Gara-gara Lampu LED-AC Inverter, Konsumsi Listrik di RI Turun

PLN alami kelebihan pasokan listrik di Jawa hingga 6 GW

Jakarta, IDN Times - Penggunaan produk elektronik hemat energi menyebabkan penurunan konsumsi listrik di Indonesia. Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo mengatakan peralihan penggunaan lampu pijar ke LED pada 2015 menyebabkan penurunan konsumsi listrik di dalam negeri.

Selain itu, kemunculan produk AC inverter juga makin mengurangi permintaan listrik ke PLN.

"Ada perubahan dari demand listrik yang tadinya menggunakan lampu pijar menjadi lampu LED, dan itu terjadi besar-besaran di tahun 2015. Maka konsumsi listrik menjadi turun drastis terutama untuk penerangan. Kemudian di saat yang bersamaan juga muncul namanya AC inverter," kata Darmawan dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (5/7/2023).

Baca Juga: Erick Thohir Ajak PLN Kolaborasi dengan Perusahaan Energi Tiongkok

1. Prediksi PLN meleset

Gara-gara Lampu LED-AC Inverter, Konsumsi Listrik di RI TurunPetugas PLN melakukan kunjungan ke rumah pelanggan untuk memberikan pelayanan (dok. PLN)

Pada periode 2009-2017, PLN sendiri memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6,1 persen, dan pertumbuhan permintaan listrik 8,5 persen. PLN juga memprediksi permintaan listrik pada tahun 2014 bisa tembus 35 giga watt (GW). Namun, karena perubahan pola konsumsi produk elektronik tersebut, prediksi itu meleset.

"Kalau kita melihat ini data historis antara 2014 sampai 2019, ternyata pertumbuhan ekonomi Indonesia itu berkisar sekitar 5 persen. Sedangkan pertumbuhan demand listrik kalau dilihat di tahun 2015 ternyata terjadi penurunan luar biasa," ucap Darmawan.

Baca Juga: 4 Fakta Pembangkit Listrik Portable, Solusi saat Tak Ada Listrik

2. Permintaan listrik dari industri juga menurun

Gara-gara Lampu LED-AC Inverter, Konsumsi Listrik di RI Turunilustrasi kawasan industri (unsplash.com/@robin_sommer)

Selain itu, PLN juga melihat sejak tahun 2015, basis perekonomian Indonesia dari sektor manufaktur, berpindah ke saja khususnya sektor pariwisata. Kondisi itu turut menyebabkan penurunan permintaan listrik, khususnya dari industri.

"Jadi kalau kita lihat di tahun 2015 memang pertumbuhan di Malaysia itu menjadi turun, karena itu adalah dari ekonomi Indonesia yang bergeser yang tadinya manufaktur industri kemudian berpindah ke jasa, kemudian ada digital ekonomi, ditambah juga behavior dari demand," ujar Darmawan.

Baca Juga: PLN Prediksi Kebutuhan Listrik Jakarta di Idul Adha Naik 13,19 Persen 

3. PLN kelebihan pasokan listrik

Gara-gara Lampu LED-AC Inverter, Konsumsi Listrik di RI Turun

Penurunan permintaan listrik itu menyebabkan PLN mengalami kelebihan pasokan listrik. Bahkan, pada tahun 2021 saja, PLN mencatat kelebihan pasokan listrik mencapai 6 GW di kawasan Pulau Jawa. Kondisi itu turut menekan kinerja keuangan PLN.

"Jadi di tahun 2021 kami kebebanan dengan penambahan pasokan pada waktu itu diperkiran 7 GW. Sedangkan di saat yang bersamaan penambahan beban hanya di Jawa 1,1 GW, jadi ada kelebihan sekita 6 GW pada waktu itu. Nah tentu saja pada waktu itu diprediksi kondisi keuangan PLN akan ambruk dengan kondisi yang sangat sulit itu," tutur Darmawan.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya