Mengenal Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik, Strategi AS Lawan China?
Ini dianggap jadi sarana untuk melawan China di Indo-Pasifik
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden secara resmi memperkenalkan sebuah strategi ekonomi yang disebut Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik atau Indo-Pacific Economic Framework (IPEF) pada minggu ini selama tur Asia pertamanya.
Hal ini terjadi lima tahun setelah AS secara sepihak menarik diri dari Kemitraan Trans-Pasifik, kesepakatan perdagangan yang ditandatangani oleh 12 negara di Asia-Pasifik, Amerika Utara, dan Amerika Selatan.
Setelah AS keluar, negara-negara anggota yang tersisa terus bersama dan meluncurkan CPTPP atau Kemitraan Trans-Pasifik Komprehensif dan Progresif. Ini adalah salah satu kesepakatan perdagangan multilateral terbesar di dunia, yang bahkan membuat China ingin bergabung.
Sejak penarikan itu, kehadiran AS di kawasan menjadi sangat berkurang, dan ini diperburuk oleh perang dagangnya dengan China. Tetapi IPEF telah memecahkan kebekuan tersebut. Meski demikian, analis dan pengamat masih memiliki keraguan pada IPEF, menyebutnya lebih simbolis daripada kebijakan yang efektif atau nyata.
Lalu, apa sebenarnya Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik? Berikut jawabannya.
Baca Juga: AS Gandeng Kemitraan Ekonomi 12 Negara Indo-Pasifik, Ada Indonesia
Baca Juga: China Buat Permohonan Gabung Kemitraan Dagang Trans-Pasifik
1. Pengertian dan tujuan IPEF
IPEF adalah kerangka kerja yang dipimpin AS bagi negara-negara yang berpartisipasi untuk memperkuat hubungan mereka dan terlibat dalam masalah ekonomi dan perdagangan penting yang menjadi perhatian kawasan, seperti membangun rantai pasokan yang tangguh yang telah dihancurkan oleh pandemik. Namun ini juga dilihat sebagai sarana untuk melawan China di kawasan.
IPEF bukan perjanjian perdagangan bebas. Tidak ada rencana mempermudah atau memperluas akses pasar atau pengurangan tarif di dalamnya, meskipun para ahli mengatakan itu dapat membuka jalan untuk kesepakatan perdagangan.
“Saya pikir Presiden Biden, sayangnya, mengindikasikan bahwa itu tidak boleh dianggap sebagai awal dari perjanjian perdagangan,” kata David Adelman, direktur pelaksana Krane Funds Advisors dan mantan duta besar AS untuk Singapura, kepada CNBC, Selasa (25/5/2022).
Selain itu, IPEF juga bukan pakta keamanan, tidak seperti kelompok Quad, yang terdiri dari empat negara yakni Australia, India, Jepang, dan AS.
Baca Juga: Kunjungi Jepang, Biden Bertemu dengan Kaisar Naruhito dan PM Kishida