Kementan: Singapura Mau Buka Lagi Impor Daging Babi dari Batam  

Impor babi hidup masih dihentikan

Jakarta, IDN Times - Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan Singapura akan membuka lagi opsi impor babi dari Pulau Batam. Pernyataan itu, menurut Kementan, diperoleh dari hasil diskusi dengan Singapura atas hasil investigasi temuan kasus demam babi Afrika (African Swine Fever/ASF) di Pulau Batam.

“Pertemuan antara Otoritas Veteriner Nasional Indonesia dengan Otoritas Pangan Singapura (Singapura Food Agency/SFA) telah kita laksanakan pada tanggal 28 April 2023 secara daring melalui zoom meeting”, kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian (Kementan), Nasrullah dikutip dari keterangan resmi, Senin (8/5/2023).

Baca Juga: Kemendag Buka Suara soal Singapura Setop Impor Babi dari Batam 

1. Singapura akan impor babi dalam bentuk karkas

Kementan: Singapura Mau Buka Lagi Impor Daging Babi dari Batam  Ilustrasi daging babi. (pixabay.com/Standpoint)

Nasrullah mengatakan, Singapura akan membuka lagi impor babi dari Pulau Batam dalam bentuk karkas alias daging yang sudah dipotong.

“Pada prinsipnya mereka menyatakan siap membuka kembali impor babi dalam bentuk karkas dari Pulau Bulan, Indonesia,” tutur Nasrullah.

Baca Juga: Viral Babi Ngepet di Tangerang Selatan, Polisi: Itu Anjing

2. Singapura masih hentikan impor babi hidup dari Batam

Kementan: Singapura Mau Buka Lagi Impor Daging Babi dari Batam  Penanganan kasus penyebaran demam babi Afrika (African Swine Fever/ASF) di Pulau Bulan, Batam, Kepulauan Riau (Kepri). (dok. Kementan)

Meski begitu, karena temuan ASF, Singapura masih menghentikan impor babi hidup dari Pulau Batam.

"Walaupun untuk sementara ekspor babi hidup dari pulau bulan ditutup karena ASF, tapi ke depan potensi ekspor dalam bentuk karkas masih sangat terbuka," tutur Nasrullah.

Baca Juga: Diterpa Isu Meningitis, Harga Babi di Tabanan Anjlok

3. Kementan konfirmasi temuan ASF pada ternak babi di Batam

Kementan: Singapura Mau Buka Lagi Impor Daging Babi dari Batam  Peternakan babi di Pulau Bulan, Batam, Kepulauan Riau (Kepri). (dok. Kementan)

Tim Investigasi yang terdiri dari staf Direktorat Kesehatan Hewan, Balai Veteriner Bukittinggi, Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Kesehatan Hewan Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) serta Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Tanjung Pinang mengkonfirmasi adanya temuan ASF pada ternak babi di Pulau Batam.

Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian selaku Otoritas Veteriner Nasional Indonesia, Nuryani Zainuddin mengatakan temuan itu diperoleh dari sampel hasil investigasi yang dilakukan sejak 24-28 April 2023 lalu.

“Dari hasil Laboratorium Veteriner Kementan di Bukittinggi mengkonfirmasi memang ditemukan adanya kasus ASF di salah satu perusahaan peternakan yang berdampak terhadap penutupan impor babi hidup dari Pulau Bulan ke Singapura”, ujar Nuryani.

Saat ini, Nuryani mengatakan pihaknya masih melakukan depopulasi, disposal, dan disinfeksi pada ternak babi di Pulau Bulan, Batam.

“Tim kami saat ini juga terus berkoordinasi dengan Otoritas Veteriner Provinsi Kepri dan telah dilakukan pembatasan lalu lintas babi hidup dan produknya dari Pulau Bulan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Selain itu juga dilakukan pengawasan terhadap pelaksanaan depopulasi, disposal dan disinfeksi," kata Nuryani.

4. Langkah antisipasi melalui status peternakan bebas ASF

Kementan: Singapura Mau Buka Lagi Impor Daging Babi dari Batam  ilustrasi babi (pexels.com/Mark Stebnicki)

Nuryani menegaskan, Kementerian Pertanian telah mengantisipasi kemungkinan kejadian kasus ASF di Pulau Bulan tersebut dengan penetapan peternakan menjadi Kompartemen Bebas ASF.

"Kita telah melakukan pendampingan dan penilaian terkait implementasi biosekuriti dan manajemen kesehatan hewan di Pulau Bulan, sehingga kemudian status kompartemen bebas ASF kita berikan," kata Nuryani.

Kementan telah menyetujui adanya 22 unit di dalam peternakan di Pulau Bulan sebagai sub-kompartemen bebas ASF, sehingga apabila ada salah satu unit perusahaan terkena ASF, unit lain yang tidak terkena masih dapat melanjutkan ekspor ke Singapura.

“Kami juga telah berkoordinasi dengan unit perusahaan yang terkena tersebut untuk lebih meningkatkan penerapan biosekuriti dan rencana kontinjensi saat ada kasus sebelum mengajukan kembali sebagai kompartemen bebas ASF, serta melakukan Tindakan Mitigasi dan Linimasa Ekspor," ucap Nuryani.

Menurutnya, perusahaan tersebut sangat koperatif dan telah menindaklanjuti dengan menerapkan kontingensi plans (rencana kontingensi) yaitu melakukan culling pada unit produksi, melakukan proses pembersihan dan desinfeksi pada unit yang telah selesai dilakukan culling sesuai Standar Operasional Prosedur Kompartemen.

“Kita upayakan dengan penerapan sistem sub-kompartemen bebas ASF, maka Indonesia bisa lebih mudah terbebas dari virus ini”, ucap dia.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya