PBB: 255 Juta Orang Kehilangan Pekerjaan akibat Pandemik COVID-19

Pemuda dan perempuan paling terdampak

Jakarta, IDN Times - Hasil studi Organisasi Perburuhan Internasional (International Labour Office/ILO) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menemukan bahwa pandemik COVID-19 membuat 8,8 persen jam kerja global hilang pada 2020, dibandingkan dengan kuartal keempat 2019. Angka itu setara dengan 255 juta orang kehilangan pekerjaan penuh waktu (full time).
 
“Kira-kira empat kali lebih besar dari jumlah yang hilang selama krisis keungan global pada 2009. Ini merupakan krisis paling parah bagi dunia sejak the Great Depression tahun 1930,” kata Dirjen ILO Guy Ryder dikutip dari Channel News Asia, Selasa (26/1/2021).
 
Dalam laporan yang dirilis oleh ILO, dijelaskan bahwa setengah dari jam kerja yang hilang dihitung dari pengurangan jam kerja sebagai konsekuensi pembatasan sosial di tengah pandemik.
 
Permasalahan yang juga menjadi sorotan adalah lonjakan angka pengangguran hingga ke titik yang belum pernah terjadi sebelumnya, akibat perampingan perusahaan yang terimbas krisis ekonomi selama pandemik.

Baca Juga: Jumlah Pengangguran di Indonesia Naik Jadi 9,77 Juta Orang

1. PDB Global turun hingga 4,4 persen

PBB: 255 Juta Orang Kehilangan Pekerjaan akibat Pandemik COVID-19Ilustrasi ekonomi terdampak pandemik COVID-19 (IDN Times/Arief Rahmat)

Kemudian, Ryder mengungkapkan bahwa masih ada 81 juta orang lainnya yang tidak terdaftar sebagai pengangguran, tetapi keluar begitu saja dari pasar tenaga kerja. "Entah mereka tidak dapat bekerja, mungkin karena pembatasan pandemik atau kewajiban sosial, atau mereka menyerah mencari pekerjaan," katanya.
 
“Jadi bakat mereka, keterampilan mereka, energi mereka telah hilang, hilang dari keluarga, hilang dari masyarakat kita, hilang dari kita semua."
 
Nilai yang hilang dari apa yang dipaparkan Ryder setara dengan penurunan sekitar 3,7 triliun dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar 4,4 persen dari keseluruhan produk domestik bruto (PDB) global.

2. Kelompok muda dan perempuan paling terdampak

PBB: 255 Juta Orang Kehilangan Pekerjaan akibat Pandemik COVID-19Ilustrasi pekerja pabrik. ANTARA FOTO/Siswowidodo

Kelompok yang paling terdampak krisis ekonomi adalah perempuan dan kelompok muda. Secara global, angka perempuan yang kehilangan pekerjaan pada 2020 mencapai 5 persen, dibandingkan dengan laki-laki sekitar 3,9 persen.
 
Secara statistik, pekerja muda juga lebih rentan kehilangan pekerjaan. Data ILO menunjukkan, mereka yang berusia 15-24 tahun sebanyak 8,7 persen kehilangan pekerjaan pada 2020, dibandingkan dengan 3,7 persen untuk pekerja yang lebih tua.
 
Banyak pula anak muda yang menunda memasuki dunia kerja mengingat kondisi ekonomi yang tidak stabil tahun lalu. “Risiko nyata adalah hilangnya generasi (muda),” tambah Ryder.

3. Pemulihan ekonomi tidak akan berjalan mulus

PBB: 255 Juta Orang Kehilangan Pekerjaan akibat Pandemik COVID-19Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Hampir setahun sejak virus corona ditetapkan sebagai pandemik, secercah harapan muncul karena sejumlah negara telah memulai program vaksinasi nasional. Kendati begitu, ILO memperingatkan bahwa prospek pemulihan pasar tenaga kerja akan berjalan lambat dan penuh ketidakpastian.
 
Laporan ILO juga mendapati ketimpangan permintaan kerja di sejumlah sektor, seperti pembengkakan permintaan kerja di bidang informasi, komunikasi, keuangan, dan asuransi. Pada saat yang sama, peminat di sektor akomodasi dan makanan terdampak paling parah, menunjukkan penurunan lapangan kerja hingga 20 persen.
 
Ke depan, ILO merekomendasikan negara-negara untuk memberi dukungan khusus kepada kelompok dan sektor yang terkena dampak paling parah, begitu pula optimalisasi di sektor-sektor yang dapat menghasilkan banyak pekerjaan dengan cepat.
 
Laporan tersebut membuat sketsa pemulihan ekonomi 2021. Pada skenario pesimistis, terjadi penurunan jam kerja global hingga 4,6 persen. Bahkan, skenario paling optimis sekalipun hanya menyusutkan jam kerja global hingga 1,3 persen atau setara dengan 36 juta pekerjaan penuh waktu.

Baca Juga: ILO Sering Libatkan RI dalam Penyusunan Standar Internasional Kerja Layak

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya