Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi pasar saham (freepik.com)
Ilustrasi pasar saham (freepik.com)

Intinya sih...

  • Kinerja keuangan yang lemah atau tidak konsisten dapat menjadi sinyal perusahaan berada di jalur berisiko dan berpotensi merugikan investor.

  • Pengungkapan risiko dalam laporan resmi memberi gambaran jelas mengenai masalah yang bisa mengganggu kestabilan bisnis dan merugikan investor.

  • Rasio neraca yang tidak sehat, manajemen yang tidak fokus pada nilai pemegang saham, dan ketiadaan keunggulan bersaing dapat menjadi tanda bahaya bagi investor.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Menjadi seorang investor berarti harus siap membuat keputusan strategis. Mulai dari menyusun strategi portofolio, melakukan diversifikasi, hingga menyesuaikan dengan tingkat toleransi risiko. Namun, dengan begitu banyak informasi yang tersedia, investor kerap melewatkan tanda-tanda bahaya (red flags) yang seharusnya menjadi sinyal peringatan sebelum membeli saham sebuah perusahaan.

Jurnalis keuangan sekaligus pembawa acara “The Evening Edit” di Fox Business, Elizabeth MacDonald, telah puluhan tahun mengungkap skandal akuntansi, risiko tersembunyi, dan memperingatkan investor akan potensi kerugian. Ia menegaskan, mengenali tanda bahaya dalam laporan keuangan memang terkesan rumit, namun sebenarnya mudah jika sudah terbiasa.

Dilansir GOBankingRates, berikut lima tanda saham red flag yang wajib diperhatikan sebelum menanamkan modal:

1. Kinerja keuangan yang lemah atau tidak konsisten

Ilustrasi pasar saham (freepik.com)

Sebelum membeli saham, sangat penting memastikan kondisi keuangan perusahaan benar-benar sehat dan stabil. Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah memeriksa laporan keuangan yang biasanya tersedia di situs resmi atau otoritas pasar modal setempat di negara masing-masing.

Dari laporan tersebut, investor dapat menilai tren pertumbuhan pendapatan, tingkat profitabilitas, kestabilan margin laba, hingga rasio utang terhadap ekuitas yang mencerminkan seberapa besar beban utang perusahaan dibandingkan dengan modal yang dimiliki. Jika indikator-indikator tersebut terlihat stagnan, menurun, atau bahkan menunjukkan pola yang tidak konsisten, hal itu bisa menjadi sinyal perusahaan sedang berada di jalur berisiko dan potensi kerugiannya cukup besar bagi investor

2. Pengungkapan risiko yang mengkhawatirkan

Ilustrasi risiko investasi (freepik.com)

Bagian pengungkapan risiko dalam laporan resmi sering kali memberi gambaran yang sangat jelas mengenai tantangan atau masalah yang sedang maupun berpotensi dihadapi perusahaan. Informasi ini dapat mencakup berbagai hal, mulai dari gugatan hukum yang berjalan, penyelidikan dari pihak regulator, gangguan rantai pasok yang bisa menghambat operasional, hingga ketergantungan berlebihan pada satu pelanggan besar atau pemasok tertentu.

Bahkan, risiko eksternal seperti fluktuasi harga komoditas, perubahan kebijakan pemerintah, dan ketidakpastian pasar global juga biasanya tercantum dalam bagian ini. Mengabaikan informasi tersebut sama saja dengan menutup mata terhadap sinyal bahaya yang bisa mengganggu kestabilan bisnis, melemahkan kinerja keuangan, dan pada akhirnya merugikan investor dalam jangka panjang.

3. Rasio neraca yang tidak sehat

Ilustrasi penurunan nilai saham (freepik.com)

Rasio keuangan pada neraca sering kali mampu mengungkap masalah lebih cepat dibandingkan berita utama yang muncul di media. Indikator seperti likuiditas rendah menunjukkan perusahaan mungkin kesulitan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Return on Equity (ROE) yang buruk menandakan perusahaan tidak mampu memaksimalkan modal dari pemegang saham untuk menghasilkan keuntungan.

Sementara itu, Earnings Per Share (EPS) yang stagnan atau bahkan menurun bisa menjadi tanda bahwa pertumbuhan perusahaan mulai melambat. Lebih jauh lagi, jika rasio harga terhadap laba (P/E ratio) berada jauh di atas rata-rata kompetitor dalam industri yang sama, hal ini bisa menandakan saham tersebut sudah terlalu mahal (overvalued) dan berpotensi mengalami koreksi harga.

Investor yang jeli sebaiknya tidak hanya melihat angka-angka ini secara terpisah, tetapi juga membandingkannya dengan tren industri serta kinerja historis perusahaan untuk mendapatkan gambaran risiko yang lebih menyeluruh.

4. Manajemen yang tidak fokus pada nilai pemegang saham

Ilustrasi seorang wanita memerhatikan pergerakan pasar saham (freepik.com)

Kinerja manajemen sangat menentukan arah dan masa depan sebuah perusahaan. Kepemimpinan yang solid biasanya tercermin dari kemampuan dalam mengambil keputusan strategis, menjaga stabilitas operasional, dan menciptakan nilai tambah bagi para pemegang saham.

Sebaliknya, jika manajemen sering gagal mencapai target yang sudah mereka tetapkan sendiri, melakukan akuisisi yang justru merugikan, atau menghabiskan kas perusahaan tanpa menghasilkan pertumbuhan nyata, maka investor patut meningkatkan kewaspadaan.

Selain itu, pola seperti seringnya mengubah strategi tanpa hasil yang jelas atau kebiasaan merilis proyeksi keuangan yang kemudian direvisi berulang kali, dapat menunjukkan lemahnya kredibilitas manajemen. Track record manajemen dalam membangun dan menjaga nilai pemegang saham menjadi salah satu faktor krusial dalam menilai kualitas perusahaan, terutama jika investor berorientasi pada investasi jangka panjang.

5. Tidak memiliki keunggulan bersaing

Ilustrasi mengamati pasar saham (freepik.com)

Perusahaan yang tidak memiliki keunggulan kompetitif cenderung rentan kehilangan pangsa pasar, terutama ketika menghadapi persaingan yang semakin ketat. Keunggulan kompetitif bisa datang dalam berbagai bentuk, seperti kemampuan menawarkan harga yang lebih kompetitif, membangun loyalitas merek yang kuat, atau memiliki efisiensi biaya yang lebih baik dibandingkan pesaing. Selain itu, faktor lain seperti inovasi produk, teknologi yang unggul, serta jaringan distribusi yang luas juga bisa menjadi penopang daya saing.

Jika perusahaan tidak memiliki salah satu dari faktor-faktor tersebut, margin keuntungan dapat tergerus, sementara posisi pasarnya semakin melemah. Hal ini akan semakin berisiko di tengah perubahan industri yang dinamis, di mana perusahaan yang tidak mampu beradaptasi dapat dengan cepat tertinggal, kehilangan pelanggan, dan pada akhirnya kehilangan nilai bagi investornya.

Investasi memang penuh pilihan dan risiko. Namun, dengan memahami laporan keuangan, membaca pengungkapan risiko, serta menganalisis rasio penting, investor bisa mendeteksi tanda bahaya lebih dini. Jangan abaikan red flag ini agar keputusan investasi tetap bijak dan terukur.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team