TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenal Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik, Strategi AS Lawan China?

Ini dianggap jadi sarana untuk melawan China di Indo-Pasifik

Presiden Amerika Serikat Joe Biden saat menandatangani perintah eksekutif pada Minggu (7/2/2021). (Facebook.com/President Joe Biden)

Jakarta, IDN Times – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden secara resmi memperkenalkan sebuah strategi ekonomi yang disebut Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik atau Indo-Pacific Economic Framework (IPEF) pada minggu ini selama tur Asia pertamanya.

Hal ini terjadi lima tahun setelah AS secara sepihak menarik diri dari Kemitraan Trans-Pasifik, kesepakatan perdagangan yang ditandatangani oleh 12 negara di Asia-Pasifik, Amerika Utara, dan Amerika Selatan.

Setelah AS keluar, negara-negara anggota yang tersisa terus bersama dan meluncurkan CPTPP atau Kemitraan Trans-Pasifik Komprehensif dan Progresif. Ini adalah salah satu kesepakatan perdagangan multilateral terbesar di dunia, yang bahkan membuat China ingin bergabung.

Sejak penarikan itu, kehadiran AS di kawasan menjadi sangat berkurang, dan ini diperburuk oleh perang dagangnya dengan China. Tetapi IPEF telah memecahkan kebekuan tersebut. Meski demikian, analis dan pengamat masih memiliki keraguan pada IPEF, menyebutnya lebih simbolis daripada kebijakan yang efektif atau nyata.

Lalu, apa sebenarnya Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik? Berikut jawabannya.

Baca Juga: AS Gandeng Kemitraan Ekonomi 12 Negara Indo-Pasifik, Ada Indonesia

Baca Juga: China Buat Permohonan Gabung Kemitraan Dagang Trans-Pasifik

1. Pengertian dan tujuan IPEF

Presiden RI Joko "Jokowi" Widodo bersama dengan Presiden AS Joe Biden (Instagram.com/jokowi)

IPEF adalah kerangka kerja yang dipimpin AS bagi negara-negara yang berpartisipasi untuk memperkuat hubungan mereka dan terlibat dalam masalah ekonomi dan perdagangan penting yang menjadi perhatian kawasan, seperti membangun rantai pasokan yang tangguh yang telah dihancurkan oleh pandemik. Namun ini juga dilihat sebagai sarana untuk melawan China di kawasan.

IPEF bukan perjanjian perdagangan bebas. Tidak ada rencana mempermudah atau memperluas akses pasar atau pengurangan tarif di dalamnya, meskipun para ahli mengatakan itu dapat membuka jalan untuk kesepakatan perdagangan.

“Saya pikir Presiden Biden, sayangnya, mengindikasikan bahwa itu tidak boleh dianggap sebagai awal dari perjanjian perdagangan,” kata David Adelman, direktur pelaksana Krane Funds Advisors dan mantan duta besar AS untuk Singapura, kepada CNBC, Selasa (25/5/2022).

Selain itu, IPEF juga bukan pakta keamanan, tidak seperti kelompok Quad, yang terdiri dari empat negara yakni Australia, India, Jepang, dan AS.

Baca Juga: Kunjungi Jepang, Biden Bertemu dengan Kaisar Naruhito dan PM Kishida

2. IPEF masih menerima peserta baru

Xi Jinping dan Joe Biden (Instagram.com/chinaxinhuanews/facebook.com/Joe Biden)

Sebagai permulaan, AS akan bermitra dengan 12 negara awal yang termasuk anggota Quad yakni Australia, India, dan Jepang. IPEF juga melibatkan tujuh negara ASEAN seperti Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Selain itu ada Korea Selatan dan Selandia Baru.

AS mengatakan kerangka itu terbuka untuk peserta baru.

“Ini adalah kumpulan negara yang bagus … tetapi kita perlu mengingatkan diri kita sendiri bahwa ini bukan benar-benar perubahan dalam kebijakan atau terobosan untuk perdagangan di Pasifik – ini adalah kerangka kerja,” kata Adelman.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya