Untuk Pertama Kalinya Sejak 1991, Jerman Alami Defisit Perdagangan

Situasinya diperburuk oleh pandemik COVID-19 dan perang

Jakarta, IDN Times - Jerman mencatat defisit perdagangan bulanan pertama sejak 1991 di tengah melonjaknya inflasi dan gangguan rantai pasokan yang membebani sektor industri negara itu.

Dilansir dari Guardian, Badan Statistik Jerman pada Senin (4/7/2022) menunjukkan, lonjakan nilai impor dan penurunan ekspor yang moderat telah mendorong negara ekonomi terbesar Eropa mengalami defisit perdagangan sebesar 1 miliar euro pada bulan Mei.

1. Pandemik hingga perang Ukraina menghantam perekonomian Jerman

Untuk Pertama Kalinya Sejak 1991, Jerman Alami Defisit PerdaganganKanselir Jerman Olaf Scholz menuju pertemuan untuk mengatasi krisis biaya hidup di Jerman (04/07/2022). (Twitter/Bundeskanzler)

Politikus dan pengusaha Jerman telah memperingatkan, saat ini Berlin tengah menghadapi krisis ekonomi akibat dari harga energi yang melonjak dan gangguan untuk melakukan perdagangan.

Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan, krisis tidak akan bisa dilewati dalam waktu beberapa bulan, karena perang antara Rusia dan Ukraina telah mengubah segalanya. Selain itu rantai pasokan masih terganggu karena pandemik, dilansir dari Financial Times.

Scholz telah berdiskusi dengan pemimpin serikat pekerja, ahli ekonomi, dan pengusaha yang ditujukan untuk mengatasi krisis biaya hidup di Jerman.

Kepala Konfederasi Asosiasi Pengusaha Jerman, Rianer Dulger, mengatakan bahwa Jerman sedang menghadapi perekonomian yang lebih sulit dan krisis sosial sejak reunifikasi.

"Tahun-tahun yang sulit ada di hadapan kita semua. Kita tidak bisa lagi menerima begitu saja pertumbuhan ekonomi berkelanjutan yang kita alami sebelum pandemik COVID-19 dan perang Ukraina," kata dia. 

Baca Juga: Jerman dan Republik Irlandia Kecam Inggris terkait Kesepakatan Brexit

2. Ekspor Jerman mengalami penurunan

Untuk Pertama Kalinya Sejak 1991, Jerman Alami Defisit PerdaganganIlustrasi ekspor-impor (Unsplash/Dominik Lückmann)

Tercatat bahwa ekspor Jerman turun di bulan Mei sebesar 0,5 persen menjadi 125,8 miliar euro. Sementara, impor meningkat 2,7 persen menjadi 126,7 miliar euro, lebih dari yang diantisipasi oleh para ahli.

Menurut angka perdagangan terbaru, harga impor seperti energi, makanan, dan komponen industri naik lebih dari 30 persen pada Mei dibandingkan dengan tahun lalu. Sementara harga ekspor naik sekitar setengah tingkat.

Angka tersebut muncul saat perang Rusia di Ukraina mendorong harga energi di seluruh Eropa, meningkatkan inflasi, dan memengaruhi neraca perdagangan negara-negara yang bergantung pada impor minyak dan gas untuk sebagian besar kebutuhan energi mereka.

Claus Vistesen, kepala ekonom zona euro di konsultan Pantheon Macroeconomics, mengatakan penurunan tajam dalam pasokan gas Rusia ke Jerman akan menurunkan volume impor, tetapi nilainya akan meningkat seiring dengan kenaikan biaya energi secara keseluruhan.

“Surplus perdagangan Jerman sekarang telah menguap, terutama karena melonjaknya impor, mengimbangi momentum ekspor,” katanya.

Ia juga menambahkan bahwa Jerman masih akan mengalami defisit di musim panas.

3. Pemerintah Jerman mencoba mengatasi krisis biaya hidup

Untuk Pertama Kalinya Sejak 1991, Jerman Alami Defisit PerdaganganMenteri Ekonomi Jerman sekaligus Kepala Partai Demokrat Bebas (FDP) Christian Lindner. (Twitter/BMF_Bund)

Selain untuk mengatasi krisis harga, Scholz juga menggelar pertemuan untuk menyangkal isu yang beredar di media Jerman. Disebutkan bahwa ia berencana untuk menyelesaikan masalah dengan pembayaran satu kali bebas pajak kepada konsumen.

Dilansir dari DW, Marcel Fratzscher, presiden Institut Jerman untuk Riset Ekonomi, termasuk di antara beberapa ekonom yang mengatakan bahwa solusi apapun harus bersifat jangka panjang, bukan setoran satu kali.

"Hanya upah dan tunjangan sosial yang lebih tinggi yang akan mengkompensasi kerusakan bagi orang-orang berpenghasilan menengah atau rendah," katanya kepada kantor berita DPA.

"Pembayaran satu kali tidak ditargetkan, karena banyak orang tidak mendapat untung sama sekali," tambah dia. 

Partai-partai di pemerintahan memiliki ide yang berbeda tentang apa yang harus dilakukan tentang biaya hidup. Partai Hijau mengajukan proposal terbaru mereka, tiket 9 euro untuk perjalanan bulanan dengan transportasi regional dan kota di seluruh negeri, telah sukses, dan banyak yang menyerukan agar program diperpanjang di luar musim panas.

Namun, Christian Lindner yang merupakan kepala dari Partai Demorat Bebas (FDP) sekaligus menteri ekonomi Jerman mengatakan, “yang kita butuhkan adalah bantuan yang tepat sasaran, untuk mengurangi hilangnya daya beli."

"Dan kemudian insentif agar lebih banyak produksi tanpa uang negara untuk meningkatkan produktivitas," kata dia, seraya mengusulkan untuk menambah lebih banyak perjanjian perdagangan bebas atau migran yang terampil. 

Baca Juga: Jerman Cemas karena Takut Rusia Potong Pasokan Gas di Musim Dingin

Fauzia Assilmy Photo Writer Fauzia Assilmy

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya