Command Center PT Pupuk Indonesia (Persero). (IDN Times/Vadhia Lidyana)
Jadi ini Gedung Phonska yang kita sedang ada saat ini. Ini adalah gedung atau kantor pemasaran. Yang di belakang kita ini adalah control room untuk supply chain, khususnya untuk pemasaran.
Di sini kita bisa memonitor pabrik-pabrik mana yang sedang beroperasi dan memproduksi apa. Kemudian kita bisa melihat di pelabuhan mana kapal itu dimuat atau misalnya, ini Pupuk Kaltim, ada tujuh jetty atau tujuh dermaga. Tujuh dermaga itu sedang ada kapal, kapal apa saja, memuat apa saja atau membongkar apa saja. Nah, itu yang di sebelah sana kita bisa lihat, kita bisa men-zoom langsung ke pelabuhan itu.
Dan kalau kita ingin melihat, oh saya ingin melihat di dermaga 1 atau dermaga 2, kita bisa klik. Oh saya ingin melihat kapal yang di sini, kita bisa klik, langsung keluar jenis kapalnya, besarnya seperti apa dan langsung lihat live picture atau live video, streaming proses yang dilakukan di dermaga itu, apakah itu proses loading atau unloading. Seperti itu kelihatan, itu ada gambar kapal. Itu live, yang terjadi saat ini.
Dari situ kalau mereka sudah selesai memuat, kan kapal ini bergerak, itu kita kontrol karena kita mewajibkan kapal-kapal itu menggunakan GPS. Kita bisa mengikuti mereka ke mana.
Nah, itu yang di atas, yang ada peta Indonesia dengan banyak gambar-gambar bendera yang barangkali terlalu kecil untuk dilihat, gambar bendera-bendera itu adalah gudang-gudang kita. Gudang-gudang kita, kapalnya dari mana ke mana kelihatan, terus nanti masuk ke gudang.
Setelah di-discharge di gudang, kemudian dibawa oleh truk, itu ada rute truk, truknya pergi ke mana. Jadi, kita bisa tahu kalau truk ini pergi, istilahnya off track, pergi tidak seharusnya pergi, atau berhenti lebih lama dari yang disyaratkan.
Begitu sampai gudang, kita bisa melihat CCTV gudang itu. Gudang itu bisa kita lihat kondisi pupuknya sudah seperti apa, cara mengaturnya bagaimana. Membongkarnya, satu truk itu dibongkar semua apa enggak. Kelihatan karena ada CCTV-nya.
Tapi yang paling dahsyat adalah aplikasi yang di sebelah sini, yang warnanya hijau itu, yang diberi nama iPubers (Integrasi Pupuk Bersubsidi). Kenapa ini dahsyat? Karena ini adalah respons cepat dari Pupuk Indonesia.
Ketika awal tahun, tepatnya tanggal 2 Januari, Bapak Presiden berkunjung ke Jawa Tengah dan bertemu dengan puluhan ribu petani, beliau mendapatkan banyak masukan dari petani. Beliau menyampaikan akan dipermudah penebusan pupuk. Nah, penebusan pupuk yang dipermudah itu, beliau meminta supaya orang menebus pupuk subsidi bisa pakai KTP.
Jadi, orang yang punya alokasi pupuk subsidi harus bisa nebus pakai KTP. Bayangkan kalau respons kita waktu itu secara manual, pasti akan berantakan.
Nah, tanggal 2 Januari, beliau (Presiden Jokowi) memberikan instruksi itu. Pada tanggal 1 Februari, kita sudah Go Live lebih dari 27 ribu kios di seluruh Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote, semuanya Go Live. Point of sales kita menjadi digital. Orang bisa datang dengan membawa KTP-nya, difoto pakai handphone yang sudah terinstall aplikasi. Dari situ langsung ketahuan, oh si pak ini punya alokasi, silakan bisa menebus.
Setelah nebus, kemudian buktinya, itu orang yang menebus difoto, dan real time langsung masuk ke sini. Jadi sekarang untuk mempersingkat cerita, kita bisa melacak dari pabrik sampai ke orang yang menerima, real time, orang yang menerima individually.
Ini menjadi sebuah inovasi dan terobosan Pupuk Indonesia yang luar biasa karena mendigitalisasi 27 ribu kios pupuk yang sebagian besar ada di remote area, bukan pekerjaan yang mudah. Dan menyosialisasikan semua outlet kita untuk bisa menggunakan aplikasi, itu sebuah pekerjaan yang tidak mudah, tapi kita berhasil lakukan dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu, instruksi presiden untuk mempermudah penebusan pupuk subsidi sudah bisa dilakukan.
Tapi ada satu yang luar biasa yang saya sendiri kaget-kaget setelah aplikasi ini terimplementasi. Kita itu rata-rata setiap bulan men-track lebih dari 2 juta transaksi. Bahkan at the peak-nya itu kita bisa men-track sekitar 3 juta transaksi, 3 million transaction in 1 month, itu berarti berapa? Per harinya sekitar 100 ribu transaksi. Semuanya bisa kita track, dan kita bisa identified individunya, bisa track tokonya, bisa track lokasinya.
Nah, data yang terkumpul ini kemudian coba kita olah. Ternyata ini merupakan prediksi produksi pertanian yang cukup akurat. Paling tidak untuk tiga bulan ke depan. Jadi kita sudah coba di bulan Februari ketika diimplementasikan, ada sekitar 3 juta transaksi di bulan Februari. Memang benar, banyak penebusan-penebusan di sentra-sentra pangan.
Kita tahu misalnya, oh di bulan Februari yang banyak di awal minggu, paruh pertama Februari itu Jawa Tengah dengan Jawa Timur. Itu sudah 70 persen lebih. Di Jawa Barat masih 30 persen. Ternyata di Jawa Barat ini sedang menanam, benar, puncak. Menurut saya, kita menggunakan teknologi untuk memberikan solusi pada persoalan yang ada.
Kalau milenial kan bicaranya pasti teknologi-teknologi. Nah, ini proven case bagaimana teknologi dipakai di Pupuk Indonesia dan karena memang Pupuk Indonesia itu 63 persennya gen Z, jadi kalau ada teknologi-teknologi, ini adalah karya-karya mereka.
Yang menduduki jabatan BOD minus 1 dan minus 2, yang milenial itu sudah 43 persen, jadi cukup masif. Representasi dari gender pun juga cukup baik. Jadi, saya menyampaikan ini karena ini bukan karyanya Rahmat Pribadi, ini adalah karyanya insan Pupuk Indonesia, yang sebagian besar adalah gen Z dan milenial.
Jadi, saya harus sampaikan salut, proficiate kepada gen Z dan milenial yang dalam satu bulan bisa memberikan solusi yang luar biasa. Tidak untuk Pupuk Indonesia, tapi untuk bangsa Indonesia karena melalui ini, ketahanan pangan dimulai. Luar biasa ini.