Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli dalam Indonesia International Sustainability Forum 2025 di JCC. (Dok/IDN Times).

Intinya sih...

  • Sebanyak 90 persen pekerjaan hijau akan berada di sektor tenaga listrik

  • Ada 4 tantangan utama dalam membangun pekerjaan dan keterampilan hijau

  • Kemnaker akan luncurkan program Jobs dan skill akselerator

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Menteri Ketenagakerjaan Yassierli mengatakan transisi energi bukanlah ancaman bagi dunia kerja, melainkan peluang besar bagi Indonesia. Berdasarkan studi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) 2025, hampir 2.000 jenis pekerjaan baru telah diidentifikasi sebagai green jobs atau pekerjaan hijau yang akan muncul seiring percepatan penggunaan energi terbarukan di Tanah Air.

"Telah diidentifikasi hampir 2.000 jenis pekerjaan baru yang tergolong pekerjaan hijau (green jobs). Ini merupakan kesempatan besar bagi kita, tidak hanya untuk menciptakan lapangan kerja baru, tetapi juga lapangan kerja yang lebih baik," ungkap Yassierli dalam Indonesia International Sustainability Forum 2025 di JCC, Sabtu (11/10/2025).

1. Sebanyak 90 persen pekerjaan hijau akan berada di sektor tenaga listrik

Kementerian ESDM

Yassierli menjelaskan berdasarkan data Kementerian ESDM, sekitar 90 persen pekerjaan hijau akan berada di subsektor ketenagalistrikan. Hal ini sejalan dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034, yang menargetkan 75 persen pembangkit listrik baru berasal dari energi terbarukan.

"Jika melihat angka-angka yang diproyeksikan oleh Kementerian ESDM, jumlah pekerjaan hijau di sektor energi akan mencapai sekitar 2 juta lebih pada 2029, atau enam kali lipat dibandingkan tahun 2022," kata dia.

2. Ada 4 tantangan utama dalam membangun pekerjaan dan keterampilan hijau

Ilustrasi perubahan iklim (unsplash.com/Willian Justen)

Yassierli menjelaskan setidaknya ada empat tantangan utama dalam membangun pekerjaan dan keterampilan hijau di Indonesia. Pertama, saat ini masih terdapat ketidaksesuaian antara kebutuhan industri dengan kurikulum pelatihan vokasi, khususnya terkait pekerjaan hijau.

Selain itu, masih terbatas skema sertifikasi yang relevan dengan kebutuhan sektor hijau. Karena itu, tantangan pertama adalah menyelaraskan kurikulum pelatihan vokasi dengan program transisi energi.

Kedua, jika melihat disparitas antara wilayah, terdapat kesenjangan yang cukup besar antara pulau Jawa dengan Kalimantan dan Sulawesi. Sebagian besar potensi energi terbarukan justru berada di luar Jawa, dan hal ini menjadi tantangan signifikan bagi Indonesia

"Selain itu, akses terhadap pelatihan peningkatan dan pengembangan keterampilan (upskilling dan reskilling) juga masih terbatas. Sebagian besar balai latihan kerja dan universitas unggulan masih terpusat di Jawa, sehingga ini menjadi pekerjaan rumah penting dalam membangun pekerjaan dan keterampilan hijau, sekaligus mengatasi kesenjangan antarwilayah," ungkap Yassierli.

3. Kemnaker akan luncurkan program Jobs dan skill akselerator

PT PLN (Persero) siap menegaskan perannya dalam memimpin akselerasi transisi energi di Indonesia. Hal ini ditunjukkan melalui berbagai sesi diskusi, pertemuan, hingga menandatangani kerja sama bilateral yang akan dilakukan dalam gelaran United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) Conference of the Parties (COP) ke-28 yang akan berlangsung di Dubai, Uni Emirat Arab, pada 30 November hingga 12 Desember 2023. (Dok. PLN)

Tantangan ketiga, berkaitan dengan fasilitas dan instruktur di balai pelatihan vokasi. Sebagian fasilitas dan infrastruktur pelatihan sudah usang, sementara banyak instruktur belum memiliki pengalaman langsung di industri maupun pemahaman yang memadai tentang teknologi hijau.

“Teknologi hijau merupakan hal yang relatif baru bagi sebagian besar instruktur, sehingga pelatihan bagi para pelatih (training of trainers) sangat dibutuhkan. Saat ini terdapat ribuan instruktur di balai pelatihan kerja milik pemerintah yang tersebar di seluruh Indonesia,” ujarnya.

Tantangan keempat, pembangunan pekerjaan dan keterampilan hijau juga berkaitan dengan bagaimana isu transisi hijau dapat diintegrasikan dengan peningkatan produktivitas industri. Saat ini, berbagai inisiatif peningkatan produktivitas di sektor industri belum secara signifikan mendorong permintaan terhadap pekerjaan hijau.

Lebih lanjut, Yassierli menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam mengakselerasi pembangunan pekerjaan hijau di Indonesia. Langkah ini dinilai krusial untuk memastikan transisi menuju ekonomi hijau berjalan adil dan berkelanjutan.

“Untuk mengatasi kesenjangan tersebut dibutuhkan kolaborasi lintas sektor dan peta jalan (roadmap) yang komprehensif, setidaknya untuk lima tahun ke depan,” ujar Menteri Ketenagakerjaan dalam paparannya.

Yassierli menyebut Kementerian Ketenagakerjaan akan mengimplementasikan program Jobs and Skills Accelerator sebagai wadah sinergi antara pemerintah, dunia usaha, serikat pekerja, akademisi, dan mitra industri. Melalui program ini, pemerintah berupaya mewujudkan roadmap pekerjaan hijau agar dapat diimplementasikan secara nyata di berbagai sektor.

Selain itu, pemerintah juga menekankan pentingnya mobilisasi investasi dan inovasi untuk mendukung keberhasilan transisi hijau di Indonesia. Upaya ini diharapkan tidak hanya menciptakan lapangan kerja baru, tetapi juga meningkatkan kualitas dan daya saing tenaga kerja nasional dalam menghadapi perubahan ekonomi global.

Editorial Team