Di Forum G20, Sri Mulyani Pamer Keberhasilan RI Pulihkan Ekonomi 

Pemerintah gelontorkan Rp656 triliun untuk atasi COVID-19

Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengatakan pemulihan ekonomi Indonesia dirasakan saat ini. Hal itu tercermin dari realisasi pertumbuhan ekonomi 2021 sebesar 3,65 persen. Padahal, di tahun sebelumnya, perekonomian Indonesia masih mengalami kontraksi, alias minus 2,07 persen.

Menurut Sri Mulyani, capaian itu merupakan hasil dari upaya pemerintah menggelontorkan dana sebesar 45,9 miliar dolar AS atau setara Rp656,3 triliun (kurs Rp14.300) untuk mengatasi dampak pandemik COVID-19 tahun lalu.

"Hasilnya di 2021, ekonomi Indonesia telah berhasil tumbuh 3,65 persen, ini setelah mengalami kontraksi pada 2020, minus 2,07 persen," kata dia dalam finance track main and side event G20 yang ditayangkan virtual, Rabu (16/2/2022).

Hal itu diungkapkannya di hadapan Gubernur People Bank of China (PBoC), Yi Gang yang turut hadir dalam rangkaian acara tersebut.

Baca Juga: 5 Manfaat Presidensi G20 Indonesia untuk Milenial dan Gen Z

1. Kinerja sektor perdagangan lampaui capaian sebelum pandemik

Di Forum G20, Sri Mulyani Pamer Keberhasilan RI Pulihkan Ekonomi Ilustrasi ekspor. IDN Times

Dia mengatakan, upaya pemulihan itu turut mengerek bangkitnya sektor-sektor esensial seperti manufaktur, perdagangan, dan juga pertambangan yang turut didorong oleh kenaikan harga komoditas dunia. Bahkan, khususnya perdagangan, sudah mencetak prestasi yang melebihi capaian sebelum pandemik COVID-19.

"Pertumbuhan yang kuat juga terjadi pada sektor-sektor yang sangat penting seperti manufaktur, perdagangan dan juga pertambangan akibat kenaikan harga komoditas. Output perekonomian Indonesia juga sudah mencapai dan melampaui level sebelum pandemik," ucap Sri Mulyani.

2. Pemulihan ekonomi lebih cepat dari kondisi RI saat krisis 1998

Di Forum G20, Sri Mulyani Pamer Keberhasilan RI Pulihkan Ekonomi ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times)

Dengan demikian, dia menilai proses pemulihan ekonomi kali ini lebih cepat dibandingkan saat krisis moneter tahun 1997-1998 lalu.

"Hal ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dengan pemulihan yang cepat. Pencapaian ini dimungkinkan karena basis pemulihan selama pandemik kali ini jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan pengalaman Indonesia sendiri selama krisis keuangan ASEAN pada 1997-1998," tutur mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut.

Baca Juga: Sri Mulyani: Indonesia Lebih Siap Hadapi Tapering Tahun Ini

3. Pemulihan ekonomi dari dampak pandemik harus serentak

Di Forum G20, Sri Mulyani Pamer Keberhasilan RI Pulihkan Ekonomi Ilustrasi ekonomi terdampak pandemik COVID-19 (IDN Times/Arief Rahmat)

Meski begitu, menurut Sri Mulyani, pemulihan ekonomi dari dampak pandemik COVID-19 harus dilakukan bersama-sama dengan negara lain. Dia juga mengajak negara-negara lain untuk selalu siap siaga dalam menghadapi potensi ancaman seperti pandemik COVID-19 di masa depan.

"Kita juga perlu mempersiapkan diri tidak hanya di Indonesia, tetapi juga secara global. Tentang bagaimana kita akan dapat merespons dengan lebih baik untuk pandemik di masa depan," ucap dia.

Baca Juga: BPS: Momentum Pemulihan Ekonomi 2021 Mesti Dijaga pada 2022

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya