Mendag Bantah Harga Mi Instan Bakal Naik 3 Kali Lipat
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Menteri Perdagangan (Mendag), Zulkifli Hasan alias Zulhas, membantah prediksi harga mi instan bakal naik tiga lipat. Zulhas mengatakan negara-negara produsen gandum kini justru sudah mulai panen, seperti Australia, Kanada, dan Amerika Serikat (AS).
"Nggak. Mudah-mudahan nanti kan, ini kan sudah, dulu kan gagal panennya Australia, Kanada, Amerika ya. Sekarang panennya sukses," kata Zulhas usai menghadiri Launching Ceremony Trade Expo Indonesia ke-37 di kantor Kemendag, Jakarta, Rabu (10/8/2022).
1. Zulhas prediksi harga gandum akan turun pada September mendatang
Selain negara-negara di atas yang akan panen gandum, menurut Zulhas kini pengiriman gandum dari Ukraina sudah mulai pulih. Oleh sebab itu, dia memprediksi harga gandum akan turun pada September mendatang.
"Apalagi sekarang Ukraina sudah boleh jual. Mungkin September trennya akan turun," ucap Zulhas.
Baca Juga: Duh, Mentan Sebut Harga Mi Instan Bisa Naik 3 Kali Lipat!
2. Mentan sebut harga mi instan bakal naik tiga kali lipat
Editor’s picks
Adapun ancaman harga mi instan akan naik tiga kali lipat dilontarkan oleh Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo. Hal itu disebabkan rantai pasok gandum terganggu akibat perang di Rusia dan Ukraina, mengingat kedua negara itu merupakan produsen gandum terbesar di dunia.
"Belum selesai dengan climate change, kita dihadapi dengan perang Ukraina dan Rusia di mana di sana gandum tertimbun 180 juta ton sekarang. Tidak bisa keluar. Jadi hati-hati yg makan mi banyak dari gandum, besok harganya 3 kali lipat itu," kata Syahrul dalam Webinar Strategi Penerapan GAP Tanaman Pangan Memacu Produksi Guna Antisipasi Krisis Pangan Global pada Senin (8/8/2022) lalu.
3. Harga gandum melonjak drastis
Syahrul mengatakan perang antara Rusia dan Ukraina telah menyebabkan lonjakan harga pada gandum. Indonesia yang bergantung pada impor gandum pun terseret hal tersebut.
"Maaf saya bicara ekstrem saja ini. Ada gandumnya tapi harganya akan mahal banget. Sementara kita impor terus nih. Kalau saya sih jelas gak setuju," ujar Syahrul.
Baca Juga: Gandeng Bank Jago, Bibit Luncurkan Fitur Pencairan Instan