Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bahlil: Tidak Benar Etanol Barang yang Tidak Bagus!

IMG_3166.jpeg
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia. (dok. YouTube INDEF)
Intinya sih...
  • Negara-negara di AS sudah terapkan kadar 85 persen etanol di bensinSaat ini, Kementerian ESDM terus mendorong pengembangan etanol 10 persen dalam bensin alias E10. Indonesia sendiri baru menerapkan E5 dalam produk Pertamax Green 95.
  • SPBU swasta tak bisa memaksakan kehendakKontroversi etanol makin memanas saat stok-stok BBM di SPBU swasta kosong. Pemerintah memfasilitasi kerja sama antara SPBU swasta dengan PT Pertamina (Persero), agar SPBU swasta membeli BBM murni (base fuel) dari Pertamina.
  • Bakal dongkrak ekonomi nasionalProgram E10 adalah upaya untuk menekan ketergantungan impor BB
  • Negara-negara di AS sudah terapkan kadar 85 persen etanol di bensin
  • SPBU swasta tak bisa memaksakan kehendak
  • Bakal dongkrak ekonomi nasional
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia kembali meluruskan kontroversi kandungan etanol dalam bensin. Dia menegaskan, praktik menyampur etanol dalam bensin sudah banyak dilakukan berbagai negara di dunia.

"Sangat tidak benar kalau ada diskusi-diskusi oleh berbagai kelompokyang mengatakan bahwa etanol ini adalah barang yang tidak bagus," kata Bahlil dalam Sarasehan 100 Ekonom Indonesia yang digelar INDEF dan CNBC Indonesia, Selasa (28/10/2025).

1. Negara-negara di AS sudah terapkan kadar 85 persen etanol di bensin

Pertamax Green 95. (dok. Pertamina)
Pertamax Green 95. (dok. Pertamina)

Saat ini, Kementerian ESDM terus mendorong pengembangan etanol 10 persen dalam bensin alias E10. Indonesia sendiri baru menerapkan E5 dalam produk Pertamax Green 95.

Bahlil mengatakan, di berbagai negara, kandungan etanol yang digunakan dalam bensin sudah di atas 10 persen, bahkan ada yang mencapai 85 persen.

"India sudah pakai E30, Amerika sudah pakai E20, Thailand sudah E20, bahkan di beberapa negara di Amerika itu sudah E85. Jadi kita itu jangan, jangan apa ya, ya selalu berpikir sesuatu yang seolah-olah ada sesuatu-sesuatu-sesuatu, gitu," tutur Bahlil.

2. SPBU swasta tak bisa memaksakan kehendak

Pertamina International Shipping (PIS) sebagai Subholding Shipping telah mengamati dan siap menangkap peluang pasar internasional yang ada di Selat Malaka. (Dok. Pertamina)
Pertamina International Shipping (PIS) sebagai Subholding Shipping telah mengamati dan siap menangkap peluang pasar internasional yang ada di Selat Malaka. (Dok. Pertamina)

Kontroversi etanol makin memanas saat stok-stok BBM di SPBU swasta kosong. Kementerian ESDM menyatakan sudah memberikan kuota impor BBM hingga 110 persen baik kepada Shell, Vivo, BP-AKR, dan lainnya.

Untuk mengatasi kekosongan stok di SPBU swasta, pemerintah memfasilitasi kerja sama antara SPBU swasta dengan PT Pertamina (Persero), agar SPBU swasta membeli BBM murni (base fuel) dari Pertamina.

Namun, hingga saat ini SPBU swasta belum menyampaikan keputusan untuk membeli base fuel di Pertamina. Salah satu penyebabnya ialah base fuel di Pertamina mengandung etanol.

Dalam forum itu, Bahlil menekankan, SPBU swasta tidak bisa memaksakan kehendaknya.

"Dan yang kedua, jangan swasta memaksakan kehendak gitu loh. Apalagi SPBU-SPBU ini kan gitu. Jangan dikirain kita nggak paham seperti orang Papua bilang, adek kau baru mau tulis, kakak sudah baca," tutur Bahlil.

3. Bakal dongkrak ekonomi nasional

Soft launching Pertamax Green 95 di SPBU Pertamina 31.128.02 MT Haryono, Jakarta Selatan. (IDN Times/Trio Hamdani)
Soft launching Pertamax Green 95 di SPBU Pertamina 31.128.02 MT Haryono, Jakarta Selatan. (IDN Times/Trio Hamdani)

Bahlil mengatakan, program E10 adalah upaya untuk menekan ketergantungan impor BBM. Selain itu, nantinya etanol yang akan digunakan untuk program E10 adalah bioetanol yang dihasilkan dari jagung, tebu, dan singkong.

Jika program itu terwujud, Bahlil meyakini dampak positifnya akan sangat besar bagi perekonomian Indonesia.

"Etanol ini adalah bahan bakunya dari jagung, tebu, kemudian singkong. Dan ini tidak hanya sekedar untuk mempertahankan energi kita, tapi juga menciptakan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah. Jadi ada instrumen pertumbuhan yang bisa kita lakukan," ucap Bahlil.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us

Latest in Business

See More

Menaker Ungkap Kemungkinan Ubah Rumusan Penghitungan UMP 2026

28 Okt 2025, 18:16 WIBBusiness