, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia berkisar 2,3 persen. Namun skenario terburuk pertumbuhan ekonomi minus hingga 0,4 persen di tahun ini," ungkap Ibrahim dalam keterangan tertulis, Selasa (14/4).
2. Bank Indonesia sudah melakukan antisipasi
Editor’s picks
Untuk menahan jatuhnya pertumbuhan ekonomi, pemerintah akan mengerahkan APBN 2020 pada tiga prioritas. Di antaranya sektor kesehatan, jaring pengaman sosial (social safety net), dukungan kepada dunia usaha dan perkembangan COVID-19 yang berangsur-angsur berkurang.
Selain itu, Bank Indonesia juga tetap mempertahankan suku bunga acuannya di 4,5 persen. Sebab, saat ini fundamental ekonomi masih cukup stabil. Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) hari ini kembali melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi di perdagangan DNDF dan Pasar SUN.
"Walaupun saat ini masa WFH, namun perdagangan tersebut sudah aktif bertransaksi dari pembukaan pagi. Kondisi global akibat pandemi virus corona ini sudah diantisipasi sebelumnya oleh Bank Indonesia, sehingga dengan sigap dan melakukan penjagaan ketat dan ekstra waspada terhadap mata uang garuda," katanya.
Menurut Ibrahim, intervensi yang cukup ketat dan ekstra waspada mampu membawa mata uang Garuda kembali menguat walaupun tipis.
3. Data COVID-19 ikut mempengaruhi rupiah
Sementara, ada beberapa faktor eksternal yang memengaruhi nilai tukar rupiah. Jumlah kasus yang dikonfirmasi oleh WHO dari COVID-19 terus meningkat hingga mendekati dua juta secara global.
Di Eropa, dua negara yang paling terpukul hingga saat ini telah melonggarkan pembatasan mereka. Spanyol telah memungkinkan sekitar 300.000 pekerja tidak penting untuk kembali ke pekerjaan mereka, sementara Italia akan memungkinkan sejumlah kecil perusahaan untuk melanjutkan operasi minggu ini.
Di Amerika Serikat, negara-negara di pantai timur dan barat berkumpul untuk mengoordinasikan pembukaan kembali ekonomi secara bertahap ketika krisis COVID-19 akhirnya tampak surut. Sebaliknya, Prancis memperpanjang pengunciannya hingga 11 Mei. Sementara, Jerman diperkirakan akan melakukan hal serupa akhir pekan ini.
Baca Juga: BI: Cadangan Devisa Tergerus untuk Menstabilkan Rupiah