Ilustrasi pesawat (IDN Times/Arief Rahmat)
Menurut media Selandia Baru, Stuff, pada Kamis (27/5/2021), pemerintah negara itu telah memberikan tambahan 170 juta dolar Amerika Serikat (AS) kepada maskapai dalam bentuk subsidi agar mampu tetap beroperasi hingga Oktober. Bahkan Menteri Transportasi Michael Wood mengatakan akan mempertimbangkan untuk memperpanjang bantuan hingga Maret tahun depan jika diperlukan.
Sebagai bagian dari paket senilai 600 juta juta dolar AS untuk mendukung industri penerbangan melewati COVID-19, pemerintah telah menghabiskan 370 juta dolar AS untuk menjaga bisnis kargo udara tetap beroperasi dengan mensubsidi maskapai penerbangan melalui skema Kapasitas Angkutan Udara Internasional.
Penutupan perbatasan Selandia Baru dan rekor jumlah penumpang yang rendah mengakibatkan penurunan kapasitas kargo udara, dan membuat biaya pengiriman meroket.
Wood mengatakan skema itu direstrukturisasi pada Maret, dan diganti dengan skema Menjaga Konektivitas Udara Internasional, yang memungkinkan dukungan maskapai berkurang seiring bertambahnya jumlah penumpang.
“Mengamankan pemulihan kami adalah fokus utama pemerintah dan kami mengawasi pasar penerbangan internasional dengan cermat,” kata Wood.
Menurut Wood, berkat skema tersebut, kapasitas pengiriman udara berada pada 90 persen dari tingkat sebelum COVID-19. Hal itu telah membantu menjaga saluran perdagangan tetap terbuka dan menjaga pasokan barang-barang penting di masa kritis seperti obat-obatan tetap bisa masuk ke Selandia Baru.
“Sejak Mei tahun lalu, dukungan Pemerintah telah memungkinkan lebih dari 7000 penerbangan yang membawa lebih dari 136 ribu ton pengiriman barang senilai sekitar 10 miliar dolar AS,” jelasnya.
Ia juga menyebut bahwa ada hampir 75 ribu orang kembali ke Selandia Baru dengan penerbangan yang didukung oleh skema tersebut, di mana lebih dari setengah jumlah orang yang harus melewati fasilitas MIQ (isolasi dan karantina terkelola).
“Perjalanan atau pemindahan barang itu tidak mungkin terjadi tanpanya,” katanya.