Jumlah Penduduk Miskin di RI 26,5 Juta, Naik Selama Pandemik COVID-19

Jumlah penduduk miskin 2021 lebih tinggi dibandingkan 2019

Jakarta, IDN Times - Jumlah penduduk miskin di Indonesia per September 2021 sebanyak 26,5 juta orang, atau 9,71 persen dari populasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin selama pandemik COVID-19 (2020-2021) naik dibandingkan sebelum pandemik (2019).

Meski begitu, jumlah penduduk miskin pada September 2021 ini turun dibandingkan Maret 2021 dan September 2020. Jumlah penduduk miskin pada September 2021 turun 1,04 juta orang terhadap Maret 2021 yang sebanyak 27,54 juta orang (10,14 persen dari populasi), dan turun 1,05 juta terhadap September 2020 yang sebanyak 27,55 juta (10,19 persen dari populasi).

Adapun jumlah penduduk miskin sebelum pandemik COVID-19, yakni September 2019 ialah 24,78 juta orang, atau 9,22 persen dari populasi. Dengan demikian, jumlah penduduk miskin pada September 2021 naik sekitar 1,72 juta orang dibandingkan September 2019.

"Selama setahun ini penurunan kemiskinan menunjukkan kinerja yang baik, tapi kalau sebelum pandemik masih lebih tinggi," kata Kepala BPS, Margo Yuwono dalam konferensi pers virtual, Senin (17/1/2022).

Baca Juga: Kepala BPS: Upah Buruh Turun secara Riil karena Inflasi

1. Jumlah penduduk miskin paling banyak di Papua

Jumlah Penduduk Miskin di RI 26,5 Juta, Naik Selama Pandemik COVID-19masyarakat Melanesia di Papua Nugini (unsplash.com/Vika Chartier)

BPS mencatat persentase penduduk miskin pada September 2021 ini paling tinggi di Papua, yakni 27,38 persen. Provinsi yang mencatatkan persentase penduduk miskin tertinggi kedua pada September 2021 adalah Papua Barat, yaitu 21,82 persen.

Di urutan ketiga, ada Nusa Tenggara Timur dengan persentase 20,44 persen. Keempat, Maluku dengan persentase 16,3 persen. Kelima, Aceh dengan persentase 15,33 persen.

Baca Juga: Kepala BPS: Upah Buruh Turun secara Riil karena Inflasi

2. Disparitas kemiskinan di kota dan desa masih tinggi

Jumlah Penduduk Miskin di RI 26,5 Juta, Naik Selama Pandemik COVID-19Ilustrasi (IDN Times/Anata)

Hingga September 2021, BPS menemukan bahwa disparitas kemiskinan di perkotaan dan perdesaan masih tinggi. Adapun persentase kemiskinan di perkotaan sebesar 7,6 persen, dan di perdesaan sebesar 12,53 persen.

"Kemiskinan di tingkat desa lebih tinggi dibandingkan di kota. Dan jaraknya cukup lebar. Artinya disparitas kemiskinan perkotaan dan perdesaan masih cukup tinggi," tutur Margo.

Meski begitu, tren penurunan kemiskinan lebih cepat dibandingkan di perkotaan. Jika dibandingkan dengan Maret 2021, persentase kemiskinan di perdesaan turun sebesar 0,57 persen poin. Sementara, di perkotaan turunnya hanya 0,29 persen poin.

"Kalau penurunan kemiskinan di desa lebih cepat dari perkotaan, maka disparitasnya lambat laun akan semakin mengecil," ujarnya.

Baca Juga: BPS: Neraca Perdagangan 2021 Tertinggi dalam 15 Tahun!

3. Garis kemiskinan pada September sebesar Rp486.168 per kapita per bulan

Jumlah Penduduk Miskin di RI 26,5 Juta, Naik Selama Pandemik COVID-19ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

Adapun jumlah penduduk miskin di Indonesia dihitung dari jumlah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan (GK). Nominal garis kemiskinan dipengaruhi oleh berbagai indikator ekonomi, seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi inti, jumlah pengangguran, kinerja ekspor dan impor, Purchasing Managers Index (PMI), dan perkembangan harga eceran beberapa komoditas pokok.

Pada September 2021, garis kemiskinan Indonesia ialah sebesar Rp486.186 per kapita per bulan, naik 2,89 persen dari Maret 2021 yang sebesar Rp472.525 per kapita per bulan.

BPS mencatat, peranan komoditas makanan terhadap garis kemiskinan ialah sebesar 74,05 persen, jauh lebih besar dibandingkan komoditi bukan makanan.

Di Provinsi DKI Jakarta, garis kemiskinan mencapai Rp715.052 per kapita per bulan. Sementara itu, di Sulawesi Barat hanya sebesar Rp384.084 per kapita per bulan.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya