Infografis perundingan tarif resiprokal AS (IDN Times/Aditya Pratama)
Ia menegaskan, sebagian besar barang impor dari Amerika Serikat yang masuk ke Indonesia justru merupakan bahan baku penting industri dalam negeri, termasuk makanan pokok masyarakat seperti tempe dan mie instan.
Menurut Havas, kekhawatiran publik terhadap kesepakatan tarif nol persen dengan AS sebaiknya tidak hanya difokuskan pada produk jadi, tetapi juga mempertimbangkan bahan baku yang mendukung sektor usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia.
“Yang masuk ke Indonesia dari Amerika itu, misalnya kedelai. Saya orang Jawa, rumah saya tiap hari makan tempe. Tapi kedelai dalam negeri belum cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi tempe,” bebernya.
Selain kedelai, Havas menyebut gandum sebagai bahan baku penting lain yang diimpor dari AS dan sangat dibutuhkan oleh industri mie instan di Indonesia. Bahkan, salah satu produsen mie instan bahkan bekerja sama dengan lebih dari 70.000 UKM dalam distribusi produknya.
“Gandum itu dipakai buat bikin mie instan. Dan banyak industri mie kita yang terhubung dengan pelaku UKM. Ada satu perusahaan besar yang bekerja sama dengan sekitar 70 ribu UKM untuk penjualan mie instan,” kata Havas.
Berikut tujuh kerja sama yang tercapai antara perusahaan Indonesia dan AS:
MoU antara produsen gandum Indonesia dan US Wheat Associates.
MoU antara Sorini Agro Asia Corporindo dan Cargill terkait pembelian jagung.
Penyerahan surat dari Cotton Council International kepada Asosiasi Pertekstilan Indonesia.
MoU antara FKS Group dan Zen-Noh Grain Corp untuk pembelian kedelai dan bungkil kedelai.
MoU antara PT Kilang Pertamina Internasional dan ExxonMobil.
MoU antara PT Kilang Pertamina Internasional dan KDT Global Resource.
MoU antara PT Kilang Pertamina Internasional dan Chevron
MoU antara PT Kilang Pertamina Internasional dan Chevron