Bank Dunia Prediksi Ekonomi RI Tumbuh 5,1 Persen Tahun Ini 

Ekonomi RI diprediksi tumbuh 5,3 persen di 2023

Jakarta, IDN Times - Bank Dunia merilis proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia terbaru. Di 2022 ini, perekonomian Indonesia diprediksi tumbuh 5,1 persen.

Bank Dunia melihat momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia terus berlanjut sejak 2021 hingga awal 2022, dengan pertumbuhan sebesar 5,01 persen pada kuartal I-2022.

Baca Juga: Bank Dunia Kucurkan Rp3 T untuk Perbaikan Sistem Angkutan Massal di RI

1. Ekonomi RI pada 2023 diprediksi tumbuh 5,3 persen

Bank Dunia Prediksi Ekonomi RI Tumbuh 5,1 Persen Tahun Ini Ilustrasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Selain itu, Bank Dunia juga memproyeksi perekonomian Indonesia bisa tumbuh hingga 5,3 persen di 2023 mendatang. Proyeksi yang dirilis Bank Dunia dalam laporan Indonesia Economic Prospects itu beriringan dengan adanya tekanan terkait penurunan kondisi ekonomi global, inflasi yang lebih tinggi, dan pengetatan keuangan eksternal yang mulai membebani.

Meski begitu, dikutip dari keterangan resmi Bank Dunia, Rabu (22/6/2022), risiko terhadap prospek terlihat mengarah ke bawah.

Peningkatan permintaan di dalam negeri yang terjadi sejak akhir tahun lalu akan meringankan tekanan yang dirasakan oleh sektor swasta, terutama UMKM yang mengalami kerugian yang tidak proporsional selama pandemik COVID-19.

Pemulihan di dalam negeri juga memungkinkan terjadinya konsolidasi fiskal. Selain itu, Bank Dunia melihat kebijakan moneter di Indonesia terus mengakomodir kondisi yang ada. Oleh sebab itu, menurut Bank Dunia kondisi tersebut memungkinkan terjadinya peningkatan pinjaman dari bank yang mendukung pemulihan ekonomi.

Baca Juga: Bank Dunia Kucurkan Rp8,6 Triliun ke Sri Lanka untuk Atasi Krisis

2. Masih ada ancaman lonjakan harga komoditas

Bank Dunia Prediksi Ekonomi RI Tumbuh 5,1 Persen Tahun Ini Ilustrasi kenaikan harga minyak (IDN Times/Arief Rahmat)

Meski begitu, bayang-bayang lonjakan komoditas masih menghantui duniam termasuk Indonesia. Bank Dunia mengatakan serangan Rusia di Ukraina telah menambah tantangan yang sebelumnya diakibatkan oleh pandemik. Harga komoditas mengalami peningkatan tajam dan tampaknya akan terus berada pada tingkat yang tinggi sampai 2023.

Di sisi lain, menurut Bank Dunia, Indonesia mendapatkan keuntungan jangka pendek dari harga komoditas yang meningkat. Namun, harga-harga di dalam negeri mulai naik dan pendanaan luar negeri menjadi lebih ketat.

Tak hanya itu, kondisi tersebut dinilai akan memicu peningkatan subsidi energi, dan melahirkan halangan bagi kebijakan moneter.

“Pertumbuhan ekonomi Indonesia setelah dimulainya pandemik berlangsung di tengah situasi global yang semakin sulit,” kata Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste, Satu Kahkonen.

Meskipun pertumbuhan diproyeksikan mengalami peningkatan di tahun ini, menurut Satu perkembangan global akan terus menimbulkan risiko terjadinya penurunan yang signifikan, yang dapat berakibat besar bagi pemulihan ekonomi jangka panjang Indonesia.

"Penting untuk mepertahankan reformasi kebijakan struktural untuk mendukung pertumbuhan dan mengurangi ketergantungan kepada stimulus makroekonomi jangka pendek,” ujar Satu.

Dia menilai meskipun subsidi energi dapat membantu menahan lonjakan harga dalam jangka pendek, adanya reformasi subsidi juga tetap diperlukan. Adanya exit plan yang mendorong perubahan dari pemberian manfaat secara umum menjadi dukungan yang lebih terarah untuk masyarakat yang miskin dan rentan.

Baca Juga: 60 Negara Bakal Ambruk akibat Krisis, Jokowi Bingung Berikan Bantuan

3. Sektor keuangan jadi kunci pemulihan dari krisis COVID-19

Bank Dunia Prediksi Ekonomi RI Tumbuh 5,1 Persen Tahun Ini Ilustrasi Bank (IDN Times/Arief Rahmat)

Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia danTimor-Leste, Habib Rab mengatakan, sektor keuangan yang stabil dan berfungsi dengan baik adalah kunci pemulihan dari krisis COVID-19. Begitu juga dengan investasi di bidang-bidang layanan publik, seperti kesehatan dan pendidikan.

“Meskipun sektor keuangan Indonesia telah terbukti dapat bertahan selama pandemik, berbagai upaya lebih lanjut untuk mengatasi kendala struktural perlu dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” ucap Rab.

Untuk melaksanakan hal tersebut, menurutnya diperlukan upaya reformasi yang terarah, yang dapat menjadikan sektor keuangan lebih dalam, lebih efisien, serta lebih tahan banting.

Dalam laporan tersebut, Bank Dunia juga merekomendasikan tiga pilar reformasi untuk memperkuat sektor keungan Indonesia. Pilar pertama difokuskan pada peningkatan permintaan dan penawaran keuangan melalui peningkatan akses dan penggunaan jasa keuangan, perluasan dan peningkatan kualitas produk-produk pasar keuangan, dan mobilisasi tabungan jangka panjang.

Pilar kedua difokuskan pada peningkatkan alokasi sumber daya dengan mendorong persaingan di sektor perbankan, memperkuat kerangka kepailitan, dan memperkuat perlindungan konsumen.

Pilar ketiga difokuskan pada penguatan ketahanan sistem keuangan untuk menghadapi guncangan dengan peningkatan efektivitas pengawasan di sektor keuangan, memperkuat kerangka kesiapan krisis serta resolusinya, dan mendorong pengelolaan risiko terkait iklim dan bencana alam.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya