Antisipasi Antraks, Kementan Vaksinasi Sapi-Kambing di Gunungkidul

Antraks telan tiga korban jiwa di Gunungkidul

Jakarta, IDN Times - Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan vaksinasi kepada hewan khusus ruminansia seperti sapi, kerbau, atau kambing, untuk mengendalikan penyebaran penyakit antraks. Vaksinasi itu dilakukan di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Kasus antraks di Gunungkidul telah menelan tiga korban jiwa, akibat mengonsumsi daging sapi yang mendadak mati dan sudah dikubur. Itu tentu jadi peringatan tersendiri. Dari tiga kasus yang meninggal, satu di antaranya bahkan diambil sampel dan suspek antraks.

1. Penjelasan Kementan soal antraks bisa menular ke manusia

Antisipasi Antraks, Kementan Vaksinasi Sapi-Kambing di GunungkidulVaksinasi sapi, kerbau, hewan di Gunungkidul, Yogyakarta untuk pencegahan antrax. (dok. Kementan)

Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Kementan, Syamsul Ma'Arif, mengatakan antraks adalah penyakit bakterial bersifat menular akut pada manusia dan hewan yang disebabkan oleh bakteri bacillus anthracis yang hidup di tanah. Bakteri ini dapat menyerang hewan pemakan rumput, seperti sapi, kambing, domba, kuda dan lainnya serta dapat menular ke manusia.

"Untuk itu, pelaporan adanya penyakit atau kematian hewan yang tidak biasa, wajib dilakukan oleh pemilik ternak dan perusahaan peternakan untuk menanggulangi penyebaran ternak," kata Syamsul dikutip dari keterangan resmi, Jumat (14/7/2023).

Baca Juga: Cegah Penularan Antraks, Ternak Dusun Kropyak Mulai Disuntik Vaksin

2. Kementan larang masyarakat potong hewan yang terdagnosa antraks

Antisipasi Antraks, Kementan Vaksinasi Sapi-Kambing di GunungkidulVaksinasi sapi, kerbau, hewan di Gunungkidul, Yogyakarta untuk pencegahan antrax. (dok. Kementan)

Syamsul mengharapkan semua pihak bisa bekerja sama utamanya dalam melaporkan hewan yang sedang sakit. Sesuai aspek keamanan pangan, ketika hewan sakit harus dilaporkan ke dikter hewan untuk memastikan bahwa penyakit yang hewan tersebut tidak berbahaya bagi kesehatan masyarakat yang mengkonsumsinya.

“Bila dokter mendiagnosa penyakit tersebut adalah antraks, maka sesuai aturan berdasarkan sifat penyakit maka hewan tersebut dilarang untuk dipotong
dan/atau membuka bangkainya,” ucap Syamsul.

3. Bakteri antraks bisa menyebar lewat udara

Antisipasi Antraks, Kementan Vaksinasi Sapi-Kambing di GunungkidulVaksinasi sapi, kerbau, hewan di Gunungkidul, Yogyakarta untuk pencegahan antrax. (dok. Kementan)

Syamsul mengatakan, bakteri antraks bisa menyebar lewat udara, dan bertahan di lingkungan hingga puluhan tahun.

"Karena bakteri antraks yang keluar dari tubuh akibat dibukanya bangkai, begitu terpapar udara akan segera membentuk spora, di mana spora tersebut akan dapat bertahan di lingkungan hingga puluhan tahun," kata Syamsul.

Spora tersebut akan menginfeksi manusia dan dapat menimbulkan empat tipe penyakit yaitu saluran pencernaan bila masyarakat mengkonsumsi, kulit yang ditunjukkan dengan adanya keropeng khas, paru- paru bila menghirup spora, dan radang otak.

"Kalau hewan sudah mati harusnya langsung dikubur dengan kedalaman tertentu hingga tanah uruknya kira-kira dua meter, agar tidak digali oleh hewan pemakan daging lainnya," kata Syamsul.

Berkaitan dengan hal tersebut, Syamsul mengatakan komunikasi, informasi, dan edukasi, yang sangat masif pada masyarakat sangat penting guna membangun kesadaran akan kesehatan hewan dan menjamin keamanan pangan.

"Penyembelihan hewan di RPH adalah sangat penting untuk memastikan hewan yang disembelih adalah hewan sehat atau tak berpenyakit yang membahayakan kesehatan masyarakat," tutur Syamsul.

Baca Juga: Kondisi Pasien Antraks di RSUD Wonosari‎ Makin Membaik

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya