Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_3171.jpeg
Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas) saat berkelakar soal Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia di atas panggung Sarasehan 100 Ekonom, Selasa (28/10/2025). (dok. YouTube INDEF)

Intinya sih...

  • Satu hektare sawah bakal hasilkan Rp80 juta per tahun

  • Petani singkong selalu kesulitan jual hasil panen

  • Program E10 buat kurangi ketergantungan impor

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas) meyakini program BBM E10 akan mendorong kesejahteraan petani.

Hal itu diungkapkan saat menjadi pembicara dalam panel diskusi Sarasehan 100 Ekonom Indonesia yang digelar INDEF dan CNBC Indonesia, Selasa (28/10/2025), bersama Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia.

Program BBM E10 akan menggunakan bioetanol yang diperoleh dari pengolahan tebu, jagung, dan singkong. Sehingga, produksi petani akan terserap, terutama petani singkong.

"Bayangkan kalau programnya Pak Bahlil tadi, gak usah E20, 10 saja. 10 persen saja itu etanol atau metanol, itu nanti tidak ada lahan yang kosong. Karena harga singkong itu akan Rp1.400. 6 kilo kan untuk 1 liter. Jagung harganya Rp6.500," ucap Zulhas.

1. Satu hektare sawah bakal hasilkan Rp80 juta per tahun

Kebun singkong milik warga sekitar di komplek Projek Kota Baru Lampung. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Dengan penyerapan tebu, jagung, dan singkong yang masif untuk BBM E10, dia meyakini setiap 1 hektare tanah akan menghasilkan hingga Rp80 juta per tahun. Hal ini akan membawa harapan baru buat para petani.

"Satu hektare, untuk tanam singkong. Tanam jagung lebih untung lagi. Jadi sawah lebih untung lagi. Jadi setiap hektare tanah kita itu akan bernilai setahun Rp75-80 juta," kata Zulhas.

2. Petani singkong selalu kesulitan jual hasil panen

ilustrasi singkong (pexels.com/Daniel Dan)

Zulhas mengatakan, selama ini petani singkong kesulitan menjual hasil panennya. Dia pun meyakini program BBM E10 akan memberdayakan petani.

"Masalahnya dulu, kenapa? Gak ada yang beli. Tanam singkong gak ada yang beli. Kalau Pak Bahlil bikin etanol, berapa pun singkong ditampung, waduh, Pak. Kalau etanol kan kita pakai terus. 10 persen itu perlu 1,3 juta. Bayangkan, gak ada tanah kosong itu," ujar Zulhas.

3. Program E10 buat kurangi ketergantungan impor

Pertamax Green 95. (dok. Pertamina)

Saat ini, Kementerian ESDM terus mendorong pengembangan etanol 10 persen dalam bensin alias E10. Indonesia sendiri baru menerapkan E5 dalam produk Pertamax Green 95.

Bahlil mengatakan, program E10 adalah upaya menekan ketergantungan impor BBM. Selain itu, etanol yang akan digunakan untuk program E10 adalah bioetanol yang dihasilkan dari jagung, tebu, dan singkong. Jika program itu terwujud, Bahlil meyakini dampak positifnya akan sangat besar bagi perekonomian Indonesia.

"Etanol ini adalah bahan bakunya dari jagung, tebu, kemudian singkong. Dan ini tidak hanya sekedar untuk mempertahankan energi kita, tapi juga menciptakan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah. Jadi ada instrumen pertumbuhan yang bisa kita lakukan," tutur Bahlil.

Editorial Team