Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan untuk Tidak Membeli Saham IPO Meski Menguntungkan, Tunggu!

ilustasi saham (freepik.com/pch

Saham IPO (initial public offering) sering kali menarik perhatian investor karena potensi keuntungan besar dalam waktu singkat. Ketika sebuah perusahaan untuk pertama kalinya mencatatkan sahamnya di bursa, antusiasme publik pun meningkat.

Banyak yang tergiur oleh kisah sukses investor yang berhasil meraih untung besar hanya dalam hitungan hari. Namun, banyak pula yang tidak mengerti bahwa tidak semua saham IPO menjamin keuntungan jangka panjang. Bahkan, banyak saham yang justru mengalami penurunan harga signifikan setelah euforia peluncuran mereda.

Oleh karena itu, penting untuk memahami alasan-alasan mengapa tidak selalu bijak untuk langsung membeli saham IPO, meski kelihatannya menjanjikan keuntungan tinggi yang dilansir dari money.usnews.com

1. Minimnya historis perusahaan

ilustrasi saham (freepik.com/pch

Perusahaan yang baru saja melantai di bursa umumnya belum memiliki rekam jejak kinerja keuangan yang tersedia secara terbuka untuk publik. Informasi yang bisa diakses biasanya terbatas pada prospektus yang disusun oleh perusahaan dan penjamin emisi, yang tentunya disusun dengan sudut pandang optimistis. Hal ini membuat analisis terhadap kualitas fundamental perusahaan menjadi sangat terbatas.

Tanpa data historis yang memadai, sulit untuk memprediksi bagaimana kinerja perusahaan ke depan. Keputusan investasi yang didasarkan pada ekspektasi semata berpotensi menimbulkan kekecewaan jika ternyata kinerja perusahaan tidak sesuai harapan. Kondisi ini membuat saham IPO lebih cocok bagi spekulan dibandingkan investor jangka panjang yang mengandalkan analisis data.

2. Harga saham bisa terlalu mahal

ilustrasi saham (freepik.com/pch

Harga saham saat IPO sering kali ditentukan berdasarkan valuasi optimistis yang disesuaikan dengan potensi pasar. Dalam beberapa kasus, valuasi tersebut bisa jauh di atas nilai wajar perusahaan, terutama bila ada sentimen pasar yang terlalu euforia. Investor yang membeli di harga awal bisa saja membeli di puncak harga, dan menghadapi risiko kerugian setelah antusiasme awal menurun.

Banyak contoh di mana saham IPO justru mengalami penurunan tajam beberapa hari atau minggu setelah peluncuran. Penurunan ini biasanya terjadi setelah investor institusi dan penjamin emisi selesai menjual saham yang sebelumnya mereka pegang. Ketiadaan dukungan pembeli baru sering menjadi penyebab harga anjlok dan menimbulkan kepanikan di kalangan investor ritel.

3. Tidak semua IPO didukung dengan fundamental kuat

ilustrasi saham (freepik.com/pch

Beberapa perusahaan memutuskan untuk go public bukan karena kebutuhan ekspansi, melainkan untuk mengumpulkan dana dalam kondisi keuangan yang kurang sehat. IPO dalam situasi seperti ini bisa menjadi jalan keluar pemilik lama untuk melepas sebagian kepemilikannya. Meskipun tetap sah dari sisi regulasi, tujuan seperti ini tidak mencerminkan nilai tambah yang berkelanjutan bagi pemegang saham baru.

Perusahaan yang tidak memiliki model bisnis solid atau pangsa pasar yang kuat berisiko gagal mempertahankan pertumbuhan setelah IPO. Jika kondisi bisnis memburuk setelah saham diperdagangkan secara publik, maka investor awal bisa merugi cukup besar. Fundamental yang lemah menjadi indikator penting bahwa saham IPO tersebut sebaiknya dihindari.

4. Risiko votalitas harga tinggi

ilustrasi saham (freepik.com/pch

Saham IPO dikenal memiliki volatilitas harga yang sangat tinggi. Dalam beberapa kasus, harga bisa naik ratusan persen hanya dalam satu hari, lalu turun tajam keesokan harinya. Fluktuasi harga semacam ini bukan hanya disebabkan oleh kondisi pasar, tetapi juga oleh spekulasi yang tidak didasarkan pada analisis fundamental.

Volatilitas tinggi menyulitkan pengambilan keputusan rasional, terutama bagi investor yang belum terbiasa menghadapi tekanan psikologis dalam perdagangan saham. Ketidaktahuan dalam membaca pergerakan pasar bisa berujung pada keputusan terburu-buru yang merugikan.

5. Tidak adanya kepastian liquiditas jangka panjang

ilustrasi saham (freepik.com/pch

Saham IPO belum tentu memiliki likuiditas yang baik dalam jangka panjang. Pada awal peluncuran, minat beli memang tinggi, tetapi setelah beberapa minggu atau bulan, minat pasar bisa menurun drastis. Jika tidak ada cukup transaksi, maka menjual saham dalam kondisi darurat bisa menjadi sangat sulit.

Likuiditas yang rendah meningkatkan risiko terjebak dalam saham yang sulit dijual dengan harga wajar. Dalam kondisi seperti ini, meskipun harga naik, realisasi keuntungan tetap sulit dilakukan. Hal ini menjadi alasan penting mengapa saham IPO harus dipertimbangkan dengan hati-hati, terutama bagi investor yang lebih mengutamakan stabilitas portofolio.

Membeli saham IPO memang bisa memberikan imbal hasil yang besar, namun risiko yang menyertainya juga tidak bisa diabaikan. Banyak investor yang tergoda oleh euforia sesaat tanpa mempertimbangkan landasan fundamental perusahaan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us